Siddhayatra
Sriwijaya, sebuah Kejayaan masa lalu di Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-tujuh bersamaan dengan munculnya pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan dan muncul pula Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian timur. Antara lain Kerajaan Tulangbawang, Kerajaan Melayu, dan termasuk Kerajaan Sriwijaya.
Namun dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil berkembang dan mencapai kejayaan adalah Sriwijaya.
Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusatnya berada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, dan bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia.
Namun, pendapat yang banyak didukung para ahli mengatakan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi.
Kemudian ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai mengalami kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa dan Sansekerta. Bahasa yang dipakai oleh bangsa Melayu Kuno.
Dalam beberapa prasasti disebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-tujuh Masehi.
Pada awal perkembangannya, raja yang memimpin disebut dengan Dapunta Hyang. Itu disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo yang telah ditulis sebutan Dapunta Hyang.
Disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun enam ratus lima saka atau enam ratus delapan puluh tiga Masehi.
Diterangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalan suci (siddhayatra) dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara dua puluh ribu personel.
Lalu dalam Prasasti Talang Tuo yang ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo disebutkan tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Selain kedua prasasti itu, ada juga Prasasti Telaga Batu yang ditemukan di Palembang yang berisi tentang kutukan-kutukan yang menakutkan bagi yang mereka berbuat kejahatan.
Ada juga Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Pulau Bangka. Prasasti ini berisi tentang permintaan kepada dewa untuk menjaga kedaulatan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
Prasasti Karang Berahi, ditemukan di Jambi yang berisi kurang lebih sama seperti isi Prasasti Kota Kapur.
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan Nusantara.
...
Palembang
Sungai Musi
Sebuah pesawat melintas menyelusuri Sungai Musi. Pesawat itu berjenis pesawat penumpang dengan baling-baling berada di kedua sayap menghadap vertikal ke atas tepat berada di tengah sayap itu.
Berwarna hitam, dengan dua kursi kemudi di bagian moncongnya.
Pesawat itu memiliki dua ekor bersayap kecil di bandingkan sayap utama, sayap di bagian tengahnya menyatu, dan memiliki pendorong di masing-masing ekor.
Memilki lambang sembilan bintang yang merupakan lambang dari pasukan Anti-Kegelapan di bagian badan pesawat.
Yup... Itu adalah pesawat milik pasukan Pandawa. Pesawat itulah yang membawa Akio dan yang lainnya menuju suatu tempat. Tempat dimana Akio bisa disembuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATA-INDIGO Bangkitnya Kegelapan (Lanjut)
Fantasy( FALL ) Ini cerita tentang manusia dengan kekuatan spesial pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia yang disebut orang Indigo. Namun kini berada di zaman modern saat ini. Membuatnya harus beradaptasi dengan orang-orang modern. Meskipun begitu, masih...