Bagian 7

7.3K 1.3K 155
                                    


Tangannya meraba samping kiri, kemudian hidungnya sibuk menghirup bau familiar pada bantal yang Taehyung gunakan semalam. Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk pada celah jendela rumahnya.

Jungkook menghela napas kecewa, ia kehilangan dekap hangat milik pemuda Kim pagi ini. Ia sudah mengira Taehyung akan tetap di sini ketika dirinya membuka mata, karena bukankah begitu yang telah dijanjikannya?

Ia beranjak untuk sekadar mengambil ponsel, namun matanya cepat menangkap sosok pemuda yang tengah mengeluarkan dua cup kopi dari dalam kantung. Matanya memicing, memastikan bahwa seseorang itu memang Kim Taehyung.

Ada helaan napas berat yang terdengar begitu dering ponsel berhenti memekakan telinga. Jungkook masih memperhatikan pacarnya yang menatap lurus tembok di depannya. Ia beringsut bangun, mengubah posisi menjadi duduk yang tentu saja membuat atensi Taehyung teralihkan.

"Ku pikir kau pulang dan tidak pamit?" Pernyataan yang justru lebih terdengar seperti pertanyaan.

"Oh Kookie-ku sudah bangun? Aku membeli kopi tadi, awas hati-hati masih panas." Taehyung memberikan segelas kopi untuk Jungkook, kemudian membawa gelas yang lain di tangannya.

Luka-lukanya terlihat samar, Jungkook tengah meniup kopinya. Taehyung tidak bisa melepaskan pandangannya barang sedikitpun, ada keinginan besar dari dalam dirinya yang mendorong untuk memeluk Jungkook lagi.

Senyum tipis terpampang setelah ia menyeruput kopinya, melihat ke arah Taehyung yang sedang menatapnya tanpa ekspresi. Tatapannya menyusuri setiap luka pada wajah Jungkook yang belum diketahui apa penyebabnya oleh pemuda Kim.

"Oh, aku akan membersihkan jendelamu. Sepertinya kau harus mencuci gordennya." Taehyung tersenyum, kemudian tangannya menggapai kepala. Mengusaknya main-main sebelum ia benar-benar beranjak dari duduknya.

"Tidak usah repot-repot Tae, aku yang akan membersihkannya lain kali." Jungkook meletakkan gelas, lalu meregangkan tubuhnya yang terasa remuk padahal sudah terhitung dua hari setelah ia dipukuli.

"Kita sepakat akan membersihkannya suatu hari nanti bukan? Sudah kubilang debu ini tidak baik untuk kesehatanmu." Memang sejak kapan hal baik berada di pihakku? Jungkook menunduk, ia membatin.

Dirinya tidak bergeming ketika Taehyung mulai menggunakan masker berwarna hitam untuk menutupi sebagian wajahnya, yang entah Taehyung dapatkan dari mana. Karena seingatnya ia tidak pernah menaruh barang seperti itu.

Jendelanya tidak terlalu besar tapi debu yang dihasilkan banyak sekali. Taehyung terbatuk beberapa kali, padahal sekitar hidung sudah terlindungi. Tidak butuh waktu lama, butiran-butiran debu sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai atau sebagaian masih bertahan menyangkut di atas baju yang Taehyung pakai.

Taehyung memandang sekeliling, mencari keberadaan Jungkook yang ternyata sudah menunggunya bergeser dari sana karena Jungkook akan membersihkan sisanya. Tangannya sudah siap menggenggam sapu, sedangkan Taehyung lebih memilih membuka bungkus masker lain dari dalam saku celana untuk ia kenakan pada Jungkooknya.

"Taehyung, hari ini aku ingin di rumah saja. Aku tidak ingin pergi kemana-mana, tidak apa-apa?" Taehyung mengangguk tanpa ba-bi-bu, tersenyum lembut sebelum ia sedikit menjauh dari tempat Jungkook memijakkan kaki.

Karena memang dirinya sendiri tidak memiliki rencana mengajak Jungkook ke luar hari ini, harapan terbesarnya adalah Jungkook sudi menggunakan bahunya untuk bercerita apa yang sebenarnya sudah terjadi.

Jemarinya perlahan mengusap lemari setinggi lutut milik Jungkook, debu-debu menempel membuat perubahan yang sangat kentara pada pangkal jari-jarinya. Taehyung kemudian mulai mengambil kain untuk membersihkannya.

Aku dan Kim Taehyung | tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang