winnipeg

195 51 1
                                    

024. winnipeg; doll.

Di sebuah toko yang tak jauh dari distrik Pasar The Forks, Wendy hanya membeli sebuah boneka beruang hitam yang berukuran hampir separuh dirinya. Chanyeol sudah menawarkan banyak hal mulai dari perhiasan, kamera baru, pakaian, dan suvenir-suvenir cantik lainnya, tapi pilihannya cuma jatuh ke boneka itu.

Wendy mengamati wajah beruangnya saat keluar dari toko itu dengan puas. Lalu ia memeluknya manja.

"Kenapa beruang, sih?"

"Sayang tahu tidak," Wendy menoleh, masih menempelkan wajah beruang itu ke wajahnya, "jika ditelusuri jauh-jauuuuh sekali, Winnipeg adalah asal-muasal Winnie the Pooh."

"Hah?" Chanyeol hampir berhenti. "Beruang kuning itu?"

"Dulu, ada seorang prajurit asal Winnipeg yang membeli seekor anak beruang di sebuah perhentian kereta di Ontario. Induk beruang itu kemungkinan besar dibunuh. Prajurit itu kemudian memberi nama beruangnya 'Winnipeg', atau nama kecilnya 'Winnie', karena prajurit itu berasal dari sini. Winnie ikut sampai ke Inggris, dan pada akhirnya dia tinggal di Kebun Binatang London. Winnie punya banyak penggemar, salah satunya adalah putra Milne, si Christoper Robin, yang menamai boneka beruangnya sendiri 'Winnie the Pooh', yang jadi inspirasi untuk cerita buatan ayahnya."

Chanyeol mengangguk-angguk. "Oh. Baru tahu."

"Ini Winnie-ku!" Wendy menggoyang-goyangkan tangan si beruang ke arah Chanyeol. "Kenalkan, Chanyeol-appa, namaku Winnie, beruangnya Wannie!"

Mendengarnya, Chanyeol jadi gemas, mencubit pipi si beruang dan Wendy bergantian.

Wendy masih memeluk erat boneka itu sampai ke mobil, dan memangkunya. Tempat penginapan mereka agak jauh dari pusat kota—mereka sengaja memilih motel yang berada di daerah sunyi. Baru beberapa meter menjauhi distrik pertokoan tersebut, Wendy sudah memejamkan mata.

Ponsel Chanyeol juga kebetulan berdering, dering yang tidak biasa. Beberapa surel khusus masuk sekaligus, sehingga ia pun berhenti untuk mengeceknya sebentar.

Selesai urusan dengan surel tersebut, Chanyeol memandangi Wendy. Sudah nyenyak sekali dan mungkin tidak sadar mereka berhenti. Chanyeol merapikan rambut Wendy yang sedikit menutupi wajahnya, lalu meletakkan salah satu tangannya yang terkulai ke atas si Winnie.

Agak lama Chanyeol memperhatikan si beruang. Kemudian dia menotol-notol pipi Winnie. "Hei, Winnie. Jangan sering-sering nempel dengan Wannie, oke? Aku lebih dulu memiliki dia."

Tiba-tiba saja, tawa Wendy meledak.

"Hei, kau tidak tidur!"

"Baru sejak kau bicara 'hei Winnie', kok." Wendy tersenyum-senyum. "Ada yang bakal cemburu sama beruang, nih."

Chanyeol cuma pura-pura sebal sambil menjalankan mobil mereka kembali. Kupingnya menjadi merah, dan menjadi bulan-bulanan Wendy.

"Aku tidak cemburu," kilah Chanyeol. "Masa' sama beruang. Kan konyol."

"Iya deeeh, percaya." Wendy bersandar pada bahu Chanyeol. "Selucu apapun beruangnya, masih lebih enak memelukmu, kok."

Chanyeol tidak ingin tersenyum, tapi ujung-ujungnya dia menyerah. Wendy pun juga membalas senyumannya.

autumn and roadsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang