~ Gia ~
Hari senin selalu melelahkan. Pagi pagi, saat semua orang masih menguap dan pengin bersembunyi dibalik selimut untuk limaa menittt saja tidur lagi, kami harus mengikuti upacara bendera dan bermandikan cahaya yang menyengat. Hari ini pun tanpa kecuali. Memasang Tampang bete disenin pagi sudah jadi trademark-ku, yang selalu digoda oleh Freya, sahabatku, sebagai muka ' awas cewek galak '.
Setelah upacara berakhir, aku segera bergegas ke loker untuk mengambil buku pancasila. Aku dan teman sekelasku, Adrian, berbagi loker karena sekolah kami kekurangan fasilitas. Itu artinya harus berbagi dengan cowok paling populer sesekolah walau harus rela sesekali mencium aroma tak sedap kaus bekas minggu lalu yang lupa dibawanya pulang.
Adrian memang bintangnya SMA kami. Banyak perempuan yang suka padanya. Dia jago basket. Pintar mengambil hati orang. Dan, genteng. Yaaaa.. Nggak lebih ganteng dari Johnny Depp yang fotonya setia menghuni dinding lokerku.
Sejujurnya, aku nggak keberatan sama sekali. Senang melihat senyum dan tawanya, senang mendapat kesempatan untuk saling meledek. Menikmati debaran jantung yang mendadak tak beraturan begitu dia didekatku.
" Hei, ada kejutan apa diloker pagi ini? "
Aku mencibir, sengaja dia mau menggodaku, menunjukkan dia menang. Aku berjalan terus tanpa menoleh.
" Gi, jutek amat sih. Gue nanya dicuekin "
" Penggemar rahasia kamu ngasih bunga lagi, tuh ".
Aku menjawab malas, enggan mengakui bahwa dalam hati ada cemburu yang merayap." Siapa? "
Aku menatapnya dengan cemberut. "Mana kutahu ".
Tiba tiba, dia tertawa, begitu lepas hingga aku bingung dengan sebelah tangan, dia mencubit pipiku, membuatku merengut semakin dalam walau diam diam menyukai sentuhannya.
" Ya ampun, Gia... Yang bener dong kalo terima bunga... ". Dia menarik pergelangan tanganku ke arah barisan loker.
" Tuh, liat ". Dia menunjuk buket bunga itu. " Ambil kartunya. Baca yang bener ".
Kuturuti kata katanya, lalu membaca huruf huruf yang ditulis dalam tulisan cakar ayam, khas tulisan cowok. Mawar merah terlalu standar untuk cewek seperti kamu. Anggia Wijaya, mau jadi pacarku ?
Wajahku spontan memerah, campuran antara senang dan malu. Bunga itu untukku... Bunga itu untukku.. !! Eh, barusan Adrian minta aku jadi pacarnya..??
But two can always play that game. Maka aku pun berpaling kepadanya. " Masukin bola sepuluh kali berturut turut kedalam ring, aku bakalan bilang iya. "
" Oke "
Adrian berjalan kembali ke tengah tengah lapangan, mengambil bola pertama dan melemparkannya ke arah keranjang. Masuk. Aku tepuk tangan karena menghargai usahanya. Hingga Kesepuluh. Adrian melirikku sebelum melempar bola terakhirnya. Aku tersenyum, baru sadar aku benar benar ingin dia berhasil.
Bola terakhir menggelinding disekitar rim keranjang. Hingga lolos masuk ke net dan memantul beberapa kali diatas semen. Adrian tersenyum menang.
" Jawabannya iya, kan? "
Untuk sesaat, terlihat sekelebat kekhawatiran dimatanya.Aku tertawa. " Masuk atau gagal, sebenernya jawabannya tetap iya. "
~ Moses ~
Kata orang, cokelat adalah simbol cinta. Begitu pula dengan Adrian, yang sudah berstrategi dengan caranya sendiri. Dia sudah membawa sebuket bunga yang sudah dipetiknya pagi pagi dari kebun kecil rumahnya, dengan meletakkannya diloker Gia pagi pagi buta sebelum upacara dimulai.
Namun, aku punya caraku sendiri pula. Secara tidak sengaja, aku tahu Freya menyukai cokelat. Hari itu, ia meminjamkan buku mengenai cokelat dan aku menghabiskan semalaman membacanya. Sejak hari itu, aku merasa itu adalah sebuah rahasia kecil diantara kami. Aku menarik kesimpulan, orang yang suka membaca tentang cokelat pasti suka cokelat.
~ ~ ~
" Eh, moses " Katanya, seakan aku baru datang dan bukan sedang mengamatinya sejak setengah jam lalu." Nggak makan ?"Aku menggeleng. Tanpa kata kata aku mengeluarkan kotak kecil berisi cokelat cokelat yang kubuat semalam.
Kali ini, dia memfokuskan pandangan kepadaku bingung. " Cokelat ? "
" Kamu buat cokelat cokelat ini sendiri? " Freya bertanya sambil mengunyah." Ada perayaan apa ? "
" Rasanya gimana? " Aku mengalihkan pembicaraan.
Freya tersenyum tipis. " Mau jawaban jujur atau bohong ? " Candanya, lalu maraih sekeping lagi.
" Jujur ".
Aku melirik jam. Sebentar lagi waktu istirahat akan habis. Aku pun berkata tanpa berpikir lagi.
" Freya, aku suka ".
Hening.
Aku salah bicara. Timing nya kurang tepat.
Freya keliatan canggung. Kaget." Cokelatnya hambar. Tapi, aku tahu kamu buatnya tulus, makannya terasa manis. "
Fiuh. Rasanya seperti beban berat terangkat dari pundak. Dan hangat, ketika aku meraih tangannya dan dia membiarkan jemarinya kugenggam. Rasanya seperti telah menelan berpuluh puluh butir cokelat yang kubuat sendiri.
~ ~ ~
Adrian sudah menunggu dilapangan sepulang sekolah dengan ransel dipunggungnya. Dia tersenyum lebar ketika melihatku. Sebelum dia sempat menyombongkan diri, kutepuk pundaknya sekali." Lari sepuluh kali keliling lapangan, yuk "
Untuk sesaat, dia memandangku heran, tapi kemudian mengangguk mengerti.
" Ayo ".Dan, kami pun berlari sepuluh kali keliling lapangan, ditengah terik matahari sore, disoraki puluhan murid murid, tetapi kami berdua tertawa sambil terus melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER WHEN
Romance" Apapun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada disana, menunggumu mengakui kebenarannya. " Bagi kita, senja selalu sempurna, bukankah sia sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, ak...