Eclipsing Binnary

44 6 4
                                    

"Jadi, ada apa? Tumben banget ngajak meet up."

"He hurts me," jawabnya muram.

"Again?!" tanyaku lagi menaikkan satu alisku.

"...."

"How did that happen?"

"Janji-janji manis dan kenangan semu."

"Sorry. Tapi lu emang pantes buat dapet yang lebih baik dari dia," ucapku pelan, lalu memakan suapan terakhir Red Velvet di tanganku.

"Tapi aing cuma pengen dia!" Ia menunduk menyembunyikan wajahnya. Dari suaranya, aku tahu dia sedang terisak.

"Jujur, aing nggak ngerti yah, apasih yang maneh lihat dari bajingan yang udah berkali-kali ninggalin maneh demi cewek lain, yang kemudian balik lagi dengan segala omong kosong penyesalan sialannya itu!"

"...."

"Sekali aja. Try to fall to one who fall in love to you too, yang mencintai apa adanya elu sedari dulu."

"...."

"Maneh cewek yang hebat, Ya. Nggak sepantesnya maneh nangisin cowok model tambalan ban kek dia. Mubazir banget. Harusnya malah dia yang nangisin maneh."

"Kenapa dia ngga milih aing, Wa?"

"Shit happens! Maybe you have never been a priority in his heart. Maneh mestinya udah bisa berasumsi sendiri dari semua hal yang udah dia lakuin. Ini bukan pertama kalinya, juga nggak akan jadi yang terakhir kali. Please, don't hurt yourself more than this."

"...."

"You're my priority, as always."

"I wish i can believe in you, tapi semua hal-hal di masa lalu maneh mengatakan hal-hal buruk tentang maneh, Wa."

"Cuma karena gue nggak bilang apa-apa soal apa yang terjadi di masa lalu, bukan berarti aing meng-iya-kan, Ya. I, I just wanna free, nggak lagi terkekang sama yang namanya masa lalu."

"Termasuk nggak mau terkekang sama kenangan soal dia?! Cih, Bullshit!"

"...."

"Seandainya Arinta masih ada, apa aing masih bakal jadi prioritas maneh?! Nyatanya nggak, kan?"

"Dan faktanya, dia udah nggak ada."

"Dan ini yang bikin gue nggak bisa percaya sama elu, Wa."

"...."

"...."

"...."

"Menurut maneh, apa yang aing rasain?"

"Seandainya gue tahu."

"Cih. Lagi dan lagi, semua permainan kata-kata maneh itu."

"Bukannya lu suka banget sama permainan? Lu suka banget nyari tantangan, kan? Dengan menyukai cowok-cowok berengsek itu misalnya."

"Kenapa maneh bilang gitu?"

"Sorry, i just envied. Gue cuma iri sama mereka yang lu biarin masuk ke dalam hati lu cuma buat nyakitin elu doang. Sadarkah, selalu gue yang di sana ngerapihin kepingan hati lu yang berserakan? Lalu lu pergi buat jatuh cinta dengan yang lain dan kembali dengan hati yang lagi-lagi terluka. Sungguh, gue nggak sampai hati harus ngelihat lu terus-terusan disakiti seperti ini."

"Maneh nggak lelah gitu, Wa?"

"Nggak akan habis usaha gue untuk ngebuat lu kembali tersenyum, walau cuma sedikit."

"Aing nggak tahu lagi mesti ngelakuin apa buat maneh, Wa."

"Remember everything we have, so everything we've been through. Nggak kah maneh bahagia saat itu? Semua orang mengatakan perihal keceriaan yang lu pancarin saat kita bersama, benarkah nggak ada satu pun jendela yang diam-diam terbuka di hati lu buat gue?"

"Itu yang mesti maneh cari tahu sendiri."

"Nggak kah maneh sadar kalau diam-diam kita udah berbagi orbit yang sama di kehidupan kita masing-masing."

"Maksud maneh apa nyimpulin begitu?"

"Lu bisa aja pergi dari gue gitu aja. Pun gue, bisa aja pergi gitu aja dari elu. Tapi kita sama-sama milih buat tetep stay, tetep berada di pusat massa yang sama, berbagi kabar dan cerita."

"Lalu kita apa? Sahabat, nggak juga. Kekasih pun bukan."

"Kita ini bagaikan sepasang bintang binner. Terus beriringan walau tak bersatu, yang terkadang bersinggungan orbit menciptakan gerhana yang indah di alam semesta."

"Lalu, sampai kapan kita terus begini?"

"Sampe salah satu dari kita menyerah. Elu, menyerah buat nerima gue. Atau gue yang menyerah karena udah habis daya gue."

"Menurut maneh, mana yang datang lebih dulu, Wa? Hahaha...," tanyanya, lalu tertawa kering.

"Haha... Kalo aja gue tahu. Bersenang-senanglah dulu, bermainlah dengan bintang lainnya. Saat lu udah ngerasa cukup buat bersedih dan patah hati, lu tahu gue selalu di sini buat elu."

"Makasih."

"Buat apa?"

"Buat selalu ada di sana."

July 20, 2019

Remember ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang