Bridge of Love

9 4 0
                                    

Semilir angin malam berhembus menerbangkan helai demi helai rambut panjang seorang gadis cantik berkulit putih dalam balutan mantel cokelat tua dengan aksen bulu di leher dan kedua ujung lengannya membuat gadis itu tampak lebih manis dan kalem. Gadis itu hanya menatap kosong ke arah sungai sambil berpegangan pada pagar besi yang ada di tepi sungai. Lampu jalanan malam ini benar-benar membuat sosok gadis tadi menjadi seolah menceritakan ketenangan atau bahkan kesepian. Ku angkat kameraku dan mengarahkan mata lensaku padanya. Ku ambil beberapa view dari keadaan ini. Mungkin aku jelas tak melihat wajahnya, namun jelas dari sisiku saat ini gadis itu sedang melamun, bahkan saat aku mengambil gambar wajahnya dari samping pun ia tak bergeming sedikit pun.

Belum sempat aku menyapanya, ia terlihat menghembuskan napas berat lalu berbalik dan pergi meninggalkan tepian sungai Han dan kembali memasuki mobilku yang terparkir di sisi jembatan Banpo. Di sini memang indah dan masih ramai padahal malam telah larut, tapi tempat ini akan jauh lebih ramai saat pertunjukan sungai pelangi pada malam hari di atas jembatan ini. Namun aku sengaja mengambil hari dimana tidak terlalu ramai lalu lalang dan sungai Han ini menjadi dirinya sendiri. Aliran air yang jernih dan deras menghanyutkan.

Bunga cherry berguguran di sepanjang jalan menuju apatemenku. Pemandangan yang indah, namun ku rasa kosong tanpa objek lain yang terlihat, namun ku lihat seorang gadis cantik berambut panjang tergerai dengan mantel berwarna merah muda sedang berputar-putar dengan senyum mengembang dan dihujani bunga cherry. Kembali ku angkat kameraku untuk membidiknya dan kali ini aku mengclose-up wajahnya yang sedang menengadahkan tangan untuk menampung bunga cherry yang berguguran. Aku terdiam menatap gadis tadi yang tersenyum. Begitu cantik dan terlihat bahagia berbeda dengan saat berada di jembatan Banpo lusa kemarin.

Kali ini tekadku sudah bulat, aku ingin menghampirinya karena aku rasa aku telah jatuh cinta pada gadis itu. Belum sempat aku melangkah seorang lelaki menghampirinya dan gadis itu langsung memeluknya. Ku angkat kameraku dan menekan tombol untuk mengambil gambar tanpa memandang frame yang menunjukkan kemesraan mereka. Beberapa menit berlalu setelah gadis dan lelaki itu pergi dari hadapannya ia meneruskan langkahnya untuk kembali ke apartmennya. Ia membuka pintu apartemennya dan langsung masuk ke dalam, mengganti sepatunya dengan sandal rumah lalu menyalakan pemanas ruangan. Diliriknya kalender yang tergantung di dinding tak jauh dari kulkasnya. 14 April berarti ulang tahunnya tinggal menghitung hari.

Ia mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkasnya dan meminumnya. Perasaannya sedikit lebih tenang sekarang. Ia mengambil memory card camera lalu memasukkannya pada slot yang ada pada laptopnya. Dipilihnya beberapa gambar dari ratusan gambar yang telah diambilnya selama beberapa hari ini. Tinggal dua hari lagi ia berkeliling mencari gambar yang akan ia pilih untuk pameran fotografi yang akan ia gelar 4 hari sebelum hari ulang tahunnya dan memang ia akan menggelarnya selama empat hari dan akan melelang foto–foto itu. Ia melihat-lihat semua hasil jepretannya selama hampir seminggu ini, dan ia kembali harus menghadapi foto gadis bermantel cokelat tua di atas jembatan Banpo itu dan pada akhirnya foto terakhirnya dilihatnya adalah foto gadis yang sama dengan mantel merah muda dan sedang berpelukan dengan seorang pria dan mereka tampak bahagia di bawah bunga cherry yang berguguran diterangi cahaya lampu jalanan yang terang benderang.

18 April, gladi bersih untuk pameran esok hari. Kaito mulai menerangkan cerita dari setiap gambar yang diambilnya pada para pemandu yang akan memandu pengunjung yang datang pada pamerannya selama empat hari esok. Kemudian sampailah pada foto gadis yang berdiri membelakangi kamera sambil menghadap ke arah sungai Han di atas jembatan Banpo yang terkenal. Ia menarik napas pelan mengingat kejadian itu. Ia terpesona pada gadis itu pada pandang pertama.

“Maaf Kaito ssi, jadi bagaimana dengan foto yang ini?” tanya seorang calon pemandu membuyarkan lamunan Kaito.
“Akh iya.. jadi foto ini berlatarkan jembatan Banpo seperti pada foto yang sebelumnya, foto ini terpusat pada gadis yang membelakangi kamera sambil menatap ke arah sungai Han. Dengan penerangan yang remang-remang dari lampu jalanan dan dengan posisinya dapat memperlihatkan kesan kesepian juga ketenangan.. jika dilihat dari detail semua akan terbayang rambut gadis itu yang melambai tertiup angin. Aku ingin mencurahkan seluruh perhatianku padanya..” jawab Kaito.

The Beauty Of Love [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang