Bagian 4

8.2K 1.5K 176
                                    



Bunyi ketuk yang dihasilkan dari bertemunya sepatu dan aspal yang diinjak oleh Jungkook menjadi tanda ketidaknyamanannya menunggu di parkiran kampus yang besar, sedikit tidak sabar untuk pergi dari sana.

Sudah cukup lama ia berdiam diri di dekat motor milik Kim Taehyung, sudah beberapa kali pula kepalanya melihat ke arah pagar masuk parkiran. Desah napasnya lelah, Jungkook tidak suka keramaian.

Untuk yang entah keberapa kali, ia kembali menengok ke arah pagar. Pria dengan kaos hitam sedang berlari menuju kemana tempat kakinya berpijak, dan lambaian tangan juga senyum kotak ceria itu mampu mengaburkan keresahannya.

Tanpa disadari, Jungkook ikut tersenyum tipis. Semakin melebar ketika ia pikir dan yakin bahwa dunia ini isinya hanya kesedihan, tapi cara Taehyung bertingkah mematahkan apa yang ia pikirkan.

"Aku datang! Aku datang!" Teriaknya, sukses membuat Jungkook terkekeh. Melihat sekeliling, bahkan Taehyung tak peduli banyak yang menatapnya aneh. Walaupun tentu banyak saja yang menatap pacarnya dengan kekaguman.

"Kenapa tidak menghubungi? Aku bisa kemari lebih cepat Kookie." Taehyung bertanya, walaupun tangannya sibuk mencari keberadaan baju hangatnya. Lantas ia ingat bahwa Jungkook belum mengembalikannya bahkan masih dipakai oleh pacarnya itu hari ini.

"Aku takut mengganggu." Baju hangat milik Taehyung itu ia lipat, lalu dimasukkan ke dalam tas tanpa melihat Taehyung yang mendesah kecewa di sampingnya.

"Satu fakta yang kau tak tau Kookie, aku suka kalau diganggu." Apalagi kau yang mengganggu.

Matanya mengerjap cepat, pikirannya melayang tidak tentu arah. Karena sejak kapan manusia menyukai gangguan? Jungkook lantas memukul lengan Taehyung dan terkekeh kecil.

"Memang kalau kau sedang ujian atau ada sesuatu yang harus kau kerjakan dan itu penting, aku boleh mengganggu?" Jungkook sebal melihat pacarnya yang sedang seolah-olah berpikir, sebal karena ia baru tau punya teman bicara seperti ini menyenangkan.

"Oh tentu sangat boleh Jeon Jungkook." Jungkook berdecak, karena ia tau Taehyung tidak serius. Lalu kembali tangannya berpegangan pada pinggiran kaos yang dipakai Taehyung. Kali ini, ia bisa merasakan tangan besar itu memegang kedua tangannya, untuk kemudian dipindakan ke bagian sekitar perut.

Lengannya melingkar apik di pinggang pria muda Kim. Sedikit terkejut, namun lantas tanpa diperintah dagunya asik bertengger di bahu Taehyung.

Bercerita apa saja sepanjang perjalanan menuju toko buku terbesar di ibukota, Jungkook fokus menjadi pendengar. Tiba-tiba ia selalu mendapati dirinya terdiam ketika Taehyung dengan antusias yang tinggi bercerita tentang berita di koran pagi ini atau tentang hal yang bahkan Jungkook tak mengerti.

Mendengar suaranya saja sudah cukup membuat Jungkook terdiam. Menikmati tutur lembut itu masuk ke dalam telinganya, ia biarkan mengendap dan sesekali akan ia putar ketika akan tidur.

Sedangkan Taehyung bertanya-tanya, sibuk menerka. Karena jarang sekali ada yang mau mendengarkan apa yang mungkin tak disukainya, Taehyung kagum.

"Nah, karena kau belum pernah kemari jadi selamat datang Kookie! Selamat datang di toko buku terbesar di sini." Jungkook menganggukkan kepalanya, binar matanya tidak bisa bohong.

Jungkook sibuk memuji di dalam hati, matanya tidak lepas dari gedung itu. Sementara Taehyung sibuk memperhatikan Jungkook dari samping, dan oh hatinya berdendang malu pada musik yang entah asalnya dari mana.

"Ayo!" Kata Jungkook menyadarkan dirinya yang ternyata malah melamun. Ia dibuat terlena.

Keduanya langsung menuju jajaran rak-rak yang berisi komik. Jungkook berjengit, sesenang itu. Datang ke toko buku untuk pertama kali ternyata semendebarkan itu bagi Jungkook. Debaran tidak sabar. Debaran menyenangkan.

Aku dan Kim Taehyung | tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang