Red,Green,Blue

17 3 0
                                    

"HAAA YAAMMPUUN BAGAIMANA INII?!"

Hanela berteriak panik. Rombongan telah pergi dan satu balon ikan berisi 15 ikan ukuran sedang tertinggal dibawah meja.

"Mau tak mau salah satu dari kita harus pergi ketempatnya." Aloni memberi saran.

"Tapi tak ada yang tahu dimana tempat tinggalnya kecuali Pak Manager." Alea menunjuk Sang Manager.

"Aku tak tahu alamatnya. Aku hanya tahu bahwa ia berada di luar daerah kita. Tetapi aku memiliki kontaknya."

"Kalau begitu tanyakan padanya dimana ia tinggal. Mudah bukan?" Hanela menatap Manager.

"Masalahnya, jikalau jauh, siapa yang mau pergi? Petugas delivery kan sudah mengundurkan diri 3 bulan yang lalu. Ingat?" Aloni menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Baiklah tak apa. Aku saja." Hanela mengangkat tangannya.

______________________________________

Esok harinya, Hanela telah berdiri didepan gerbang besar berwarna hitam keemasan dengan segala motif rumitnya yang meyakinkan Hanela bahwa ia tak salah rumah. Si Kaya itu tinggal disini.

"Permisi!"

Gerbang dibuka sedikit, menampilkan seorang pria tinggi yang sepertinya penjaga dirumah ini. "Ya? Ada apa?"

"Aku Hanela dari toko ikan kemarin ingin mencari pemilik rumah, satu balon berisi 15 ekor ikan hias tertinggal dibawah meja, jadi aku mengantarnya kemari. Apa ia ada dirumah?"

Penjaga itu mengangguk tanda mengerti lalu menengok kebelakang, sepertinya ia memberi informasi itu pada penjaga lainnya. "Baiklah, ayok masuk terlebih dulu nona."

Hanela kini telah berada di ruang tamu rumah besar itu. Ia melihat sekeliling.

Indah...

Bercat keseluruhan putih, rumah ini terlihat sangat elegan namun unik dengan segala perabotan yang terbuat dari alat-alat laboratorium kimia seperti vas bunga dihadapannya yang terbuat dari labu erlenmeyer, lalu wadah tanaman mungil di atas meja kayu yang terbuat dari gelas kimia. Ini kali pertama Hanela melihat rumah seperti ini. Sangat menakjubkan.

"Hanela?"

Seseorang yang baru turun dari tangga mengejutkannya yang membuat Hanela menoleh lalu berdiri menghadap orang tersebut.

Si Kaya..

"Kau datang jauh jauh kesini hanya untuk mengantarkan balon ikan?" Tanya laki-laki itu.

"I-Iya tuan, ini.." Hanela menyerahkan balon ikan itu.

Laki-laki itu menerimanya. "Baiklah terima kasih, tapi lain kali tak perlu kemari. Aku rutin membeli ikan setiap satu bulan setengah sekali. Aku akan mengunjungi toko itu lagi lalu mengambil yang tertinggal."

"A-Ah tak apaa, aku tak kerepotan."

"Aku tak peduli. Tapi tempat ini bukan tempat sembarang orang boleh memasukinya." Penjelasan lelaki itu membuat Hanela ditimpuk rasa malu.

"Baiklah kalau begitu, aku harus segera pulang bukan?"

"Orang ku akan mengantarmu pulang Hanela. Kalau kau pulang sendiri, perjalanan akan memakan waktu yang lama hingga malam hari. Akan sangat merepotkan jika terjadi sesuatu padamu."

Hanela mengerutkan keningnya. Lelaki ini bisa sangat dingin tapi perhatian disaat yang sama. Apa dia memiliki gangguan mental? Oh atau ia sudah sangat sering menggoda wanita?

"Baiklah kalau begitu." Hanela tidak menolak. Lagipun, ini bisa membantunya menghemat uang.

Setelahnya Hanela berbalik dan berjalan cepat menuju pintu utama tempat ia masuk tadi.

Tapi Hanela ceroboh dan salah masuk lorong. Saat ia menyadari ini bukan tempatnya masuk tadi, ia melihat akuarium-akuarium ukuran sedang dengan ikan-ikan hias dari tokonya berada didalam sana.

Hanela tersenyum. Ia selalu suka pemandangan seperti ini. Hanela berjalan perlahan masuk kedalamnya dan sesuatu mengganggu penglihatannya.

Cairan berwarma hijau, biru dan merah memenuhi masing-masing tiga akuarium ukuran sedang itu yang berasal dari sebuah selang yang entah dari mana asalnya.

Seketika, Hanela melihat ikan dalam akuarium yang sekarang airnya berwarna hijau itu mulai tergolek dan mengambang kepermukaan akuarium.

Ikan itu telah mati.

Hanela membelalakan matanya. "YAAMPUN IKANNYA KERACUNAN! HEEY!! SESEORANG TOLOONG!! ANDA MEMBERI AIR YANG SALAH PADA IKAN IKAN INI!! TOLOONGG!!"

Teriakannya disambut kemunculan dari lelaki si pemilik rumah dengan wajah panik.

"Apa yang kau lakukan disini?! Aku menyuruhmu untuk pulang!"

"KAU MEMBELI IKAN UNTUK MERACUNI MEREKA?!" Hanela melotot galak pada lelaki itu.

"Aku tidak meracuni mereka." Bela lelaki itu. "Keluar dari sini! Kau tak seharusnya berada disini."

"Tidak! Sampai kau menjelaskan semuanya! Siapa kau? Dan kenapa kau membiarkan cairan berwarna-warni ini mengalir pada akuarium-akuarium ikan?!"

Lelaki itu memejamkan matanya. Terlihat sekali ia menahan amarah.

"Kau tak perlu tahu dan aku tak meracuni ikannya. Memang itulah tugas mereka."

"A-apa maksudmu dengan 'tugas mereka'?"

"Mereka penguji kelayakan air. Jika mereka mati mengambang seperti ini maka air yang disalurkan itu perlu pengolahan lagi sebelum dibuang ke luar."

"Maksudmu? Mereka dijadikan tikus percobaan?! Sungguh tidak berhati!"

"Ikan percobaan."

Hanela menghembuskan nafas kasar. Sempat sempatnya lelaki ini melempar guyonan. "Jangan bercanda. Aku serius."

"Aku juga serius. Sekarang, pergi."

"Satu lagi. Aku ingin tahu namamu."

"Alfarantha. Puas? Pergilah."
______________________________________

Vomment nya kaka...

Love,
VN

Fish and ChemistryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang