~ Adrian ~
Gue berdiri dengan sebelah tangan menggenggam ponsel, berusaha melawan statik yang sedari tadi bikin sambungan ponsel putus putus. Suara Freya terdengar agak jauh, putus putus karena sinyalnya nggak bagus dan agak kesal.
" Moses bilang dia nyusul ". Ulangnya tiga kali.
" Diaa... "
" Hah ? ", gue juga mengulangi kata itu lagi, untuk yang kesekian kalinya. " Gue nggak denger ".
Kudengar diujung sana Freya mendesah, mungkin frustasi dengan sinyal buruk. Kami semua tahu dia nggak sabaran.
" Moses nggak bisa jemput gue, Adrian. Gue juga nggak bisa kesana karena mobil dibawa bokap "." Ohh.... " Akhirnya, gue mengangguk mengerti. Moses sepertinya belum pulang dari bimbingan belajar mingguannya, dan Freya terpaksa menunggu jemputannya untuk ke cafe langganan kami berempat setiap akhir pekan.
" Gia juga masih disanggar lukis. Dia bilang bakal nyusul sendiri ".
Freya terdiam. Gue bingung gimana caranya mengisi kosong itu. Sebenarnya, gue dan Freya nggak dekat. Gue kenal dia sejak dia pacaran sama Moses, dan temenan sama Gia. Dia nggak banyak bicara.
" Gue jemput deh, ya? " Usul itu mengejutkan Freya, yang nggak langsung menjawab, dan juga mengejutkan diri gue sendiri.
" Menunggu nggak jauh lebih baik dari pada bengong sendirian ". Ujar gue, berusaha menutupi kecanggungan yang sekarang makin menganga lebar. " Kita nunggu Gia dan Moses di cafe aja, gimana ? "
Gue mengira dia bakal bilang nggak. Sedikit bagian diri gue bahkan berharap dia menolak, tetapi dia justru bilang,
" Oke. Gue tunggu, ya ".Telepon ditutup.
Gue pun meluncur kesana. Melihat Freya menunggu terkantuk kantuk dalam kostum regulernya. Gue membunyikan klakson sekali.
" Kita cabut duluan, nih? Nggak apa apa sama Moses dan Gia ? " . Tanyanya begitu gue mulai menyetir mobil keluar kompleks perumahannya.
" Lo punya usul yang lebih baik dari pada duduk nunggu dan nepokin nyamuk? " Sahut gue. " Main monopoli, mungkin ? ". Kami semua tahu Freya paling nggak bisa main monopoli.
" Ha.ha.ha " Jawabnya tanpa humor.
" Moses lebih gampang langsung nyusul dari pada balik buat jemput lo, dan Gia pasti seneng kita nggak ngaret seperti biasa ". Akhirnya, aku memberikan jawaban lain.
Untuk mengisi kekosongan, gue memasukkan CD Green Day koleksi lama ke CD player. Gue jarang dapat kesempatan untuk muter CD itu karena Gia selalu mengeluh bahwa musik sejenis itu bikin dia sakit kepala. Gue sempat melirik Freya, mau tahu apa dia akan berkomentar dengan pilihan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER WHEN
Romance" Apapun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada disana, menunggumu mengakui kebenarannya. " Bagi kita, senja selalu sempurna, bukankah sia sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, ak...