Perubahan Perubahan Itu ( satu )

8 2 0
                                    

~ Freya ~

" Freyaaa !! "

Aku sudah tahu siapa meneriakkan namaku dengan begitu noraknya. Berikutnya sepasang tangan kurus hampir mencekikku dari belakang.

" Erikk... "

Aku mencoba melepaskan diri dari serangan mendadak itu, setengah kesal karena tangannya penuh bercak bekas makanan dan hampir mengotori seragamku.

Kali ini Moses yang datang menghampiri kami karena Erik langsung menjauh. Dia memang tidak suka kepada Moses, walau, Moses dan aku sudah berpacaran lebih dari dua tahun lamanya.

Seperti biasa, Erik malas malasan menyapa Moses dan yang disapa tidak terlalu menanggapinya, justru berbalik menatapku.

" Aku ada rapat mendadak sama anak anak OSIS, mungkin agak telat, sampai sore, soalnya mau ngomongin acara pensi akhir tahun ".

" Nggak apa apa, aku tunggu sampai selesai ". Aku melirik Erik, yang tentu siap menemani dengan dua cangkir teh manis dan pisang goreng hangat.

" Oke ". Dengan jawaban singkat itu, Moses pun berbalik menuju ruang OSIS.

" Kok, lo tahan sih, sama dia ? " Erik mendelik sebal.

Topik yang sama lagi. " Pisang goreng tiga ya, Rik ? ". Tawarku untuk membungkamnya.

" Gue nggak ngerti kenapa lo pacaran sama Moses. Masih banyak cowok yang lain yang lebih baik dari dia, lebih cakep, lebih hangat, lebih baek... Lo tau nggak sih, ada di dekat dia bikin lo berubah ? ". Erik masih melancarkan opini bertubi tubi yang tak diminta.

" Lo tuh butuh seseorang yang bikin lo ketawa, seseorang yang melengkapi lo. Bukan kutu buku yang jadwal pacarannya belajar diperpus ".

Biasanya, aku menjawab, dia orang yang baik, Rikk... , sebagai pertahanan satu satunya. Moses memang bukan cowok paling romantis sedunia. Kata kata paling manis mungkin hanya  kamu udah makan belum ? Atau udah malam, jangan pulang sendirian, dan yang namanya kosa kata gombal tidak ada didalam kamusnya, tapi bersamanya membuatku merasa aman.

" Tambah dua rempeyek, ya, Rik ". Ujarku kalem, supaya Erik cepat diam. Hari ini aku sedang tidak ingin berdebat.

" Dan dua tahu goreng ! " Erik menawar dengan lincah, membuatku tertawa.

" Ya udah, tapi minumnya air putih "

~ ~ ~


" Gia gimana? " Erik membuka percakapan lagi.

Gia adalah sahabatku, yang belakangan ini menjadi objek cinta Erik.

REMEMBER WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang