Eps. 6

13 3 0
                                    


    Aksa sudah dari jam 05.00 pagi bangun, melaksanakan sholat shubuh dikamar nya sendiri. Turun untuk makan, perutnya keroncongan dari tadi malam. Aksa melihat ada Mamah dan bi Minah. Mamah asyik sedang memegang sodet ditangan dan menumis sesuatu di wajan. Wangi masakan pun tercium keseluruh ruangan.
   Mendengar ada suara langkah kaki, mamah menoleh kebelakang. Aksa ingin memeluk mamah dari belakang, langsung tersenyum melihat Mamah.

    "Mamah udah tau," mamah kembali fokus pada makanan sembari senyum kecut.

   "Iya deh," Aksa yang dari tadi tersenyum langsung berbalik ke meja makan.

   Masakan dihidangkan di atas meja, di meja sudah tersedia banyak lauk pauk. Setelah membereskan dapur, mamah keatas. Aksa di tinggal bersama bi Minah dibawah.

  "Den, masih pusing?" Bi Minah menghampiri Aksa yang sedang makan sendiri.

  "Nggak bi, udah nggak papa. Bibi udah makan? Kalau belum, temenin Aksa ya." Aksa memang merasa sudah baikan sekarang, tapi Aksa tidak suka karena tidak ada yang menemaninya di ruang makan.

  "Bibi mau beres-beres dulu di depan. Den Aksa makan sendiri dulu ya," Jawab Bi Minah berbalik meninggalkan Aksa.

  "Kan ada gue dedeku seyeng," Nuha mengagetkan Aksa dari belakang.

  "No, please. I don't want to be hugged" jawab Aksa yang sedikit terkejut dan geli.

   "who wants to hug you babe?" Nuha memeletkan lidah nya kepada Aksa.

Nuha melihat sekitar, mencari sesuatu.

  "Cari apa kak?" Mamah bertanya sembari turun dari tangga.

  "Where's daddy?" Nuha mencari ke ruang kerja.

  "Kerja lah. Eh, Aksa udah makan? Nggak nungguin Mamah toh," mengelus kepala Aksa.

  "Udah keroncongan dari tadi," Aksa lanjut makan.

  Sarapan pagi hanya membahas topik saat kepala Aksa terbentur bola basket.

   Hari ini Aksa tidak masuk sekolah karena masih pusing dan agak demam.

    Tririring.. Tririring..
ponsel Aksa berbunyi,

   "Hello dad?"
   "Hello son,"
   "Why did you call me?"
   "Memang nggak boleh?"
   "Eh, bukan gitu pah. Maksudnya, kok tumben papah nelpon Aksa?"
   "Cuman mau tau kondisi kamu kayak gimana. Tadinya Papah nggak mau masuk, ngeliat kamu kayak gitu, jadi khawatir. Tapi ada klien datang dari Jerman. Mau nggak mau ya, tetep aja dad harus ke kantor," Papah menjelaskan panjang lebar.
    "Udah mending kok pah dari kemarin, cuman sekarang pusing sama rada demam.."
     "Kalau besok masih pusing, jangan dulu masuk ya nak." Saran papah dengan nada khawatir.
     "I'm oke Dad. *Mach dir keine Sorgen,"
*tidak usah khawatir
     "*alles klar, sudah dulu ya. Papah mau lanjut kerja. Bilang ke Mamah, papah pulang cepat hari ini." Kata Papah Dengan suara khas Jerman-nya.
*baiklah

   Jam 12.17 Mamah dan Nuha pergi ke supermarket untuk belanja bulanan di antar oleh supir pribadi—pak Didu. Aksa di suruh agar diam di rumah tidak kemana-mana. Diam di rumah bersama bi Minah? Hah, gabut kan.
   Kerjaannya di rumah cuman baca buku (itu juga cuman ngebalik-balikin halaman), lebih sering main PS.
    Jam 14.20 Mamah dan Nuha belum juga pulang ke rumah.

  TINGNONG, TINGNONG

    "Iya, iya sabar," Aksa langsung berlari ke depan pintu.

   "Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.." Zahir mengucapkan salam dengan nada sok di qolqolah-in.

  "Waalaikumsa..lam," Aksa melongo melihat teman-temannya menjenguk Aksa, karena sebelumnya belum bilang ke Aksa bahwa mereka mau menjenguk nya.
   Tidak cuman Syawal, Zahir, Adam dan Nevan. Ternyata juga ada Arwa—si Cewe Jutek.

   "Kok, kok ada di..dia?!!" Tanya Aksa dengan muka yang memerah sembari menutup muka nya.

  "Kenapa memang?" Jawab Arwa dengan muka datar.

   "Nggak, nggak papa. Ayo masuk," Aksa langsung mempersilakan teman-temannya masuk ke dalam rumah.

    4 serangkai (Syawal, Adam, Nevan dan Zahir) hanya melihat sekitar. Takjub karena rumah Aksa seperti istana yang megah—dari Lluar saja sudah ada garasi yang luas, taman luas di sebelahnya, dan Gazebo yang besar.

   "Anjay! Rumah sultan gila," Nevan yang melihat-lihat sekitar sembari takjub melihat rumah teman barunya yang besar.

   Teman-teman Aksa duduk manis di ruang tamu. Mereka seperti meng-kode agar segera ambilkan makanan dan minuman untuk mereka. Aksa seorang pemuda yang peka pun langsung menuju dapur.

    "Mau di bantu?"

Thanks for reading friends.
See you in the next episode :)

Not SAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang