Prolog

267 20 8
                                    

Ini merupakan musim panas ketiga bagi Mia. Seorang gadis yang bekerja sebagai desainer interior. Anak dari salah satu arsitek terkenal di tanah kelahirannya. Mengikuti jejak sang ayah, Mia kini juga berada di negeri sakura. Pun ayahnya. Musim panas disini begitu banyak festival, anak remaja mencari cinta, perang air di taman, pergi menikmati es untuk menghilangkan rasa panas. Namun, dari semua itu Mia tak pernah mencoba untuk melakukannya. Hanya berada dalam apartemen kecilnya bersama AC dan novel yang akhir-akhir ini berani menguras dompetnya.

Baru seperempat halaman, suara dari ponselnya mengganggu. Awalnya dia hiraukan tapi malah keterusan mengganggu. Penasaran, dia mengusap layar ponselnya ke atas untuk membuka kunci. Ada 5 pesan masuk dari orang yang sama. Mata hitam Mia beralih dari novel thriller.

"Ayo kita ke Okinawa!" seperti itulah isi pesan dari temannya. Chelsee.

Sejenak otak Mia membayangkan pulau tropis itu. Dia belum pernah kesana, hanya tahu lewat gambar di internet dan koleksi foto-foto milik temannya. Air lautnya biru jernih, landscapenya masih natural. Tak jauh beda dengan Bali, menurutnya. Desahan berat keluar dari mulutnya, malas untuk pergi kesana. Cuaca panas yang jadi alasan utama.

Karena tak ada balasan, Chelsee mengirim pesan lagi. Memang telpon lebih praktis tapi keadaannya sekarang tak mendukung. Jemarinya bergerak cepat di atas layar ponsel. Mengetik kalimat paksaan. Beberapa pesannya diabaikan oleh Mia. Terlihat tulisan 'terbaca' tapi tak kunjung ada balasan. Batinnya mengeluarkan seribu umpatan. Chelsee bersumpah setelah pekerjaannya berakhir dia akan menyeret Mia untuk pergi ke Okinawa. Harus hari ini, tidak bisa hari lain.

Bola mata Mia memutar bosan. Tiba-tiba saja Chelsee datang ke apartemennya. Tidak heran, toh Chelsee juga tinggal di gedung apartemen yang sama. Satu lantai di atas. Sesuai sumpah Chelsee, setelah urusannya selesai dia akan menyeret Mia. Tangan kirinya sudah menenteng koper 20 inchi warna toska.

"Kau mau kemana?" tanya Mia polos. Gadis 27 tahun ini benar-benar tak mengerti. Tiba-tiba datang dengan koper.

"Okinawa. Mau tidak mau hari ini kita berangkat."

"Aku bilang tidak mau."

Tak peduli dengan teriakan temannya, Chelsee masuk dengan paksa ke kamar Mia. Mencari koper lalu memasukkan beberapa pakaian. Dalam hal memaksa Chelsee sudah pakar. Di ambang pintu Mia hanya menggosok wajahnya, tak habis pikir dengan tingkah temannya.

"Tunggu sebentar aku mandi dulu."

Chelsee tersenyum penuh. Dari awal dia sudah yakin jika caranya akan berhasil. Sekarang cukup menunggu temannya mandi. Dan tak lama lagi jadwal pesawat mereka lepas landas. Mia gadis yang sederhana dalam berpakaian, kemeja big size warna putih dan skinny jeans yang ia kenakan saat ini. Selama dalam pesawat Mia hanya diam, toh kini Chelsee sibuk dengan note kecilnya. Entah apa isinya Mia tak pernah tahu. Mungkin perhitungan bisnis cafenya.

Butuh 2 jam 30 menit untuk sampai di pulau tropis Jepang, Okinawa. Mereka melanjutkan perjalanan ke hotel yang telah dipesan oleh Chelsee dengan taksi. Sekitar 1 jam. Awalnya Mia tak mengira akan selama ini, sejak turun dari pesawat dia terus mengeluh punggungnya sakit. Sudah seperti orang tua saja, batin Chelsee.

Double bed empuk langsung Mia serang.

"Ah, akhirnya..."

Chelsee hanya melirik sahabatnya bergulung-gulung di atas. Sementara dia membongkar isi kopernya, segera menggantung mini dress warna peach.

"Kau mau pergi kemana dengan gaun itu?"

"Nanti kau akan tahu," jawab Chelsee singkat.

Mia menguap lalu melihat jam tangannya. Sudah 3 jam dia tidur dan selama itu Chelsee pergi entah kemana. Mia beranjak menuju jendela. Langsung menghadap laut, banyak para wisatawan bermain di sana. Mungkin hanya dia yang malas keluar. Jika saja dia tidak lapar maka ia akan melanjutkan tidurnya, sejak berangkat hingga sampai sini dia hanya makan roti isi kacang merah, anpan. Hotel yang ia tempati cukup mewah, Chelsee bilang ini hotel bintang lima. Sepandanlah jika saat ini Mia disuguhkan banyak makanan mewah mulai dari khas Jepang sampai Eropa.

Impossible Marriage (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang