Satu

116 53 12
                                    

"Tolong!!!! Tolong Aku!!!!"

Gadis itu berusaha minta tolong kepada siapapun. Namun tidak ada siapapun yang ingin menolongnya.

"Ha ha ha!!! Kemarilah anak kecil, ini tidak akan sakit untukmu....."

Aku berjalan menuju ke arahnya dan memegang sebuah pisau untuk bersiap membunuhnya.

"Ku mohon jangan membunuhku!!!! Keluarkan aku dari sini!!!!"

Teriakan dari gadis itu sangat keras yang membuatku sangat risau melihatnya, dan sangat ingin cepat membunuhnya.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung ingin menyayat bagian salah satu tubuhnya. Alhasil, gadis itu terkena sayatan kumiliki. Walaupun tidak seberapa parah, tetap kuharus mengakhirinya.

"Tenanglah, itu tidak akan sakit untukmu, nak....."
Pisau kumiliki sedang menuju ke arah gadis itu, tetapi tancapan itu tidak berhasil, karena tiba-tiba pikiranku menjadi kacau dan tidak terkendali sehingga membuat pisau yang kupegang jatuh kelantai.

Tanpa berpikir panjang, Gadis itu pun segera lari dariku, dan berusaha secepatnya mencari jalan keluar. Berbagai cara yang dia lakukan, tetap gagal karena tempat kusekap gadis itu jauh dari siapapun, sehingga tidak ada siapapun yang bisa menolongnya.

"Kau mau kemana?!!!! Kau tidak akan bisa lari dariku!!!!"

Aku berteriak sekuat-sekuatnya yang membuat gadis itu ketakutan dan menjadi tidak berdaya.

Suara tapakan kakiku mulai mendekati gadis itu, dan tanpa berpikir panjang, aku lari secara mendadak yang membuat gadis itu hampir lemas dan mencari tempat persembunyian sebelum aku menangkapnya.

Aku harus membunuh gadis itu secepatnya

Dug dug dug

Terdengar suara jantung gadis itu sangat berdentak kencang, berusaha tidak sampai ketahuan olehku.

Dan....

Suara tangisan gadis itu mulai pecah dan tak mampu menahannya lagi karena, luka sayatan yang kubuat, menjadi parah dan kucuran darahnya sangat banyak, sehingga membuatku mudah menangkapnya.

"Aku melihatmu!!!"

Gadis itu pun muncul dihadapanku dengan tatapan yang berani walaupun harus menahan kesakitannya.

Darah yang mengucur dari tubuhnya, yang membuatnya menangis kesakitan. Tidak mampu menahan sakitnya, dia membunuh dirinya dengan pisau yang kupegang. Menancap pisaunya ke jantungnya, membuat darah menjadi jiprat mengenai wajahku.

Aku melihatnya langsung menangis yang bercampur rasa senang sekaligus membuatku tertawa terbahak-bahak. Tidak bisa dibayangkan, di dalam diriku merasa bahagia ketika melihat penderitaan yang ada di depan mataku.

Wiuh....Wiuh....Wiuh

Suara sirine mobil polisi mulai menuju ke lokasiku. Aku langsung mulai kabur untuk menghindarinya. Aku berjalan menuju gua bawah tanah sebagai tempat perlindunganku.

Phew..... Hampir saja. Aku merasa lega. Sementara itu, kulihat baju yang kupakai penuh noda darah dan juga wajahku, aku mengambil handuk yang telah aku simpan di dekat kamar mandiku.

Bzzz....bzzz....bzzz.....

Air yang keluar dari saluran pipa kamar mandi mulai membersihkan diriku yang penuh noda darah. Disitulah, aku mulai merenung diriku yang sebelumnya berumur enam tahun.

***

Flashback.....

Diriku pernah menyaksikan pembunuhan massal yang ada didalam keluargaku. Saat itu, aku tidak tahu apa-apa. Hanya bersembunyi di dalam lemari pakaian milik orang tuaku. Dari dalam lemari, aku melihat sekelompok penjahat mengeluarkan senjata tajam mereka masing-masing untuk memulai aksi keji yang mereka lakukan terhadap orang tuaku.

Suara teriakan histeris dari orang tuaku yang berusaha teriak minta tolong kepada tetanggaku. Tetapi, mereka hanya menyaksikan dan diam saja karena mereka takut menjadi bagian saksi dari pembunuhan tersebut.

Setelah sekelompok penjahat membunuh orang tuaku, mereka langsung pergi meninggalkannya. Aku langsung lari untuk melihat orang tuaku dan melihat darah yang mengucur dari tubuh mereka membasahi lantai di rumahku.

Entah kenapa, aku tidak bisa menangis hanya bisa merasakan kesedihan dan ketakutan yang ada didalam diriku. Kucoba menelpon ambulan untuk secepatnya menolong mereka. Tetapi, hasilnya nihil. Nyawa mereka sudah tidak tertolong walaupun pihak ambulan datang ke lokasi kejadian.

Setiap hari, aku hanya duduk dan menyaksikan pisau asli yang kupegang. Disekolah, aku selalu membawanya dan ketika di jam istirahat aku hanya ditemani pisau yang kubawa.

Semua teman-teman disekolah, menganggapku aneh atau tidak normal, karena aku memiliki hobi yang aneh yaitu suka membunuh binatang seperti kucing dan lainnya. Setiap binatang yang mendekatiku, aku mulai mengeluarkan pisau untuk membunuhnya. Bukan hanya itu, aku mencabiknya hingga menjadi bentuk yang aneh.

Entah kenapa, aku merasa senang melakukannya tanpa penyesalan. Hingga suatu hari, aku dibawa ke tempat rehabilitasi anak-anak karena alasannya aku dianggap anak yang memiliki kepribadian abnormal.

Disana, aku merasa bosan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Layaknya, seperti anak-anak biasa. Malam itu, aku memutuskan untuk kabur dari tempat tersebut.

Di jam istirahat, aku mengambil pisau dan garpu dari meja makan. Kedua benda tersebut, aku memyembunyikannya ke dalam saku celana. Tanpa berpikir panjang, aku langsung lari ke arah toilet. Aku melihat ada sebuah celah yang menuju bawah tanah.

Karena tidak ada siapapun maka aku menutup pintu toiletnya dengan rapat. Kucoba mencungkil celahnya dengan pisau dan garpu. Beberapa menit kemudian, celahnya langsung terbuka. Aku membuka celahnya, dan langsung kabur ke bawah tanah.

Gelap, sunyi, dan dingin yang aku rasakan di bawah tanah. Aku mencoba mencari jalan keluar dan betapa untungnya diriku ketika melihat ada sebuah cahaya yang ada di depan mataku.

Cahaya yang menyilaukan kedua mataku. Tidak peduli mataku sakit karena cahaya itu, aku berhasil kabur.

Di malam yang gelap, tidak ada siapapun dan sendirian, berjalan menuju kota yang sangat padat dipenuhi berbagai kendaraan. Tiba-tiba, ada seorang pria yang membunyikan klasonnya, membuat diriku menjadi kaget.

Aku melihat wajah pria tersebut, tidaklah asing dan pernah menemuinya. Dia adalah pria yang membawa gerombolannya untuk membunuh orang tuaku.

Tanpa berpikir panjang, aku mulai menuju ke arahnya. Dengan berpura-pura, aku memohon kepada dirinya untuk meminta pertolongan darinya. Pria tersebut langsung menerimaku dengan senang hati, aku langsung naik ke dalam mobilnya.

Selama perjalanan, kami tidak berbicara satu sama lain. Diriku, hanya melihat ke arah jendela mobil. Bau rokok yang dihisap oleh pria itu membuat mobil menjadi bau asap rokok.

Ketika pria tersebut mulai menyalakan apinya ke puntung rokok, aku mengambil pisau yang kubawa langsung menancap ke lehernya yang membuat pria tersebut menjerit kesakitan dan ketakutan melihat diriku yang mengerikan.

Pria tersebut lari dari mobilnya dan berusaha meminta pertolongan tetapi tidak ada siapapun. Maka, aku membawa garpuku, lalu menuju ke arah pria itu dan menusuknya ke bagian jantungnya hingga darahnya mulai mengucur keluar dari tubuhnya.

Pria tersebut langsung terkapar dan mati terbunuh olehku. Bibirku langsung tersenyum dan membuatku diriku menjadi tertawa bahagia.

***

Sejak itulah, aku mulai membawa senjata dimanapun aku berada. Aku mencoba menyembunyikan sifatku yang asli dari depan mata mereka. Berusaha menjadi orang normal adalah pilihanku agar tidak ada polisi yang bisa menangkapku.

Tetapi, bisa saja aku beraksi kapanpun kumau. Bersiaplah.... karena aku disini dapat membunuh kalian dimanapun berada......!

Ha....Ha....Ha.....!

Watch Out! Psycopath Is Coming To You! (4 In 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang