Part 8 : Salahmu!

36 6 0
                                    

-Sehari sebelum makan malam bersama keluarga Carera-

Hiroki duduk diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh ayahnya. Sejak pagi tadi ayahnya mengirim pesan, katanya ingin merundingkan hal penting. Tapi apa daya karena disibukan oleh pekerjaan Hiroki baru bisa menemui ayahnya di malam hari setelah jam makan malam. Seperti biasa obrolan mereka ditemani teh. Earl gray.

"Aku rindu dengan Yusuke kecil." Pria tua itu membuka percakapan dengan menguak kenangan masa lalu. Terlihat jelas bayangan Yusuke yang masih kecil, bermain di sekitar kakeknya. "Dia begitu menurut padaku. Tapi semakin besar dia semakin aneh sifatnya. Bahkan dia berani menipuku."
Tak ada jawaban dari Hiroki selaku ayah dari Yusuke. Dia diam karena merasa bersalah. Tak mampu mendidik anak satu-satunya. Sejak menjadi pemimpin MaQuin, pria paruh baya itu tak pernah ada waktu untuk anaknya.

"Dia menggunakan trik bodoh. Karena sudah begini mau tak mau aku harus terlibat bukan?"

"Apa maksud ayah?"

"Sekalian saja mereka menikah."

Hiroki hanya diam meski kini hatinya merasa kalut. Dia yakin Yusuke akan menentang semua ini. Hal buruknya bisa jadi anak semata wayangnya kembali ke Amerika dan tak akan mau pulang lagi. Padahal disini masih sebentar. Ayah mana yang tak rindu pada anaknya, walaupun itu tak bisa disampaikan secara langsung. Beda dengan seorang ibu. Seorang ayah hanya bisa berekspresi diam meski hatinya mengeluarkan seribu macam emosi.

"Kau tidak setuju mempunyai menantu?"

Hiroki tersenyum. "Tentu saja setuju. Lagi pula dia anak yang baik." Hiroki paham siapa yang dimaksud oleh ayahnya. Putri dari temannya.

"Cucuku semakin besar malah semakin bodoh. Berani sekali dia menipu berpura-pura pacaran."

***

Setelah menyantap menu penutup mereka tak langsung pulang. Ada sedikit obrolan yang tak penting tapi ingin disampaikan, seperti mengenang masa lalu. Yusuke dan Mia tak paham tentang hal masa lalu yang mereka bicarakan. Sejak tadi dia hanya memberi respon senyum kecil. Matanya sudah tak kuat melawan kantuk.

"Saya permisi ke toilet," ucap Mia. Setelah mendapat persetujuan dia segera meraih clutch-nya.

Bukan toilet. Tapi beranda yang ada di samping ruang tempat dia makan tadi. Suasana sepi, angin musim gugur menerpa tubuhnya. Dingin. Untung saja bajunya cukup tebal. Jemari kecil Mia mulai memijat pelipis. Kepalanya terasa berat. Tak menyangka dengan apa yang terjadi hari ini. Mereka bilang pertunangan dan pernikahan. Ini tak pernah terlintas di kepala Mia. Oh! pernah sekali setelah dia pulang dari Okinawa. Pernikahan bukan hal mudah bagi Mia terutama dia adalah salah satu dari korban broken home. Bayangan masa lalu orang tuanya seakan terus mengikutinya. Takut jikalau dia akan berakhir seperti mereka.

"Disini kau rupanya. Kakek khawatir karena kau ke toilet lebih dari 20 menit." Yusuke mendekati Mia.

"Apa kau tahu jika akhirnya akan seperti ini?" Mia berusaha bicara lembut meski dia jengkel pada Yusuke. Pria yang sekarang di depannya saat ini adalah tipe orang yang sulit tebak tingkah lakunya. Yusuke nampak bingung, lalu sedetik kemudian dia tertawa.

"Kau pikir aku dewa yang bisa menebak masa depan?"

"Katakan pada kakekmu jika kita tidak berpacaran agar pernikahannya batal."

Yusuke tak mau menanggapi perintah Mia. Dalam hatinya dia juga merasa bingung. Tak pernah terlintas kalau rencananya ini akan membawa ke pernikahan. Mungkin dia harus lebih mendengarkan Hideki. Di balkon dua insan itu terhanyut dalam kepeningan. Mereka tak tau harus berkata apa atau bertingkah seperti apa. Hal seperti ini yang dinamakan guncangan mental.

Impossible Marriage (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang