2 | - Hujan -

59 34 57
                                    

Gemericik hujan membasahi kawasan Jakarta Timur saat ini. Bel pulang sekolah berbarengan dengan turun nya hujan. Bagi murid yang membawa 'peralatan tempur hujan' seperti payung, jas hujan atau pun bagi yang membawa kendaraan roda 4 sudah di pastikan melenggang keluar sekolah 15 menit yang lalu.

Ah shit ! Umpat Argan.
Pasal nya ia membawa motor sport hari ini ke sekolah. Udara dingin pun perlahan menggelitik tubuh laki-laki itu. Di rogoh nya kantong celana mengambil benda pipih dan segera memasang earphone di kedua telinga sambil mengotak-atik handphone mencari lagu favorit nya untuk menemani ia menunggu hujan -- yah, setidak nya menunggu sedikit lebih reda.

Saat asyik mendengarkan lagu Hallo - beyonce tiba-tiba mata nya tertuju pada seorang gadis yang sedang membuka payung biru di depan kelas X IPA 1.

Bukan, bukan karena payung biru bercorak doraemon tersebut yang membuat nya tertarik memperhatikan seorang gadis, melainkan sweater abu milik nya yang kini di pakai gadis tersebut.

"Ck, kebesaran." Tanpa sadar, Argan tersenyum simpul.

Mata Argan mengikuti kemana arah gadis itu berjalan. Dan ia melihat gadis tersebut memasuki mobil merah yang entah siapa di balik tempat pengemudi.

"Mungkin pacar nya," Pikir Argan.
Karena yang ia lihat gadis berkuncir kuda panjang itu memasuki mobil yang di dalam nya ada seorang laki - laki muda --mungkin usia 20 an-- tersenyum saat gadis itu berjalan menghampiri nya. Yah tentu saja ketika kaca mobil itu di turun kan. Sebab itu, Argan bisa melihat dengan jelas.

Argan berlari kecil ke area parkiran hendak mengambil motor sport hitam nya. Rintik hujan perlahan membasahi tubuh Argan.

Drrruuuummm ..

Ddrruummmm ..

Argan menyalakan motornya dan berlalu meninggalkan parkiran sekolah bersama rintik hujan yang menghilang di tengah perjalanan.

***

Argan

Gue memasukkan motor di carport rumah. Melangkah kan kaki segera membuka pintu depan dan bergegas naik ke lantai 2. Yap, benar kamar gue ada di atas. Karena gue suka udara malam yang gue buka lebar-lebar lewat jendela kamar.

Ah nyaman nya

Gue merebah kan tubuh di atas kasur. Tempat dimana paling nyaman setelah seharian beraktivitas. Yang gue rasa kasur adalah tempat paling pas untuk merileks kan. Bukan kah begitu pemirsa?

"Baaang, bang Argan !"
Gue mendengar suara teriakan ratu Elizabeth memanggil nama gue nih.

Eits, bunda Hanna maksudnya. Nyonya dimana rumah gue berada hehe. Dengan malas, gue pun beranjak dari kasur dan melongok kan kepala di balik pintu kamar.

"Iyaa, bun?"

"Makan dulu, bunda udah masak, jangan kebiasaan langsung tidur sebelum ganti seragam bang, apa lagi gak makan dulu." Wejangan bunda Hanna di siang hari mulai terdengar ' merdu' di telinga gue.

"Iya, iyaaa bun , nanti Agan ke bawah, ganti baju dulu nih," Jelas gue pada bunda setengah berteriak. Kalau ga kenceng, gak bakalan kedenger sampai bawah masbro. Secara, gue ga mau gara-gara suara seksi gue gak kedengeran sama bunda, malah nanti wejangan 'merdu' bunda makin bertambah panjang. Percaya gak kalau panjang nya ngalahin rel kereta api? Sama, gue juga gak percaya. Ehe. Karena selain panjang, wejangan bunda juga bisa merembet kemana-mana. Kaya kebakaran. Bisa menyebar. Yah, begitu lah bunda. Mungkin bukan bunda saja, tapi wanita sih menurut gue. Secara wanita adalah pengingat sejarah paling kuat. Bukti nya saja bunda, jika sudah berbicara 1 permasalahan maka kesalahan-kesalahan sebelum nya akan di ungkit kembali. Padahal masalah sebelum nya sudah fix termaafkan oleh kedua belah pihak. Tapi tetap saja di ungkit. Setiap jengkal bahkan helai rambut yang salah jika mampu di hitung sudah ada mungkin?
Entah lah. Gue gak begitu mengerti dengan pikiran wanita perihal 'sejarah.'

B A T A S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang