Langkahnya sedikit terhuyung melewati lampu-lampu jalan yang menerangi penglihatannya malam ini. Sudah tengah malam, Jungkook menghembuskan napas lelah setelah menyelesaikan dua pekerjaannya.Terlihat tiga orang pria yang menunggu di depan rumahnya. Dua yang sedang berdiri tegap dengan badan kekar, satu lagi memilih menunggu sembari menekuk lutut. Pemandangan setiap malam yang semakin lama semakin membuatnya jengah.
Pulang ke rumah menjadi hal yang sangat dihindari olehnya, ingin rasanya pergi kemana saja yang tidak terjangkau oleh ketiga pria itu, namun lantas kemana Jungkook harus pergi jika ia akan tertangkap pada akhirnya?
Tangannya merogoh saku baju hangat yang ia gunakan, beberapa lembaran uang kini ia ikat agar tidak tercecer. Melirik sekilas pada pria yang sudah menatapnya, menyodorkan uang kemudian tangannya mulai menggapai daun pintu.
"Mulai besok malam tidak perlu kemari, aku akan mengantarkan uangnya ke tempatmu." Ujarnya, pergerakannya terhenti ketika sebuah tangan mencengkram erat bahunya.
"Kenapa? Beri tau aku bodoh! Ah, kau mengatakannya karena kau ingin kabur dariku? Jangan membuatku marah!" Teriakan itu membuat Jungkook memejamkan mata, tangannya menepis pegangan tangan di bahunya.
"Kau pikir dengan kabur, utang-utang ayah yang tidak menyayangimu itu akan lunas hah?"
"Aku tidak akan kabur," Ia membiarkan pria itu tertawa akan jawabannya, sungguh yang Jungkook inginkan hanya menyingkir dari para penagih utang ini lalu tidur.
"Apa yang bisa menjamin kau tidak akan kabur? Terakhir kau berkata begini, kau menghilang. Jadi?" Kini dirinya berada diantara perangkap lengan pria itu dan tembok rumah miliknya. Tidak menatap lawan bicaranya, Jungkook dengan segera menginjakkan kakinya pada kaki pria yang tengah memerangkapnya.
Kegaduhan dari mulut yang diinjak pun tak Jungkook ambil pusing, ia masuk ke dalam rumah lalu membiarkan suara teriakan yang memanggil namanya menjadi kebisingan yang paling tidak ingin ia dengar.
"Buka pintunya bodoh! Aku bisa melakukan apapun, kau tau itu kan?"
Lagi-lagi tak ia hiraukan, tangannya langsung menyambar saklar lampu yang tidak terlalu terang tapi cukup untuk menerangi dirinya yang mulai menyeduh kopi.
Mengeluarkan ponsel milik Jimin yang ia pinjam untuk tujuh hari kedepan, lalu badan yang terasa pegal-pegal itu ia sandarkan pada tembok rumahnya yang terasa dingin.
Sembari menikmati seduhan kopi untuk menghangatkan tubuh, pandangannya berpendar ke seluruh sudut ruangan. Lagi-lagi napas yang terhembus terdengar berat, matanya menatap kosong pada lantai yang ia duduki.
Terlonjak ketika tiba-tiba suara dari ponsel Jimin terdengar lumayan nyaring, membuyarkan segala pikiran.
Dari : nomor tak dikenal
Tidur itu perlu Jung, tapi biar kutebak hm kau masih terjaga kan?
Tidak ada nama pengirim, pun pesannya membuat Jungkook sedikit bergidik. Ia memastikan tidak ada orang yang sedang mengintipnya, namun lantas ia ingat siapakah satu-satunya orang yang akan memanggilnya begini dan mengetahui nomor ini adalah nomor ponselnya.
Tidak ada niatan untuk membalas, Jungkook kembali meletakkan benda pipih itu. Namun lantas ia mendengar bunyi lagi yang datangnya tidak lain dari ponsel berwarna hitam itu.
Dari : nomor tak dikenal
Aku tau kau membaca ini, tok tok? Permisi?
Jungkook tanpa disadari menyunggingkan senyum, bahkan terkekeh. Ia mengganti nama sang pengirim setelah benar-benar yakin bahwa ini si tampan Kim Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Kim Taehyung | tk
FanfictionJungkook melihat pamflet "dating with Kim Taehyung for a week only pay 10000 won" sial kemahalan. ⚠️ judul akan diganti atau tidak sama sekali ⚠️ceritanya sederhana tapi rumit tapi sederhana tapi rumit tapi sederhana - : cover by one and only @cuteb...