seattle

199 52 2
                                    

018. seattle; boat.

Wendy bertopang pada birai tepian boat tersebut, Chanyeol datang membawakan dua minuman.

"Thanks." Wendy menyambut kopi dinginnya. "Yang ini dengan sedikit gula, kan?"

Chanyeol mengangguk sambil meminum kopinya. Kapal kecil itu sudah mulai menjauh dari Seattle, melewati kapal lain, dan di sisi lain, rumah-rumah apung terlihat. Wendy mengarahkan kameranya sebentar pada pemandangan itu sambil menatap puas. "Sepertinya kita harus sering-sering mengadakan perjalanan air mulai dari sekarang."

Chanyeol tertawa. "Kenapa? Bosan dengan mobil?" Dia menyandarkan punggungnya pada birai, mengerling pada Wendy. "Perjalanan air? Berlayar dari pesisir timur Kanada sampai ke Kepulauan Nunavut??

"Dan mencari aurora di sana." Wendy nyengir. "Aku mau."

"Kapan kita bikin musik, kalau begitu?" Chanyeol hampir tertawa. "Jalan-jalan terus. Ganti profesi sajalah, jadi wartawan atau fotografer majalah alam."

"Oh. Aku lupa."

Chanyeol menatapnya tidak percaya. "Kau lupa bahwa kau adalah seorang pemusik?"

"Bercanda," ucap Wendy, ia merasa menang dengan ekspresi isengnya, sementara itu Chanyeol cuma geleng-geleng kepala. "Mana mungkin aku lupa, kan? Kadang-kadang, di sepanjang perjalanan ini, aku masih kangen menyanyi. Lirik-lirik yang kutulis di perjalanan masih kurang cukup. Tapi bukan berarti aku ingin cepat-cepat pulang. Bagaimana bilangnya, ya ...."

"Manusia boleh punya beberapa perasaan sekaligus, tenang saja." Chanyeol merapat padanya. "Eh, kita sudah di ujung Amerika Serikat, ya."

"Kita sudah di perbatasan. Aku bakal kangen juga, nih."

"Duh, Toronto dekat dengan AS. Kita bisa ke negara ini lagi kapan-kapan."

"Tapi, tidak bakal sama lagi. Aku yakin." Wendy menunduk sebentar, mengamati laut yang tenang. "Aku tidak pernah punya cita-cita jalan-jalan seperti ini. Setidaknya tidak sejauh dan sepanjang ini, apalagi bersama seseorang. Ini bukan termasuk mimpi jangka panjang. Tapi ternyata bakal jadi memori seumur hidup." Ia mengangkat pandangan lagi ke arah Chanyeol. "Sepuluh tahun lalu, impianku bukan yang seperti ini."

"Tapi kau menikmatinya, kan?"

"Tak perlu ditanyakan lagi, Sayang." Wendy tersenyum cerah. "Lalu aku sadar, bahwa yang indah itu bukan cuma impian yang tercapai. Sesuatu yang tidak pernah diduga juga. Kehidupan bukan hanya berkisar di seputar impian saja."

Agak lama Chanyeol diam. Wendy sesekali melirik padanya.

"Aku mengerti," jawab Chanyeol akhirnya, dengan senyuman yang penuh arti.

autumn and roadsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang