Chapter 2

44 4 6
                                    

Setelah kejadian itu aku tidak pernah lagi meminta sesuatu dengan dia. Walaupun itu hanya meminta uang sekolah ku aku akan mengambil nya sendiri secara diam diam dikala dia tidak ada di rumah. Dan terkadang aku juga mengambil nya dari kantong si gigolo itu.

Iya mereka sekarang sudah resmi jadi suami istri jadi mereka semakin tidak ada malu nya saat berhubungan intim walaupun aku ada di tempat itu. Kalian pasti bertanya tanya kenapa ibuku ( laknat ) itu tidak pernah marah dan tidak pernah ketahuan saat aku mengambil uang itu, karna dia akan lupa dengan kejadian bahkan uang atau barang barang yang dia pakai kemarin tidak akan ingat. Jadi aku gk takut akan hal itu, mungkin ini alasanku bisa hidup panjang karna ada penyakit dia.....

Aku sudah tidak peduli lagi sama sekali pada mereka. Mau mereka berbuat yang tidak senonoh aku tetap tidak peduli. Tapi ada yang berbeda di mata si gigolo. Eh salah, di mata Appa ku. Iya aku sekarang memanggilnya Appa jika ibuku mendengar aku memanggil nya Dengan kata lain dia akan memukulku habis - habisan tanpa ampun.......

Aku yakin si gigolo menyuruh dan memaksa ibuku supaya aku memanggil dia appa padahal kan masih bisa di panggil bapak atau sebagainya. Aku percaya dia ada maksud lain mendekati ibuku.

Setiap hari aku melihat ibuku meminum obat yang dikasih oleh appaku. Aku pun tidak peduli sih tentang masalah itu tapi setiap aku melihat ibuku meminum itu ibuku langsung tertidur. Dan dia (appa) selalu menyerigai ku dengan mata besarnya yang membuat aku benci.

Aku mencoba bodo amat tapi dia tetap saja tidak berpaling dari arahku. Dan aku mulai membara dan tidak suka dengan perbuatannya sekarang ini dengan berani aku mendatanginya yang tidak jauh dari hadapanku dan disitu masih tertidur seorang wanita tua yang aku benci juga.

"APA MAU MU"  kataku dengan sedikit membentak

Aku tidak takut lagi jika ibuku sudah tidur karna aku yakin bahwa dia tidak akan sadar untuk beberapa jam kedepan. Dengan melangkah lebih dekat kepadanya.

Benar saja aku ingin membunuhnya dengan tangan ku sendiri.

"Ah... Kau mau tau apa mau ku"

Dengan tertawa sedikit dan memakai wajah yang sama dari awal sampai akhir.

Aku melangkah lebih dekat untuk menggapai baju nya dan menunjuk dia.

"bangsat,,,,, aku tidak perlu tau mau mu, toh aku akan segera membunuhmu ketika si tua ini sudah mati"

Tersenyum tanpa membalas tapi dia mengeluarkan suara berat nya dengan sedikit kecil seperti seseorang membisik kan sesuatu tapi terdengar jelas oleh ku.
Dia berkata "klo dia mati kau akan jadi selanjutnya"

Aku mulai tidak tahan oleh sikap nya yang membuat ku muak serta jijik dengan perkataannya. Aku yakin dan percaya bahwa makna dari kata tersebut aku akan menjadi ibuku. Yang bisa dibilang hanya budak SeX....... Anjirr..... Aku tidak terima dengan perkataannya

Tanpa aba² aku memukulnya dengan sangat keras dan terlihat jelas itu membuat muka nya berdarah lebih tepatnya di hidungnya.

Dia malah tertawa kecil setelah memegang darah itu. Tapi dia tidak melawan sma sekali hanya saja dia melihat ku dengan tatapan berbeda.

Sekali lagi aku mengulangi pukulan itu. Tapi kali ini berbeda dia mulai menangkap tangan ku dengan sempurna. Ketika aku ingin melepaskannya dia malah memengangnya dengan kuat.

Dia mulai berdiri dan manarik tanganku dengan kuat sehingga aku terjatuh di pelukannya. Aku mulai memberontak sekuat tenagaku tapi hasilnya nihil. Dia terus saja memeluku lebih tepatnya membuat aku tidak bernafas karena eratnya pelukan itu membuat aku susah bernafas.

Obsessed With KillingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang