Sesuai rencana yang telah disusunnya, hari keduanya di Pulau Jeju, Nayeon berencana untuk mengunjungi museum boneka kesukaan sejuta umat, apalagi kalau bukan teddy bear.
Karena saat ini baru pukul delapan pagi lewat seperempat dan museumnya jelas belum buka, Nayeon memutuskan untuk berkeliling di sekitar hotel tempatnya menginap menggunakan sepeda.
Dengan sepeda yang telah ia sewa, Nayeon pun mulai berkeliling. Udara pagi hari yang tak begitu menyengat kulit dan deru ombak yang menghantam bebatuan, membuat Nayeon makin semangat mengayuh sepedanya.
Pemandangan Pulau Jeju yang indah akan sangat sayang jika tidak diabadikan, olah karena itu beberapa kali Nayeon singgah untuk memotret dengan kamera yang menggantung di lehernya.
Sedang asyik bersepeda, Nayeon dikagetkan oleh suara panjang klakson mobil dari arah belakangnya. Karena terkejut Nayeon pun jadi kesusahan mengatur keseimbangan sepedanya.
Ingin rasanya Nayeon mengomeli pengendara mobil yang melaju kencang itu. Namun, keinginannya itu justru membuat Nayeon tak melihat di depannya terdapat sebuah batu yang berhasil membuat lutut mulusnya mencium aspal dan tubuhnya tertimpa sepeda sewaannya.
"Ah, sial," umpat Nayeon sambil berusaha menyingkirkan sepeda dari atas tubuhnya. Tetapi, karena dasarnya Nayeon lemah, sepeda itu hanya bergerak sedikit.
Nayeon meringis karena kakinya berdenyut sakit dan ada bercak darah menghiasi lututnya yang memang tidak tertutupi oleh gaun potongan yang ia kenakan.
Jatuh dari sepeda mungkin adalah hal biasa, tetapi tidak bagi seorang Im Nayeon yang dari kecil sudah diperlakukan bak seorang puteri. Terakhir ia terjatuh seperti ini mungkin sepuluh tahun lalu saat pertama kali ia belajar menggunakan sepeda yang berakhir dengan salah satu pengasuhnya dipecat.
"Tidak ada orang lagi." Nayeon menatap sekitarnya untuk meminta pertolongan dan sialnya tidak ada satu pun manusia di sepanjang penglihatannya.
Baru saja Nayeon berpikir akan kering di pinggir jalan dengan kaki terluka, suara mobil dengan kecepatan sedang terdengar mendekat ke arahnya. Melihat mobil itu berhenti tepat di sampingnya membuat Nayeon sungguh berseru senang. Setidaknya sampai pengemudi mobil tipe conventible itu membuka kap penutup mobilnya.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
"Mengamen," jawab Nayeon sebal. Apa pria itu tidak mampu melihat sendiri bagaimana kondisinya saat ini?
"Ah maaf aku tak punya uang kecil, kalau begitu aku pergi dulu."
"Yak! Min Yoongi!!" teriak Nayeon ketika pria yang merupakan tunangannya tersebut telah menyalakan kembali mesin mobilnya.
"Ada apa?"
"Tolong aku." Walaupun gengsi, terpaksa Nayeon mengucapkan kalimat itu juga. Ia dapat melihat Yoongi menyeringai sebelum akhirnya turun dari mobil.
"Sabar, Nayeon. Sabar."
Dengan mudah Yoongi menyingkirkan sepeda dari kaki Nayeon dan meletakkannya di jok belakang mobil Bentley Continental yang ia kendarai.
"Apa lagi yang kau lakukan? Ayo berdiri?" ucap Yoongi sambil bersandar di mobil berwarna biru metalik tersebut.
Karena kesal, Nayeon melepas sneaker dari kaki kanannya dan melemparnya ke arah Yoongi. Gol! Sepatu tersebut dengan selamat mendarat tepat di kepala Yoongi.
"Kamu!"
"Salahmu, apa kau tidak lihat kakiku terluka?"
Sambil menahan amarahnya Yoongi pun mendekat ke arah Nayeon. Pria itu berusaha mengangkat Nayeon dengan meletakkan salah satu tangannya di belakang lutut Nayeon dan tangan satunya lagi mengelilingi punggung gadis itu.
Berada di jarak sedekat ini dengan Yoongi, entah mengapa membuat jantung Nayeon berdetak dengan sangat kencang, Nayeon curiga lebih lama diposisi ini dapat membuat jantungnya berpindah tempat.
"Jangan banyak bergerak, apa kamu tak tahu jika tubuhmu tidak ringan?"
Untung saja kali ini Nayeon diberi kesabaran ekstra untuk tidak menjambak rambut pria yang sedang menggendongnya ini.
Tbc....
Halo... haloo... Seminggu gak update, ada yang kangen cerita ini? 😁😁😁
Maaf ya, kemarin-kemarin abis liburan singkat dan pas pulang lupa sama jalan cerita punyaku 🤭 😂
11 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip ✔
General FictionIm Nayeon telah menerima pertunangan yang diatur oleh ayahnya sebagai takdirnya, tapi bagaimana jika pria yang ditunangkan dengannya lebih suka menatap berkas yang menumpuk dibandingkan menatapnya? Cover by @rozeusz