Part 1 : Awal Bertemu

123 13 6
                                    

Pernah mendapatkan beasiswa penuh saat kuliah di Singapura membuat karir Mia sedikit berjalan mulus. Dulu saat pertama kali dia datang ke Jepang, gadis yang saat itu masih berusia 24 tahun tak tahu apa-apa. Hanya mengekor pada ayahnya. Ikut kerja serabutan di studio besar milik ayahnya. Mia tak ingin diperlakukan spesial hanya karena anak dari arsitek terkenal. Dia memulai dari yang kecil.

Mia Carera. Sejak kecil dia ingin menjadi seperti ayahnya membuat rumah. Dulu dia berpikir pekerjaan seorang arsitek adalah hanya pembuat rumah. Tapi berjalannya waktu dia memilih untuk menjadi desain interior. Pemicunya hanya karena kursi milik kakeknya rusak lalu sang ayah memperbaiki. Dari hal kecil membawa sesuatu yang besar. Kini dia tinggal di salah satu kota di Tokyo, Jiyugaoka. Setelah mempunyai studio dia memilih menyewa apartemen. Ingin hidup mandiri alasannya. Selama dua bulan pertama ayahnya masih sering mengunjungi apartemen Mia, sekedar mengecek apa yang kurang. Seperti keamanan atau bahan makanan. Dulu saat Mia masih kecil, pria yang kini berusia berkepala 5 itu tak pernah memperhatikan anak semata wayangnya. Mereka hidup terpisah hanya karena pekerjaan, karena sekarang tinggal satu kota maka dia sering memperhatikan. Seperti sekarang saat Mia pulang berlibur dari Okinawa, pria paruh baya itu segera menuju apartemen anaknya. Ingin mendengarkan pengalaman libur di Okinawa. Atau bertukar pengalaman.

"Bulan depan perusahaan MaQuin membuka cabang baru. Tim ayah tak memiliki desainer interior. Mereka sibuk di Akita. Maka masuklah, bawa rekan-rekanmu, " jelas ayah Mia sambil menikmati popcorn yang dibelinya di kombini.

"Benarkah? Aku akan coba konfirmasi dengan lainnya. Kapan batas waktunya?" Mia ikut duduk disamping ayahnya. Tangan mungilnya juga meraih popcorn rasa karamel.

"Besok. Hmm saat makan siang, ayah sudah membuat janji dengan pimpinan MaQuin. Nanti ayah akan memberikan alamat restorannya."

Mia mengangguk paham.

Tak ada suara percakapan lagi. Hanya suara popcorn yang dihancurkan oleh gigi. Sejak pulang dari Okinawa Mia hanya diam. Membaca novel pun tak fokus. Hanya bayangan pesta pernikahan temannya yang terlintas tiba-tiba. Selama ini Mia tak pernah terpikirkan tentang menikah. Meski dia cukup cantik terkenal di kalangan pria tapi dia tak pernah melakukan hal romantis seperti berpacaran. Chelsee sering bilang bahwa sekali-kali dia harus dekat dengan laki-laki. Bukan salahnya jika tak mau, Chelsee sendiri yang membuatnya trauma. Setiap kali patah hati Chelsee selalu menangis semalaman di kamar Mia. Jadi gadis desainer itu memilih tak berpacaran agar tak menyusahkan teman. Pikiran polos dan sederhana cocok memang bagi Mia.

Cuaca siang di Tokyo sudah mencapai angka 30 derajat. Sejak mendapatkan pesan dari ayahnya dia terus mengeluh, kenapa memilih restoran yang cukup jauh dari studionya. Pagi tadi dia memang antusias untuk segera bertemu dengan pimpinan MaQuin tapi karena suhu sedang panas-panasnya dia malah menjadi tukang pengumpat.

Ini bukan restoran gaya ayah Mia -Evan Carera. Selera ayah dan dirinya hampir 90% sama. Mia menduga jika pimpinan MaQuin yang memilih. Selama 3 tahun tinggal di Jepang belum sekalipun Mia mengunjungi restoran mewah ini. Saat masuk saja dia sudah dikawal seorang waiter, sungguh pelayanan yang mewah baginya. Dari jauh dia bisa melihat punggung ayahnya. Tersenyum lega.

"Selamat siang, maaf saya terlambat," ucap Mia sambil membungkuk, khas orang Jepang saat meminta maaf.

"Ah tak masalah, duduklah!" suara berat nan lembut itu menenangkan Mia. Dialah pimpinan MaQuin. Perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik. Dalam beberapa terakhir ini perkembangannya cukup signifikan. Itu sebabnya mereka baru saja mendirikan gedung cabang. Evan-lah yang menjadi arsitek dari bangunan cabang tersebut.

Sambil menikmati makan siang mereka sedikit berbicara tentang pekerjaan Mia. Sebelum musim panas, Mia disibukan mendesain rumah milik mantan politisi di daerah Kyoto. Lalu berpindah menuju hotel baru yang berada di kota yang sama. Mendengar itu semua Hiroki Hasegawa selaku pimpinan yakin jika gedung baru MaQuin akan disulap menjadi apik.

Impossible Marriage (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang