Waktunya Datang

15 3 0
                                    

Author pov
Sakura tertidur sambil memeluk buku itu, air mata masih terlihat di pipinya. Hishiro yang baru pulang dari rumah Ichiro mencari kakak tercintanya itu, dan mendapati kakaknya sedang tertidur. Dia tersenyum melihat kakaknya. Dan segera menutup pintu secara perlahan agar tidak mengganggu tidur kakaknya itu.

"Wah onee-chan sudah selesai memasak, untung saja kalau tidak aku harus memasak telur seperti biasanya. " dia bergumam sambil menatap masakan yang dibuat kakaknya itu. Dia mulai memakan masakan itu.

Karena kakaknya sedang tidur, Hishiro memilih untuk berlatih biola di ruang atap rumah supaya tidak mengganggu kakaknya yang sedang tidur.

Sakura terbangun beberapa jam kemudian, dan dia mendengar suara permainan biola di ruang atap.

"Pasti Hishiro," katanya. Sakura bangkit dari tempat tidurnya dan segera keluar. Sakura sebenarnya akan langsung berjalan menuju atap rumah tetapi karena lapar dia memilih makan duluan. Pada saat itulah terjadi peristiwa yang bisa dibilang cukup mengejutkan.

Sakura mendapati adeknya sedang duduk sambil menonton televisi.

"Ah onee-chan sudah bangun?" Hishiro menoleh karena menyadari kehadiran kakaknya. "Ya, kamu duduk di sana sudah berapa lama?" entah dorongan apa yang melandasi pertanyaan Sakura itu.

"Sejak 30 menit yang lalu, memangnya kenapa onee-chan?" tanya Hishiro dengan wajah bingung.

"30 menit yang lalu?" Sakura sempurna berada di samping Hishiro. "tapi tadi aku mendengar sebuah suara dari ruang atap, suara permainan biola." wajah Sakura yang semula biasa saja menjadi cemas.

"kapan Onee-chan?" Hishiro juga bertanya, walaupun dia juga merasa takut, tapi dia berusaha tenang.

"Ba.....ba....barusan." katanya dengan nada cemas sekaligus ketakutan. "Eh? Onee-chan kamu tidak sedang bercanda kan?" Hishiro mulai memperlihatkan wajah cemara dan dia mulai merasa takut.

"Pokoknya ayo kita cek saja diatas." Sakura mencoba mengontrol ketakutannya dan mulai berjalan disusul Hishiro yang memegang erat tangan kakaknya itu.

Mereka tiba di depan pintu ruangan itu, Hishiro menggenggam erat tangan kakaknya sampai kakaknya mengeluh kesakitan. "Aduh Hishiro, jangan remas tanganku, sakit.." katanya.

"ah maaf onee-chan, aku takut." katanya. "tidak apa-apa kok kan ada onee-chan!" katanya menenangkan adeknya. Hishiro hanya menatap wajah kakaknya yang sedang tersenyum itu. Dia mengangguk mantap.

Sakura membuka pintu perlahan sambil memikir kemungkinan terburuk yang ada di balik pintu itu. Sekarang pintu sudah terbuka sempurna disana tidak ada apa-apa hanya sebuah meja dan kursi dan ada pemutar musik di samping meja itu, mereka berjalan kedalam, saat itu musik itu sedang tidak terdengar.

"Onee-chan apakah benar kamu mendengar musik tadi?" Hishiro bertanya. "Kamu menuduhku berbohong ya Hishiro!" Sakura agak marah mendengar pertanyaan adeknya itu. "bu...bukan kok onee... chan..." suara musik itu terdengar lagi. Hishiro memeluk kakaknya sangat erat. "Hi...Hishiro lepaskan aku susah bernafas." Ujar Sakura berusaha melepaskan pelukan adeknya. Hishiro menggeleng dan memeluk kakaknya lebih erat. Sakura membiarkan adeknya walaupun dia sedikit takut,tapi dia berusaha menghilangkan ketekutannya itu. Dia memutarkan bola matanya ke seluruh ruangan dan dia menemukan sumber masalahnya, sebuah senyuman lebar terukir di wajahnya pertanda kemenangan.

"Hahahahahahahahaha..." dia tertawa terbahak-bahak. Hishiro menatap kakaknya dengan wajah bingung. "Onee-chan kenapa kamu tertawa?" Hishiro tetap memeluk kakaknya karena musik itu masih terdengar. "Hishiro lepaskan aku, ternyata ini hanyalah masalah sepele," ujar Sakura. "Tidak aku tidak mau," katanya tetap memeluk kakaknya. "Ah kamu ini baiklah akan aku beritahu supaya kamu juga cepat-cepat melepaskanku." Sakura membelai rambut adeknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

si syal merahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang