Sejak Nayeon mengiyakan keputusan ayahnya untuk menjodohkan dirinya dengan Min Yoongi setahun yang lalu, sejak itu pula Nayeon membuka lebar hatinya untuk menerima tunangannya tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Termasuk mulutnya yang tidak memiliki filter.
Walaupun terasa sulit, harus Nayeon akui jika ia menyukai kebersamaannya dengan Yoongi dua hari ini dan ada rasa tak rela ketika pria yang dua tahun lebih tua darinya itu mengatakan akan kembali ke Seoul lebih dulu.
Mungkin karena itu pula, Nayeon kesulitan untuk memejamkan matanya semalam. Akibatnya, lingkaran hitam tipis terlihat menghiasi kedua matanya.
"Apa ini!" jerit Nayeon ketika pertama kali melihat pantulan dirinya di cermin setelah bangun dari tidur super singkatnya.
Setelah mandi, Nayeon berusaha untuk menutupi lingkaran tersebut dengan concealer dan riasan tipis.
"Sialan. Ini semua gara-gara Min Yoongi!"
Tepat setelah Nayeon selesai dengan dandanannya, sebuah panggilan masuk muncul di layar ponselnya.
"Halo Princess, bagaimana liburanmu?" Terdengar dari seberang sana suara Im Seulong, pemilik dari Im Electronic Inc. yang juga merupakan ayahnya.
"Menyebalkan," jawab Nayeon sambil memanyunkan bibirnya.
"Kenapa? Apa terjadi sesuatu? Yoongi bagaimana?"
Mendengar nama sumber kekesalannya disebut oleh ayahnya, bibir Nayeon semakin maju, bibirnya kini dapat disamakan dengan seekor bebek.
"Ayah, kenapa Ayah mengirim Yoongi ke Jeju bersamaan dengan liburanku?"
"Kata siapa? Justru Yoongi sendiri yang mengajukan diriuntuk menggantikan kakakmu, sekalian menjagamu katanya."
Jika tadi bibir Nayeon yang manyun, kini matanya yang seolah ingin meninggalkan tempatnya akan informasi yang ia dapatkan dari ayahnya.
Sebuah kenyataan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Jadi Yoongi ke Jeju untuk menemuinya? Entah kenapa memikirkan hal itu membuat moodnya kembali dan sebuah senyum kini menghiasi wajahnya.
Setelah panggilan ayahnya berakhir, Nayeon berencana ke pantai. Saat keluar dari kamar, ia sempat melihat ke arah kamar Yoongi. Ada perasaan ingin menanyakan apa ucapan ayahnya benar atau tidak. Sayangnya, rasa gengsinya lebih mendominasi, Nayeon pun memilih langsung menuju ke pantai daripada bertemu Yoongi terlebih dahulu.
Hanya beberapa menit berselang, Yoongi keluar dari kamarnya dan menemukan dua orang room service hendak masuk ke dalam kamar Nayeon.
"Apa penyewa kamar ini ada di dalam?"
Kedua gadis tersebut tersenyum akan pertanyaan Yoongi, lalu salah seorang di antaranya menjawab, "Maaf Tuan, ia sedang keluar, mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu."
"Ah baiklah, terima kasih."
Walaupun telah mengatakan akan kembali ke Seoul pada Nayeon semalam, Yoongi berencana melakukannya lagi pagi ini. Sayangnya, Nayeon sudah tak ada di kamarnya.
Sambil menunggu mobil jemputannya datang, Yoongi memutuskan untuk berkeliling pantai di belakang hotel. Ia belum sempat berkeliling setelah dua malam menginap. Hari pertamanya di Jeju, ia sempat ke pantai ini juga tetapi fokusnya waktu itu pada gadis yang sedang tertidur di salah satu lounger seat.
Yoongi dibuat penasaran akan kerumunan di tepi pantai dan saat akan mendekat samar-samar Yoongi mendengar jika ada pengunjung yang terseret arus. Tiba-tiba saja ada rasa yang aneh pada diri Yoongi, perasaan akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Tbc....
31 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Road Trip ✔
General FictionIm Nayeon telah menerima pertunangan yang diatur oleh ayahnya sebagai takdirnya, tapi bagaimana jika pria yang ditunangkan dengannya lebih suka menatap berkas yang menumpuk dibandingkan menatapnya? Cover by @rozeusz