~ Moses ~
" Ngeliatin dia lagi ? "
Aku meletakkan pensil dan melihat ke arah Adrian. Malas berbohong karena apapun bohong yang kuucapkan, dia pasti akan tahu. Itulah tidak enaknya berteman dengan seseorang sejak kecil. Dia menghafal tingkah lakumu luar dalam.
" Man, lo udah jatuh cinta, rupanya ".
Adrian kembali berkomentar, kali ini turut memperhatikan si dia yang sedang membaca dari kejauhan. Yang dimaksud dia oleh Adrian adalah seorang perempuan bernama Freya.
Aku pertama kali berjumpa dengannya saat orientasi SMA beberapa bulan lalu. Sepasang murid laki laki dan perempuan dengan nilai tertinggi dipanggil untuk maju ke podium pada hari pertama orientasi. Saat itu, namaku dan Freya disebut. Sepertia biasa, nilaiku hampir sempurna dengan Freya satu poin dibawahku.
Freya. Namanya sesederhana orangnya, dengan potongan rambut hitam yang mencapai bahu serta kaca mata berbingkai hitam yang sering meninggalkan bekas pada pangkal hidungnya.
Kami menjadi teman sebangku. Pada minggu minggi pertama, kami hampir tidak pernah berbicara, hanya ucapan selamat pagi, apa pekerjaan rumah hari ini, selebihnya kami lebih sering diam dan mengerjakan tugas masing masing.
Lalu, suatu hari dia tidak sengaja membawa pulang buku tulisku karena sampul depannya sama. Semalaman aku membongkar isi tasku untuk menemukan buku itu. Namun, keesokan paginya. Freya, dengan muka merah karena malu, mengembalikan buku tersebut sambil meminta maaf.
Dan, dia tersenyum.
Mungkin itu jatuh cinta pandangan pertama. Mungkin itu hanya perasaan suka. Yang jelas, aku merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku. Sejak saat itu, kekakuan diantara kami mencair. Kami sering mengobrol mengenai pelajaran, sesuatu yang sama sama kami sukai.
Adrian sendiri sedang naksir salah seorang teman seangkatan kami, namanya Anggia, teman Freya. Gia cukup populer disekolah kami. Cantik, kulit kecokelatan dengan rambut ikal yang tergerai sampai punggung.
" Belum ada perkembangan sama si dia? " Adrian bertanya kepadaku
Aku menggeleng, aku dan Freya sesekali mengobrol pada jam istirahat.
" Nanti keburu disamber si pendek, lho "
Si pendek itu adalah Erik, teman Freya yang selalu pulang bareng bersamanya. Mereka sangat dekat. Pacarankah? Sepertinya tidak. Mudah mudahan sih, Tidak.
" Lo dan Gia gimana? Tanggapannya positif, netral, ngambang, atau negatif ? "
Dia nyengir. " Gue bakal nembak Gia senin depan, Mos. Gimana kalau lo ikutan juga? "
" Nembak Gia juga, maksud lo? Nggak,ah"
" Untuk seseorang yang IQ nya hampir mencapai 150, kadang lo bego banget, tau nggak. Maksud gue, lo ikutan nembak Freya. "
" Ayolah, Mos. Mau sampai kapan lo menguntit dia dari jauh dan cemburu buta sama si pendek? Nggak ada sisi cool nya sama sekali "
Aku berpikir. Persentase diterima..hm...lima puluh persen. Persentase ditolak, juga lima puluh persen. Fifty - fifty.
" Kalau gue ditolak, gue bakal lari sepuluh kali keliling lapangan, hari itu juga. Didepan semua orang sambil teriak Giaaaaaaa I Love Youuuuu.... Gimana ? "
Aku tersenyum. Adrian gemar hal hal ekstrim yang cenderung gila. Gak punya urat malu.
" Kalau gue yang ditolak ? "
" Lo yang lari keliling lapangan sambil teriak Freyaaaa I Love youuuu... Gampang kan ? Nggak lebih susah dari ulangan fisika kok ".
" Nggak deh, makasih "
" Jangan jadi penakut, Mos. Masa lo nggak berani nembak cewek ? "
Maka jadilah taruhan itu. Kami berdua akan membuat pernyataan cinta dihari yang sama, tiga hari lagi, hari senin, sebelum kelas berakhir.
~ ~ ~
~ Adrian ~
" Hai, cantik "
Cewek itu mendongak, wajahnya merah padam karena panas dan bersimpah keringat membuatnya kelihatan makin imut saja
" Gombal "
Perkenalkan cewek ini calon pacar gye, namanya Anggia Wijaya. Orangnya supel banget, jadi enak diajak ngobrol tentang apa aja. Kalau diledek, selalu bisa ngeledek balik.
" Makan bareng yuk. Gue teraktir deh. Bakso "
" Hari ini, aku makan bareng geng nya Heri "
Kemarin, bareng Hendrik dan anak anak OSIS. Hari ini bareng Heri. Kadang, kalau nggak nanya dari jauh jauh hari, seringnya nggak kebagian jadwal makan sianh sama Gia, deh.
" Kalau begitu, anda sekarang kurang beruntung "
" Jadi kapan dong, makan siang sama gue ? "
" Kapan kapan, deh "
Kadang kadang, gue merasa kalau nggak buru buru, cewek ini pasti duluan kesamber orang. Makannya gue harus cepat menyusun acara penembakan yang jitu buat Gia.
Dia suka melukis
Dia suka drama Korea
Dia suka warna pink
Dia suka bungaAha. Gue jadi dapat ide buat nembak Gia hari senin nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER WHEN
Romance" Apapun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada disana, menunggumu mengakui kebenarannya. " Bagi kita, senja selalu sempurna, bukankah sia sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, ak...