Empat

65 24 65
                                    


Vino
Gue udah di ruang tamu lo.

Iya. Gue udah siap nih.

Vania mengikat rambutnya dengan asal setelah membalas pesan dari Vino. Dia mengambil tasnya yang ada di atas kasur lalu membuka pintu dan menuruni satu persatu anak tangga dengan cepat.

Vino yang sudah siap dengan seragam sekolah sedang mengobrol dengan Ibunya di ruang tamu.

"Sorry banget Vin, gue tadi kesiangan. Masih ada waktu 10 menit kok. Kita nggak bakal telat" ujar Vania sambil melihat arloji yang melingkar di tangannya.

"Lo sarapan dulu sana" ujar Vino.

"Nggak ada waktu buat sarapan Vin. Kita bisa telat"

Vania dan Vino kemudian menyalimi tangan Ibunya. Vania segera menarik tangan Vino menuju motor gedenya.

"Lo harus sarapan dulu" ujar Vino sambil membalikkan badannya dan menarik tangan Vania.

"Vin, nggak ada waktu buat gue sarapan. Buruan nanti kita telat. Gue nggak mau udah rapi-rapi gini nanti sampe sekolah disuruh bersih bersih" Vania mencoba melepas tarikan tangannya itu.

Vino mengalah, akhirnya dia menaiki motor gedenya itu kemudian diikuti Vania yang juga menaiki motornya di belakang. Vino menggas motor gedenya itu menuju sekolah.

"Ah, sial" ujar Vania sambil mengacak rambutku kesal. Gerbangnya sudah ditutup. Vania melihat ke arah jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.05. Hanya terlambat 5 menit. Coba saja dia dan Vino tiba tepat waktu.

Vania turun dari motor Vino lalu melepas helm miliknya.

"Maaf, gara-gara gue lo jadi telat. Lo jadi harus bersih-bersih. Harusnya gue nggak kesiangan tadi"

"Nggak papa, itung-itung olahraga pagi" Vino mengacak rambut Vania menjadi semakin berantakan.

"Vin rambut gue jadi berantakan nih"

tinnn..

Bunyi klakson mobil itu sukses membuat Vania dan Vino menoleh. Mobil Jazz berwarna merah itu terlihat tidak asing. Seorang pria keluar dari mobil itu. Tidak salah lagi, dia adalah Devan.

"Anak OSIS kok telat" ujar Vino dengan suara yang pelan namun masih bisa terdengar.

Devan tidak memperdulikan perkataan Vino, dia hanya melirik Vino dengan sinis.

Bu Yuli yang hari ini mendapatkan jadwal piket membukakan gerbang.

"Taruh dulu kendaraan kalian di parkiran lalu datangi ibu ke meja piket" perintah Bu Yuli.

"Iya Bu" ujar kami bertiga bersamaan.

Vino dan Devan menuju parkiran untuk memarkirkan kendaraannya sementara Vania angsung menuju meja piket.

Vino dan Devan kemudian menuju meja piket. Vania melihat mereka berjalan berdampingan seperti melihat pangeran-pangeran di negeri dongeng. Mereka berdua begitu sempurna.

Mereka bertiga sudah siap mendengar omelan Bu Yuli dan menerima berbagai pertanyaan.

"Devan, kamu kenapa telat? Kamu ini kan OSIS harusnya kasih contoh yang baik"

"Saya tadi kesiangan Bu" jawab Devan.

"Kalian berdua juga, kenapa bisa telat?" Bu Yuli melihat kearah Vania dan Vino.

"Tadi saya kesiangan Bu. Vino telat gara-gara saya" jawab Vania.

"Ya sudah kalian baris di sana"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of Vania [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang