14 | Potong Uang Jajan, 15 Ribu(?)

2.8K 337 16
                                    

Kakak Adek, adalah ikatan yang paling kuat, yang pernah ada di dunia. Ikatan itu, mungkin akan rusak. Tapi, tidak akan pernah hilang, sampai kapan pun.

|Windastoryseries|

"Tumben lu berdua doang, Arsen mana?" Salah seorang teman sekelas Aksa dan Arsen, Deka Ratriprakasa, bertanya pada keduanya, sesampainya kakak adik kembar itu, di kelas.

"Sakit, tadi pagi di bawa ke RS," jawab Aksa.

"Lah, pantes aja tuh muka lu bedua kusam gitu."

Tak lama, salah seorang lagi, datang. Dion Akriandi, namanya. "Parah dong berarti, kalo sampe masuk RS?"

"Biasa," jawab Alden pelan. "Asmanya kambuh."

"Lah iya ya. Si Arsen 'kan, punya asma." Deka menepuk dahinya pelan. "Jadi, gimana?"

Omong-omong, Arsen memang memiliki riwayat asma, yang sudah ia derita sejak kecil. Kalau kelelahan sedikit saja, asmanya itu pasti kambuh.

"Gimana apanya?" tanya Alden bingung.

"Itu, si Arsen. Baik-baik aja, 'kan?"

Aksa menggeleng. "Kagak tau. Ayah sama Mama belum kasih kabar, katanya sih, kita suruh fokus sekolah aja."

Dion berdecak. "Kalo gue jadi lu berdua, gue sih, bakal maksain diri buat ikut ke RS. Mending bolos pake alibi nemenin sodara di RS, daripada masuk sekolah."

Alden menatap salah satu sahabatnya itu, dengan tatapan tajam. "Itu mah, elu!"

Dion tertawa sembari menepuk pelan, bahu Alden. "Eh iya, hari ini 'kan, latihan buat tanding lusa."

"Latihan apaan?" tanya Alden dengan tatapan menyelidik. Sungguh, ia tak tau apa-apa. Fokusnya hanya kepada acara ulang tahun sekolah, yang tak terasa, akan berlangsung seminggu dari sekarang.

"Basket, Al. Masa lu gak tau, sih?" Deka mengrenyitkan dahinya.

Aksa mendesah. "Tuh bocah, mana mau ngurusin beginian," gerutunya, membuat Alden meliriknya. "Fokusnya ke laptop, mulu. Bosen gue liatnya."

Alden menepuk bahu Aksa keras. "Gue mah sibuk, gak kaya lu! Laptop cuma buat nge-game doang!"

Dan Aksa, hanya terkekeh, sementara Dion dan Deka, sudah maklum.


____________________Π

Mama Nadhira, terlihat duduk sembari memainkan ponselnya di atas sofa. Berchatting ria, dengan sahabat-sahabatnya, yang rencananya dalam dua minggu depan, akan mengadakan arisan rutin di kediaman Darrel dan Allura.

Ayah Devan, sedang pergi ke kantor, untuk mengecek pekerjaannya. Tidak lama, katanya. Sementara itu, Arsen masih tidur, setelah diberikan obat.

Omong-omong, Arsen memang sering seperti ini. Jadinya, bukan merupakan hal aneh, jika anak itu tiba-tiba drop begitu saja. Memiliki riwayat asma sejak kecil, membuat Arsen sedikit lebih berbeda, dari anak-anak seusianya.

"Asalamualaikum, Ma."

Nadhira kontan menoleh ke arah pintu masuk, lalu menjawab salam dari kedua putranya. Mengulurkan punggung tangannya, untuk disalami oleh Aksa dan Alden. "Kok, jam segini udah pulang?" tanya Nadhira, saat melirik jam dinding yang berada di ruang VVIP ini, menunjukkan pukul 12 siang. "Kalian bolos, ya?!" tuduh Nadhira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

✔4+1 PRINCE-SS (JOYLADA: Winka choi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang