8

5.5K 133 0
                                    

Mohon maaf yah kalau banyak typo berterbaran.

Please be wise this story was made for adults.

Happy reading beloved readers.

***

Usai mengantar Tisya, Henry meyakinkan diri untuk menelpon Karin, untuk bertemu di restoran tempat mereka biasa bertemu.

"Halo Karin?"

"Iya Henry, ada apa?"ujar Karin diseberang sana.

"Kalau makan siang ini aku mau ketemu sama kamu bisa? direstoran tempat kita biasa lunch bareng?"

"Bisa kok. See you Henry sayang."

"See you Karin"

•••

Di restoran tempat Henry dan Karin biasa  bertemu, Henry telah duduk manis. Ia berniat memberi tahu Karin tentang apa yang terjadi antara Tisya dan dirinya. Walaupun keputusannya belum matang untuk betunangan dengan Tisya. Namun, desakan Ayah dan Bundanya cukup membuat Henry luluh.


"Henry sayang maaf yah aku telat, tadi ada tugas mendadak yang harus aku kerjain"

"Gak apa - apa kok aku juga baru sampai" Henry sambil mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Kamu ada apasih Hen tiba - tiba mau bicara serius sama aku?" Karin menelusik heran dengan sikap Henry yang agak aneh hari ini.

Dengan wajah yang tegang Henry menundukan kepalanya ke arah Karin.

"Karina terima kasih yah selama ini kamu sudah jadi pasangan yang baik buat aku."

"Sama - sama Henry ada apa sih?" Curiga Karin. Karena melihat raut muka Henry yang tidak terlihat baik.

Henry menarik nafas,"Ada suatu hal yang aku ingin sampaikan".

"Apa itu Henry?" tanya Karin makin penasaran.

Henry meminum minumannya dan memejamkan mata.

"Next week aku tunangan sama perempuan lain. Dan perempuan itu, yang aku tiduri waktu itu."

"Dan sekarang aku mau cerita ke kamu kronologis kejadiannya."

(Jadi ceritanya disini Henry menceritakan detail kronologis kesalahan dia ke Tisya).

"Oh My God Henry How could you do that?" pekik Karin.

"Bahkan kita pacaran empat tahun pun gak pernah kita melakukan hal sejauh itu, how could you do with stranger?"

"Kamu gak prank aku kan?" Karin dengan suara nyaris tercekat.

Sambil memejamkan mata Henry memberanikan diri untuk membuka suara kembali.

"Gak Karin aku gak bohong, dan aku juga gak tau kenapa orang tua aku langsung menyuruh aku tanggung jawab dengan menikahi dia Karin." Henry menatap wajah Karin dengan keadaan yang kusut.

"Jadi kamu setuju tunangan sama perempuan itu?"

"Iya Karin, kami akan tunangan dan melihat hasilnya kalau memang tiga bulan tidak ada kecocokan kami akan berpisah." ujar Henry.

"Baik, aku akan tunggu kamu selama tiga bulan. Aku harap keputusan akhir kamu gak bikin aku kecewa" potong Karin.

"Dan satu lagi, gak ada kata putus didalam hubungan kita" tegas Karin kembali.

Sepeninggal Karin, Henry menutup wajahnya dengan tangan. Ia sangat bingung dengan keadaan ini. Disatu sisi Ayahnya orang yang sangat ia hormati mengamanatinya untuk menjaga Tisya karena kesalahnnya yang telah melukai harga diri Tisya sebagai seorang wanita.

Disisi lain, ia bingung dengan keputusannya. Ia sangat yakin hatinya masih milik Karin. Dan Tisya sendiri belum membuka hatinya untuknya.

•••

Henry kembali ke Rumah Sakit dengan keadaan hati yang tidak baik.

Andi yang kebetulan sedang berjalan di lobby Rumah Sakit, melihat air wajah Henry yang kurang baik.

"Hen... woy Henry lo kenapa?"Andi menyapa sahabatnya.

"Eh elo Ndi, gue abis bilang semuanya ke Karin. Dan dia gak mau putus sama gue."

"Tapi lo tetap akan tanggung jawabkan sama Tisya."

Henry menangangukan kepalanya yang sedang pusing.

"Gue kayaknya mau izin pulang deh Ndi. Kepala gue pusing banget." Henry sambil memegang kepalanya.

"Oh yaudah lo hati - hati yah Hen" Andi sambil menepuk pelan punggung Henry.

Sebelum memasuki mobilnya, Henry mengambil ponselnya dan memberikan informasi ke Tisya melalu SMS

To : Tisya

Tis...maaf yah hari ini kamu pulang sendiri dulu.

Aku kurang enak badan.

Tidak lama setelah itu Tisya kembali memberikan jawaban singkat dari pesan tersebut.

From : Tisya

Okay. Santai lagi Kak.

Besok - besok kalau gak anter jemput juga gak apa - apa.

Get well soon.

Membaca jawaban dari Tisya entah mengapa hati Henry mendadak panas. Namun, ia tetap berfokus untuk berkendara menuju rumah.

***

Henry pusing tujuh keliling.

Pilih Tisya atau Karin.

Tapi kok dijawab gak usah anter jemput panas hati?

Stay tune yah di cerita ini.

Don't forget to vote and comment yah.

Thank you :)




Make You Mine (HALF UNPUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang