6

275 21 0
                                    

Mark benar-benar tak habis pikir dengan tingkah laku Yeri. Gadis itu menjauhinya sejak dia salah menyinggung soal boyband kesayangan yeoja itu. "Jangan bilang ini soal Yeri lagi?" Eric merebut bantal karakter Cars dari pangkuan Mark-mereka ada di rumah Mark sekarang.
Mark hanya berdecak, kesal-tapi ya-memang benar. "Oh My God Mark." Eric menggeleng. "Kenapa percintaanmu tak semulus Jeno eoh?"
Mark kini mendengus. "Jangan samakan aku dengan penyuka nuna."
Eric memutar kedua bola matanya. "Bukan masalah ia memacari Nancy yang lebih tua darinya, tapi Jeno lebih bisa mengatasi masalah wanita. Ya-kau tahu, dia tipe-tipe pria yang diam-diam menghanyutkan." Eric mengambil toples berisi kacang almond yang tadi diambilkan Jeno.
"Mwoya.."
"Hyeong, aku pergi ya, kau mau menitip sesuatu?" Jeno menuruni tangga sambil menggulung lengan kemeja hijau army nya. Mark mengernyit. "Eodi?"
"Menemani Nancy nuna mencari buku, kau mau sekalian menitip?"
Eric mengerjab. Sebenarnya di sini yang menjadi kakaknya siapa? Mark atau Jeno? Dewasa sekali namja itu.
"Em...pilihkan satu untukku, samakan saja dengan Nancy." Mark mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Eoh, na kanda. Eoh, chakkaman, hyeong, neo ddo?" Jeno menatap ke arah Eric.
"Em..kalau tak merepotkan." Cengir namja itu, Mark hanya mencibir. Dasar.
***

Sore ini, Mark memutuskan untuk mengikuti saran Eric,- ke rumah Yeri dan membicarakan semuanya baik-baik, dari hati ke hati. Omong kosong sekali-pikir Mark.
"Eoh, hyeong." Haechan yang baru saja kembali dari les vokalnya, keheranan karena melihat Mark ada di depan pintu pagar rumah Yeri.
Mark tersenyum tipis, tapi cukup membuat Haechan paham. "Ah..Yeri nuna, geutji?"
Mark hanya mengangguk. "Ya. Jadi-apa dia di kamarnya?"
Haechan mengangguk. "Eoh. Sejak sore tadi, nuna tak keluar kamar."
Mark mengeryit, tak keluar kamar?
--

Mark rasanya ingin tertawa. Ya. Dia sekarang sudah ada di kamar Yeri. Gadis itu sedang merajuk karena tak diijinkan melihat konser oleh sang ibu. "Hei, kau tak mau makan malam?" Mark duduk di tepi ranjang Yeri yang didominasi warna merah. Sepertinya yeoja itu baru saja mengganti seprei, karena terakhir Mark kesana, masih bermotif merah muda.
"Eomma yang menyuruhmu kan?!" Kesal yeoja itu. Mark terkekeh.
"Oh my God-no~"
"Tsk..gotjimal."
"Astaga baby, kau menggemaskan sekali kalau seperti ini." Mark sudah tak tahan lagi, namja itu mencubit gemas pipi Yeri.
"Ya! Jangan mencubit pipiku!"
Mark semakin terbahak.
"Mark Lee!!"
"Ok. Ok. Aku akan diam."
Lalu tak ada pembicaraan antara dua manusia berbeda gender itu. "Yerm?"
Tak ada jawaban. Mark menoleh, senyumnya mengembang. Gadis menggemaskannya sudah terlelap. Dan Mark, ia memilih duduk di kursi belajar Yeri. "Hanya sebentar." Gumamnya. Yeri terbangun. Perutnya meronta-karena belum terisi makan malam. "Mark?" Matanya mengerjab lucu begitu melihat Mark tertidur di kursi belajarnya. Gadis itu melirik jam wekernya, pukul 10 pm. "Aish..kenapa dia bisa-eoh!" Yeri segera beranjak dari kasur, buru-buru menahan kepala Mark yang hampir terantuk meja belajarnya. "Astaga Mark..."
Susah payah, Yeri mencoba membangunkan Mark. "Jinca...ya, Mark Lee!" Yeri bahkan kini mencubit pipi Mark, tapi namja itu malah mengusalkan kepalanya ke perut Yeri. Dengan penuh keyakinan, gadis itu akhirnya melepaskan tangannya dari kepala Mark, sedikit menggeser tubuhnya-dan
DUG!
"ARGH!" Kepala Mark sempurna mencium meja belajar Yeri, membuat gadis itu meringis, lalu setelahnya tertawa. "Wae?" Yeoja itu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aniya...aish...jinca..setidaknya, bangunkan baik-baik." Mark menggerutu, sebal. Namja itu mengusap keningnya yang memerah, membuat Yeri terdiam.
"Aku sudah membangunkanmu.." lirih gadis itu. Mark mendesah, "Geurae? Geurom mianhae. Tapi, setidaknya, jangan pakai cara seperti ini. Jinca appuda."
Yeri meringis. "Mianhae.."
Mark hanya mengangguk, lalu melangkah ke pintu kamar. "Emm..jangan lupa makan malam...geurigu-aku minta maaf."
Yeri tersenyum kecil. "Ne."
Mark menarik kecil sudut bibirnya. Baru saja ia membuka pintu kamar Yeri, gadis itu memanggilnya.
"Mark?"
"Hem?"
Yeri hanya terdiam, membuat Mark penasaran. "Wae?"
"Itu-maksudku, apa benar kau-"
"Aku menyukaimu?"
Yeri dengan polosnya mengangguk. "Em...jangan salah sangka dulu. Kemarin Eric-"
"Aku tidak salah sangka dan Eric juga benar. Aku menyukaimu Kim Yerim."
Gadis itu hanya tersenyum. Lalu melangkah mendekati Mark.
"Aku..tidak tahu kenapa aku bisa menyukaimu Mark. Padahal kau menyebalkan, kau bahkan jauh jika dibandingkan Chanwoo oppa. Kau terlalu manis, sedangkan Chanwoo oppa bisa terlihat tampan dan menggemaskan. Emm..tapi, aku sudah terlanjur menyukaimu.."
Mark membulatkan kedua matanya.
CUP.
Gadis itu berjinjit dan mencium kening Mark. "Get well soon. Dan..maaf sudah membuatnya sakit."
Mark mengerjab, lalu dengan sekali sentakan menarik Yeri ke pelukannya. "
"Nan neomu neomu joahseo..neomuu...joahseo."
Yeri terkikik geli. "Mark...aku-juga menyukaimu. Tapi bisakah kau lepaskan pelukannya?"
Mark menggeleng, tak sadar kalau di belakangnya sudah ada Haechan dan kedua orang tua Yeri.
"Mark..."
"Aku baru saja memelukmu dan sekarang kau mau aku melepaskannya? No!"
Yeri makin terkekeh, membuat Haechan menggeleng tak percaya.
"Wahh...hyeong, lain kali kalau mau bermesraan, bawa nuna ke taman bermain."
Tuan dan Ny Kim hanya tersenyum. "Haechan benar. Dan Mark, lagipula-ini bukan di Kanada." Tuan Kim berdehem, membuat Mark tersadar dan buru-buru melepaskan pelukannya.
Lalu tawa Ny Kim pecah. "Aigoo..calon menantuku menggemaskan sekali.."
***

"Jadi, kau dan Yeri sudah resmi sekarang?" Lucas tersenyum lebar pada Mark yang kini duduk di sebelahnya. Ketigany, Mark, Eric dan Lucas ada di kantin sekarang.
"Ya." Mark mengaduk lemonadenya.
"Wahh...lihat, wajahnya benar-benar terlihat sombong." Eric menggeleng, sedangkan Mark hanya tertawa.
"Oh my God! Lihat sekarang, dia bahkan bisa tersenyum seperti orang gila hanya karena mendapat pesan chat dari Yeri." Lucas kini mencibir.
"Wae? Bukankah kalian juga sering seperti ini?" Mark membela diri.
Eric dan Lucas mengangguk. "Ya-sometimes." Eric mengangguk. "Keundae...aku harap, kau bisa menjadi teman Lucas yang jadi budak cinta sendirian." Eric terkekeh, membuat Lucas mencebik.
"Budak cinta?! Ya! Neo manhi!" Lucas membela diri, tak terima.
"Na? Aniya-"
"Na kanda, Yerin mencariku. Anyeong."
Eric dan Lucas terdiam, menatap kepergian Mark yang tiba-tiba. "Sepertinya...Mark lebih buruk darimu." Eric menatap ke arah Lucas, namja itu mengangguk sambil menatap iba pada Mark. "Yeoja-yeoja itu menyeramkan." Eric bergumam.
"Ya. Apalagi pecinta oppa seperti Yeri dan Nancy." Tambah Lucas.
"Itu karena kau tidak bisa mendapatkan Nancy.."
"YA!"

~~~END~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Not Your Oppa!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang