BETHLAN 01

55 6 1
                                    


Percayakah cinta pandangan pertama itu ada? Boong.

Senja disore hari memang indah dipandang, terlebih lagi jika melihatnya bareng orang yang sangat penting didalam hidup kita. Tapi sekedar memandang, bukanlah hal yang terpenting dari bagian senja, tapi mendalami apa yang pernah terjadi diwaktu senja itu bagian terpenting dari segalanya. Berbeda dengan seorang gadis berambut brunette panjang sebahu dan kulit cerah yang sedang duduk di teras rumahnya, memandang senja dengan senyum yang dipaksakan, helaan nafas berat terdengar setiap helaan nafasnya.

"Belva, masuk yuk, udah mau maghrib nih," ujar Seruni, —ibunda Belva— yang sedang membawa gelas berisi air hangat yang bekas diminumnya.

Belva menoleh kepada ibundanya, lalu tersenyum setelah itu ia menghela nafas berat, dan menghambur ke tubuh ibunya, memeluknya sembari menangis.

"Shtt, udah gapapa, ayo masuk, bunda tau kamu kuat," ujar Seruni memberi semangat kepada anaknya.

🍈🍈🍈

Pagi hari ini, Belva bergegas ke sekolah nya, SMA SATURNUS 04. Belva mengikat tali sepatunya berwarna putih dan segera menuju ke ruang makan bergabung bersama Seruni dan Almonia -kakanya-.

"Nia, kamu hari ini kuliah gak? Kalo iya, ini bunda titip ke Mama Salwa ya," ujar Seruni sambil memberi paper bag berupa mukena yang ia beli dari jogja sebagai oleh oleh untuk Derina -Mama Salwa-.

"Iya, nanti Nia kasihin ke Tante Derin," ujar Almonia sambil melahap rotinya.

🥭🥭🥭

"Belva! Liat Zola gak? Tadi dia katanya pergi ke toilet, trs Farren kemana?" Tanya Steffi sambil mengatur napasnya.

"Oke oke, tenang dulu jangan buru buru, santai dong. Ekhem— GUA AJA BARU SAMPE STEFFI! KOK LO UDAH NANYAIN MEREKA AJA!" Pekik Belva didepan kelas nya, ia menetralkan napasnya kembali, lalu bergegas masuk ke kelasnya meninggalkan Steffi yang mengerucutkan bibirnya. Menjijikan kalo kata Zola.

"Untung sahabat, coba kalo bukan, udah gua kelitikin sampe mati, eh amit amit," ujar Steffi sambil menepuk jidatnya berlanjut masuk ke kelas.

🍏🍏

"Stef, udah belajar biologi belum? Ulangan kan?" Tanya Zola, tepat disamping Steffi yang sedang duduk sambil mengotak ngatik isi handphone-nya.

"Udah dong, tinggal belajar online doang, di Google banyak bocoran soal Biologi kelas 11 tau," Jawab Steffi bersombong ria.

"Dih, curang lagi pula belum tentu sama loh soalnya, kalo lu ngapalin jawaban doang kan bisa skakmat kalo soalnya beda!" Lantang Farren.

"Udah terserah Steffi, dia juga ujung ujungnya nyontek ke Si Dian," Ujar Belva. Dian itu salah satu murid perempuan terpintar di kelasnya, apalagi kalo pelajaran Biologi dan Fisika, pasti nilainya selalu di atas rata rata dan memuaskan.

"Tau aja lo Hahahaha!" Tawa Steffi kemudian dibarengi oleh tawa bersama dari mereka berempat.

Tok tok tok!

Asalnya dari pintu kelas 11 IPA 2, kelas mereka sendiri. Disana terlihat 5 orang laki laki sedang berdiri dengan penampilan layaknya pentolan sekolah, sebenarnya bukan layaknya, lebih tepatnya memang mereka ini pentolan sekolah atau yang lebih biasa disebut 'Most Wanted in Saturnus School 2019'
diantaranya, Athlan, laki laki bertubuh tinggi, badan atletis dan rambut berjambul. Ia adalah ketua dari Geng Voiron. Dilanjut yaitu Kenan, Rio, Fadhlan, dan Ari.

Kelimanya mentap Belva dan teman teman dengan wajah seperti tersulut emosi sambil membawa bola basket yang sudah kempes, perlu di ketahui, Athlan adalah wakil ketua basket. Tapi jabatan tidak memandang kekuasaan, walaupun hanya sekedar wakil, tapi yang paling berkuasa adalah Athlan, bukan Devin si ketua basket.

"Belva, Steffi, Zola, dan.. Farren. Ikut gua ke ruang olahraga sekarang," Ujar Athlan lalu pergi meninggalkan kelas 11 IPA 2 bersama kawan kawannya.

Sementar mereka berempat hanya cengo dengan tatapan ketakutan. Saling menoleh satu sama lain lalu,

"Mampus! Gara gara kemaren kita kempesin bola basket, kita pasti kena hukum!" Pekik Zola ketakutan sambil memukul mukul meja. Aneh memang.

"Lagian lu sih! Ngapain coba duduk diatas bola basket! Kempes kan!" Pekik Farren kepada Steffi. Sementara Steffi hanya menunjukan cengirannya.

"Padahal sebenernya, bolanya udah kempes dari kapan tau," Ujar Belva.

"Iya juga, yaudah ayu lah ke ruang olahraga, nanti telat dihukum double mampus lagi kita," Ujar Farren, lalu diangguki ketiga sahabatnya.

Mereka segera menyusul ke ruang olahraga menemui kapten basket dan pengawalnya.

——

[NOTE]
Jadwal Publish : Jumat (jam tidak menentu)

Jangan lupa Vote & Comment! (hargai karya orang yu!)

@Kaynasywa on IG
Selasa, 9 Juli 2019

BETHLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang