Chapter 3: Who are you?

514 75 6
                                    

Setelah berkutat cukup lama, Lisa mendengar suara erangan dari belakangnya. Lalu dengan segera ia menghampiri pemuda yang nampaknya kesakitan itu.

"Apa kau sudah bangun?" Pemuda itu tak menjawab, namun matanya mengerjab dengan perlahan.

Sekarang sudah malam, jadi suasana di rumah Lisa menjadi remang-remang karena Lisa tak menyalakan banyak lampu petromax.

"Apa ada yang sakit? Atau kau haus? ingin minum?" Pemuda itu menganggukkan kepala mendengar pertanyaan Lisa.

Lalu dengan segera Lisa mengambil segelas air dari meja di dekat perapian dan meminumkannya ke pemuda itu. "Kembalilah berbaring, lukamu masih basah." Ucapnya setelah pemuda itu selesai minum segelas air yang diberikannya.

Inginnya Lisa kembali beranjak dan menuntaskan racikan obat yang belum sempat ia selesaikan. Namun saat mendengar suara pemuda itu, Lisa memutuskan untuk duduk di sisi ranjang.

"Khem.. kalau.. boleh tau.. dimana aku?"

"Tentu saja di rumah ku,"

"Lalu siapa kau?"

"Hanya seorang perempuan yang mempunyai sedikit sifat belas kasih untuk menolong mu."

"Apa kau tak mengenal ku?"

"Memangnya siapa kau sampai aku harus mengenalmu? Apa kau orang penting di desa ini? Atau kau malah buronan yang dicari oleh kerajaan? Tapi jika buronan kenapa zirah mu bagus sekali?"

Sial, ia lupa tentang zirahnya! Ia melihat ke arah tubuhnya.. dan, "Yakk! Apa yang kau lakukan?!"

"Memangnya apa yang sudah ku lakukan sampai kau meneriaki ku?! Dasar tidak punya sopan santun! Seharusnya kau berterimakasih karena aku telah menolongmu!"

"Lalu menelanjangi ku?!"

"Apa yang kau maksud dengan 'menelanjangi mu', hah?! Aku harus melepas baju mu agar bisa mengobati lukamu!"

"Lalu dimana baju ku?"

"Belum ku cuci, udara di luar semakin dingin dan aku tak mau mati kedinginan hanya untuk mencuci baju mu!"

Kenapa perempuan ini bersikap tidak sopan kepada dirinya? Apa perempuan ini tak tau siapa dirinya? "Apa kau benar-benar tak tau siapa aku? Bahkan namaku sekalipun?"

"Kau hanya pemuda yang ku tolong karena terluka di hutan, memangnya seberapa pentingnya dirimu sampai kau harus menanyakan itu untuk kedua kalinya?"

"Tidak.. lupakan saja," Lisa memutar matanya bosan, lalu ia beranjak dari ranjang dan bergelut kembali dengan obat-obatan nya.

Sunyi, tak ada yang mengawali pembicaraan. Sampai akhirnya suara pemuda itu terdengar kembali, "Namaku Sehun."

"Hm,"

"Hanya 'hm'? Seharusnya kau memperkenalkan namamu juga," Sehun berusaha bangkit untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.

"Apakah harus?" Tubuh Lisa masih membelakangi Sehun, tak berniat untuk membalikan badannya untuk menghadap pemuda itu.

"Ya, aku harus tau siapa yang telah mengobati ku agar bisa mengucapkan terimakasih."

"Kau dapat berterimakasih dengan cara segeralah sembuh, itu akan sangat membantu ku."

"Baiklah.. lalu siapa namamu?"

"Apa kau sangat ingin tau?"

"Tidak, hanya ingin tau saja."

"Maka pendam saja rasa keingintahuan mu itu, karena aku takkan memberitahu namaku."

"Memangnya kenapa?"

Magic Hour (HUNLICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang