[ Hari yang buruk ]

41 8 0
                                    

Malam itu, malam yang cukup menyebalkan. Proses menuju dewasa. Berfikir cepat, tindakan apa yang akan diambil, memikirkan pilihan A atau B, seperti kau memilih tetap hidup atau mati. Aku masih berumur 21 tahun. Pemikiranku masih seperti anak remaja biasa. Benar-benar tes yang Tuhan berikan kali ini sangat sulit. Seperti, Ia menanyakan satu hal padaku. "Kau harus memilih A atau B? Carilah keberuntungan disalah satunya. Atau, jangan temukan kegagalan seumur hidup disalah satunya."

-flasback mode on-

"APA YANG TERJADI!"

"s-.. seseorang... i-ingin...- napasnya tak beraturan.

"INGIN APA! APA YANG TERJADI!"

"di..sana..." Ia menunjuk kearah ia berlari tadi.

aku tersontak kaget..

Napasku tak beraturan. Aku bingung apa yang akan aku lakukan. Dia menggenggam kedua bahuku, menguncangnya.

"a..yo.. lari.." ucapnya lirih, dengan disertai airmata.

Kalian bisa tebak itu siapa?
Itu chanyeol.

Saat itu pikiranku belum tersambung. Aku masih menalar. Benar-benar aku lebih pantas disebut anak kecil berumur 5 tahun dengan dua kuncir kuda dirambut, ketimbang orang dewasa berumur 21 tahun.

Aku masih kaku ditempat. Disana, seseorang datang. Membelakangi cahaya bulan malam ini. Menggunakan baju serba hitam. Menggunakan masker hitam. Tidak terlihat jelas wajahnya. Tapi, suatu benda yang digenggamnya mengkilap bercahaya disana. Benda itu mendapatkan pantulan cahaya dari lampu jalanan.

Deg.

Aku tahu apa itu. Luka diwajah chanyeol, dan juga tangannya yang dilumuri darah. Itu luka pisau-

Seseorang menarik ku paksa. Berlari.

"CEPATLAH SOO A-YA!" Chanyeol membentakku. Membuat aku meninggalkan dunia ku tadi.

Chanyeol menggenggam tanganku erat. Kami berlari sekuat tenaga. Aku sesekali melihat kebelakang. Dia mengejar kami.

Semakin dekat.

Tuhan, kemana aku harus pergi? Kembali ketanganmu? Atau aku tetap disini?

Sesekali aku melihat Chanyeol. Raut wajahnya. Cemas. Marah. Takut. Sedih. Aku tidak bisa memastikannya dengan jelas. Yang jelas air mukanya bukanlah seperti Chanyeol yang aku lihat tadi pagi.

Napasku tersengal. Detak jantungku berdegup kencang. Bahkan aku bisa mendengarnya.

Kami menelusuri setiap jalan. Sial. Aku tidak terlalu tahu menahu tentang daerah ini.

Chanyeol memuntunku. Menggenggam lekat tanganku. Semakin lama jalan yang kami telusuri semakin kecil.

Sial. Kita memasuki gang kecil. Buntu.

Kami sudah diujung gang. Tak ada jalan lain. Hanya ada tumpukan kayu, dan beberapa barang-barang bekas.

Aku berfikir cepat. Chanyeol panik. Aku melihat sekeliling. Mau berteriak? Percuma. Sekarang sudah pukul 10.30PM (KST). Mau lari? Percuma. Si Penjahat sudah digang yang sama denganku.

Tanganku mengepal. Mencari jalan keluar tercepat.

Butuh 2 menit aku menalar.

Yup! I got it!

Aku akan menjebaknya. Seperti yang Appa ajarkan.

Diujung gang sana. Si Penjahat membuka tudung jaketnya. Terlihat rambutnya. Matanya. Asing. Sungguh asing. Aku tidak mengenalinya.

-I'm Different-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang