Pet

32 3 0
                                    

"Al!"

"Alba!"

"Hei Tuan muda!"

Yang dipanggil menoleh. "Apa?"

"Dipanggil gak nyaut! Kenapa lo? Lagi banyak masalah?"

Alba menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya kasar. "Enggak. Bukan."

"Ya terus? Muka lo lebih datar dari jalan tol tau gak lo?"

Namun Alba terus berjalan menuju laboratorium di salah satu ruangan di rumahnya, tak mengindahkan perkataan gadis cantik nan modis dibelakangnya.

"Gue bukan radio butut ya Alfarantha!"

Langkah kakinya terhenti. Gadis itu sudah memanggilnya dengan nama samarannya.

Alba berbalik, membuat gadis itu tersenyum puas. "Temenin gue beli peliharaan doonggg All hehehee."

______________________________________

Alba dan Claretta tengah berada didalam mobil menuju toko hewan besar didekat sana. Claretta tampak sangat riang hingga kakinya beberapa kali menendang-nendang bagian bawah mobil.

"Senang sekali. Belum pernah naik mobil ya?"

"Enak aja!! Pacar gue kaya ya! Gue sering naik mobil!"

"Terus? Kenapa enggak bawa pacarmu aja buat anter beli hewan?"

Claretta menoleh pada Alba yang tatapannya masih setia pada jalanan aspal didepannya. "Aku putus Al"

Sesaat setelah mengatakan itu, Claretta mendengar suara tawa terbahak dari manusia disampingnya hingga ia memukul beberapa kali stir mobil.

"Kok ketawa sih?!"

"Puas. Itu sih, pamer mulu."

Claretta mencubit pinggang Alba sambil memukul lengan kanannya. "Males curhat sama lo!"

Alba terkekeh, lantas segera membelokkan mobilnya karena tempat tujuan telah didepan mata.

Belum sempat memasuki lahan parkir, kegiatannya di protes oleh makhluk disampinnya. "Kok kesini sih?!"

"Loh? Kan toko hewan?"

"Gue maunya piara ikan Al!"

"Lah gak ngomong."

"Puter balik! Ayok keluar lagi!"

Alba menghembuskan nafasnya kasar. Capek layanin cewek ini.

Yang pada akhirnya, ia mengikuti keinginan temannya sejak sekolah menengah atas ini.

"Tapi toko ikan jauh dari sini."

"Ada toko ikan terdekat yang pernah gue liat di sekitar sini. Tinggal lurus aja teruss sampaii deeh!"

"Enak ya ngomongnya."

Yah walau pada akhirnya ia mengikuti keinginan teman sejak sekolah menengah atasnya itu.

Perjalanan selama 45 menit itu mereka habiskan dengan bernyanyi-nyanyi didalam mobil yang merupakan kegiatan yang lama sekali tidak mereka lakukan.

Hingga tak terasa, mobil hitam itu telah parkir di halaman toko ikan yang Claretta tunjukkan.

Ini adalah toko ikan yang ia kunjungi beberapa hari yang lalu.

"Kenapa tak bilang ingin kemari? Aku selalu kesini. Bahkan aku baru mengganti ikanku dengan ikan dari toko ini."

Claretta menatap Alba. "Benarkah? Ish lain kali ajak ajak!"

Alba terkekeh lalu mengajak Claretta dibelakangnya untuk segera masuk kedalam toko ikan yang sepanjang perjalanan ia sebutkan terus menerus.

"Ye ye! Beli ikan! Ye yee!"

Alba menatap jijik melihat tingkah Claretta. Sangat kekanak-kanakkan.

"Hei! Hei! Layani pembeli cantik didepan! Biar aku yang membereskan akuarium! Cepat cepat! Aloni! Hanela! Ayokk!"

"Baik!"

"Ayok ayok beriap! Kita layani-Eh?!"

"Kenapa? Ada apa Han?"

"ITU SI PEMBUNUH IKAN!!" Hanela berteriak seraya menunjuk kearah lelaki yang berada tak jauh dari wanita cantik yang dimaksud oleh Pak Manager.

Terkejut, Aloni segera melihat apa yang ditunjuk oleh Hanela. "Itukan pria kaya yang membeli hampir seluruh ikan ditoko bukan? Yang balon ikannya kau antar waktu itu?"

"IYA! BETUL SEKALI!"

"Kau tahu ikan ikan itu dipakai buat apa?" Hanela melanjutkan.

"Untuk apa lagi memangnya? Pasti ia pelihara untuk mempercantik rumahnya." Aloni menjawab.

"Salah! Ia pakai untuk menampung cairan-cairan berbahaya dari dalam rumahnya!" Hanela berteriak heboh membuat dua orang pelanggan itu menoleh kearahnya.

"Hanela? Oh aku lupa kau bekerja disini."

"Oh kau mengenalnya?" Claretta menatapnya heran. "Ya, aku kan pernah berkunjung sebelumnya."

Aloni mendekati mereka berdua lalu menyapa ramah dan menawarkan bantuan untuk memilih dan mengemas ikan yang mereka inginkan.

"Baiklah nona manis, ikan mana yang membuatmu tertarik?"

"Mmm, aku..-"

"Tidak! Jangan berikan ikannya pada mereka!"

Teriakan Hanela membuat tiga orang dihadapannya berhenti beraktifitas dan menatapnya kebingungan.

"Ada apa lagi Hanela..." Aloni berkata geram, tingkah Hanela sangat aneh hari ini.

"Aku hanya tak ingin mereka meracuni ikannya!"

"Hanela! Cukup!" Aloni berteriak tegas, membuat Hanela diam seketika.

"Tolong pisahkan antara urusan pribadi dan pekerjaan. Entah apa yang kau ketahui tentang pria ini tapi kumohon jangan seperti ini."

Hanela menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Jarang sekali Aloni memarahinya atau bahkan berkata tegas kepadanya. Mungkin ia sudah kelewatan, sebaiknya ia biarkan saja, apapun yang terjadi pada ikan itu ia serahkan saja. Hanela tak ingin membuat Aloni lebih marah lagi. Lagipun, ia juga butuh uang dari hasil penjualan ikan ikan ini.

"B-Baiklah Aloni... Maafkan aku."

"Tak usah. Sebaiknya kau mengambil ikan dari akuariumku saja Claretta. Ayok pulang." Alba menggandeng tangan Claretta lalu membawanya keluar dari toko ikan.

Hanela mengangkat wajahnya lalu menatap tak percaya pada lelaki itu.

"Hm? Ada apa ini?" Aloni kebingungan.

"E-Entahlah Aloni, aku juga tidak mengerti."

Hanela menghembuskan nafasnya perlahan, ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Hanya saja ia tak tahu apa itu.

Fish and ChemistryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang