Homosexual - Don't let me know

144 4 0
                                    

'Halo, i'm Yuna'

"Yuna-ya, Sian sajangnim memanggilmu". Wanita cantik itu bahkan belum menyelesaikan pekerjaan dan sekarang mendapatkan panggilan mendadak.

"Hera-ya, bisakah aku menyelesaikan berkas ini dulu", Yuna memalingkan wajahnya dengan malas

"Pergilah dulu menemuinya", Hera menatapnya dengan pandangan memohon "aku tidak ingin dimarahinya lagi hari ini".

"Oke baiklah". Yuna berjalan dengan langkah gontai

Dia membuka pintu ruangan direktur tempatnya bekerja secara perlahan, dan terpaku melihat ketampanan sang bos yang sedang fokus pada berkas di tangannya.

"Apa anda membutuhkan bantuanku sajangnim?" Tanyanya pada seseorang yang duduk dihadapannya

Sian meletakkan berkas itu diatas meja dan menghampiri Yuna "Kau tidak merindukanku?".

Yuna menatapnya jengkel "Sian-ah jangan menggangguku disaat jam kerja"

Sian memeluknya erat "Aku bos nya disini, jadi aku bisa bertemu dengan kekasih ku kapanpun aku merindukannya".

Yuna melepaskan pelukan Sian "tapi pekerjaanku masih banyak, tapi kau selalu memanggilku setiap waktu. Ini bahkan sudah panggilan ke empat di pagi ini".

Sian menunduk agar tinggi badan nya sejajar dengan tinggi badan kekasihnya yang hanya 155 cm "apa aku tidak boleh merindukan kekasihku?" Dia mengecup pelan bibir Yuna.

Yuna mendengus dan berbalik keluar dari ruangan kekasihnya. Sian selalu mengatakan kata-kata manis dengan wajah yang sangat datar.

Yuna menatap arloji di tangannya, ternyata masih jam 3. Dia sangat lelah untuk tetap melanjutkan pekerjaan ini.

Yuna ingin menyandarkan kepala nya pada meja, tetapi tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya

"Ada apa Mina-ssi?" Tanyanya

"Yuna-ya, Sian Sajangnim memanggilmu diruangannya"

Yuna memutar bola mata nya dengan malas "Katakan padanya kalau aku sedang sibuk"

"Kau menyuruhku datang keruangannya dan mengatakan kalau kau sedang sibuk", Mina menatapnya marah "Kau menyuruhku mengatakan itu agar aku dipecat?"

"Aku tidak menyuruhmu mengambil uang perusahaan sampai harus dipecat". Yuna menatapnya datar, lalu menunjuk ruangannya Sian "Kau hanya perlu datang ke orang yang menyuruhmu tadi dan mengatakan kalau aku sedang SIBUK."

"Pergilah sendiri dan katakan pada kekasihmu yang berada diruangan itu kalau kau sedang sibuk," Mina tertawa meremehkan "Aku bahkan tidak yakin kalau dia menganggap mu kekasih".

Yuna memasuki ruangan Sian dengan perasaan marah

"Apa kau gila? Memanggilku terus menerus sehingga aku tidak bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat, lalu pulang keapartemen dan istirahat", Yuna menumpahkan kekesalannya.

Sian menatapnya datar "siapa yang  menyuruhmu untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Kau bisa memberikan nya pada pegawai lain".

"Lalu mereka tambah tidak menyukaiku dan menganggap aku makan gaji buta" Yuna mendekati meja Sian "ato mereka menganggap aku dianak emaskan karena menjadi kekasih dari direktur perusahaan?, kau membuatku di posisi sulit Sian-ah".

Sian menghela napas panjang "Pulanglah, kau perlu menjernihkan otakmu"

"Aku tidak mau pulang sebelum semua pekerjaan selesai" Yuna tidak mau kalah dengan Sian.

Sian menatapnya tajam "Aku Memaksa"

Apalah daya Yuna jika Sian sudah menatap nya dengan tajam dan mengatakan 'aku memaksa'.

--------

'Ceklek'

Pintu apartemen terbuka menampakkan wajah cantik yang sangat risau.

Yuna mendudukan dirinya dikursi ruang tamu. Dia memikirkan perlakuan Sian pada saat diruangan kerja kekasihnya itu.

Lelaki itu selalu mengatakan merindukannya, mencintainya, bahkan menciumnya tapi dengan tatapan yang datar. Apa Sian memiliki wanita lain sehingga dia tidak benar-benar mencintai Yuna?

Yuna dan Sian bahkan menjalin hubungan sudah setahun, tetapi Sian bahkan tidak pernah menatapnya dengan penuh cinta.

Bahkan banyak karyawan menganggap Yuna hanya perlarian Sian, mana mungkin seseorang yang sempurna seperti Sian menyukainya.

Tetapi daripada dia memikirkan hal yang membuatnya bingung, lebih baik dia mengistirahatkan otak dan badannya.

--------------

Sebenarnya saya ingin membuat Epilog untuk cerita sebelumnya, bahkan sedang membuatnya.

Tapi tiba-tiba ide ini muncul dan tidak akan ku siasiakan, jadi lanjutlah cerita ini sebelum Epilog cerita sebelumnya di publish.

Mohon kritik dan sarannya.

Rose 🌹

P S I K O L O G ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang