11- Festival

268 47 56
                                    

Bukan perihal menyukai atau mencintai. Tapi tentang rasa yang lebih dulu hadir.

-Jf. Author, @Jisunshine_

~•BS•~

Hari ini diselenggarakannya festival sekolah. Banyak siswa dari sekolah lain hadir. Untuk mendukung tim dari sekolah asalnya, atau hanya untuk mencari calon doi saja.

Sorak suara pendukung kedua tim telah menggema disetiap sudut sekolah SMA Nusa Perwira kala tim basket bertanding.

Begitu juga dengan Nadeline dan Azzura. Yang sedari tadi sudah menonton jalannya pertandingan basket.

''Gue yakin tim basket sekolah kita menang,'' ucap Azzura yang sedaritadi antusias menonton jalannya pertandingan basket.

''Gue gak yakin, liat aja tuh kaptennya aja loyo, gimana mau menang,'' jawab Nadeline sambil terkekeh.

''Loyo darimana? Bang Arnold kapten basket paling the best. Makanya banyak kaum hawa yang ngincar tuh manusia es,'' sungut Azzura tidak terima dengan ucapan Nadeline tadi.

''Menurut gue paling the best kak Nadife, liat aja udah cetak beberapa poin,'' jawab Nadeline dengan sorot mata kearah Nadife yang sedang melempar bola ke ring lawan.

''Gue ke ruang musik dulu, mau ikut gak lo?'' lanjut Nadeline sembari bangkit dari duduknya.

''Gak, masih betah gue liatin bang Arnold main basket.'' ucap Azzura.

Nadeline yang mendengar hanya terkekeh lalu berjalan dari area kerumunan penonton yang di dominasi oleh kaum hawa.

**

''Kak Lano,'' panggil Nadeline sembari berjalan untuk duduk di sofa yang sudah disediakan di ruang musik.

''Iya Nad.''

''Keliling ayo,'' ajak Nadeline.

''Oke Nad, kita sekalian ke kantin aja ya, gue haus daritadi latihan vokal,'' jawab Lanova dan dianggukan oleh Nadeline.

Mereka berdua jalan beriringan sembari bersanda gurau. Banyak fans Lanova yang memandangi iri ke arah Nadeline.

Untung saja Nadeline tipikal perempuan cuek, jadi ia tidak perlu ambil pusing oleh tatapan iri itu.

Sampai dikantin Nadeline langsung berjalan kearah stan somay tapi langkahnya terhenti saat pergelangan tangannya ditahan oleh Lanova.

''Lo tunggu di meja, biar gua yang pesan.''

''Gue aja kak, gue bisa sendiri kak''

''Gue aja yang pesan,'' ucap lanova sambil mengelus rambut Nadeline.

Nadeline mau tidak mau berjalan kearah meja yang kosong.

''Nadeline,'' panggil seorang lelaki, yang tidak lain adalah Gani.

Dilihatnya Gani tidak sendirian tapi dia bersama Naden.

Naden langsung mendudukkan diri dihadapan Nadeline. Dan Gani duduk di sebelah Naden.

''Lo sendirian aja Nad?'' tanya Gani.

Nadeline menggeleng, ''Gue bareng Kak Lano.''

''Kirain gue sendirian. Lanova kemana?''

Baru Nadeline ingin menjawab, Lanova sudah datang dengan nampan berisi makanan dan minuman yang dipesan.

''Lo nyari gue Gan? Tapi sorry aja nih ya, gue gak nyariin lo.''

''Nyesel gue nanyain lo. Udah gue balik. Ayo Den.''

''Balik kemana lo? Tampil aja belum.''

''Ke ruang musik,'' ucap Gani sambil bangkit dari duduknya.

''Lo hati-hati Nad, lagi rame soalnya. Gue balik ke ruang osis dulu,'' pamit Naden sambil tersenyum ke arah Nadeline.

~•BS•~

Pertandingan basket baru saja selesai.   Semua anggota tim basket berjalan menuju ruang ganti.

''Nold,'' panggil Nadife saat mereka sudah berada didalam ruang ganti.

Arnold yang dipanggil hanya menatap Nadife dengan tatapan tanda tanya.

''Minggu kemarin, Kenan bilang ke gue kalo Adhara sebentar lagi balik ke Indonesia,'' ucap Nadife dengan tatapan sendu ke arah Arnold.

''Semenjak gue kenal Nadeline, perlahan gue bisa lupain Adhara. Tapi saat gue udah benar-benar yakin bisa lupain Adhara-'' ucapan Nadife terhenti, ia menarik Nafas terlebih dahulu, karena ia merasa berat untuk melanjutkan ucapannya, ''Kenapa perempuan itu malah balik ke kehidupan gue.''

Arnold tersenyum sembari menepuk pelan punggung Nadife untuk memberi semangat kepada sahabatnya.

''Ada saatnya lo liat Adhara biasa aja, karena hati lo seutuhnya udah ada dipemilik sebenarnya.''

''Lo juga harus yakin keputusan lo, kalo lo mau dekat sama adek gue silahkan, asal jangan buat adek gue pelarian masalalu lo yang belum selesai,'' lanjut Arnold.

''Jadi lo restuin gue deket sama Nadeline?''

Arnold mengangguk, ''Nyokap gue juga mau salah satu sahabat gue bisa jadi menantu di keluarga Arova.''

Tatapan sendu Nadife berubah menjadi ceria, senyum terukir jelas disudut bibirnya.

~•BS•~

Nadeline dan Lanova berjalan membelah koridor yang sangat ramai karena diadakannya festival.

''Kak tampil malam ini ya?'' ucap Nadeline basa-basi kepada Lanova yang berjalan di sampingnya.

Lanova mengangguk, ''Lo wajib nonton gue tampil.''

''Pastinya dong kak, nanti gue nonton. Kak Gani juga tampil malam ini kan?'' tanya Nadeline seperti bukan pertanyaan melainkan seperti pernyataan.

''Jangan bahas Gani diantara kita Nad. Gue mau hari ini dan malam ini juga bisa satu langkah lebih maju buat raih hati lo.'' ucap Lanova tersenyum kearah Nadeline.

''Dan satu lagi Nad, gue minta sama lo nanti kalo gue tampil, lo nonton barisan paling depan.''

Nadeline mengangkat sebelah alisnya, dan ia mengisyaratkan dengan tatapan mata ke Lanova yang berarti Maksud lo apaan kak.

Lanova yang mengerti langsung melanjutkan ucapannya, ''Karna gue mau pas gue tampil selalu ngeliat lo dan lo juga harus ngeliat gue, jangan liat orang lain, cukup gue aja yang lo liat,'' jelas Lanova dengan penuh pengharapan.

~•Beloved Sunshine•~

Vote dan koment jangan lupa!
Kritik dan saran dipersilahkan.

Pendek? Lah iya lah gua sengaja buat pendek. Daripada panjang tapi gak dibaca kan percuma. Dasar Tuman!

Part ini adakah scene yang buat kalian baper?
Menurut gua kok, gak ada ya :'


07 Juli 2019

Beloved SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang