05: Gws

175 39 4
                                    

"AAAAAAA!" Renata berteriak heboh, sambil melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Kenapa?" tanya cowok bernama Bumi sambil berdiri dan mengambil ponsel Renata.

"Heh, kepo lo," katanya sambil mengambil ponselnya dari tangan Bumi.

Bumi mendengus, lalu menaruh tangannya di kening gadis itu.

"Udah turun panasnya," gumamnya lalu melihat jam.

"Makan dulu," ucapnya lembut sambil menepuk pelan pipi Renata.

"Eh, iya ayo," kata Renata yang sedari tadi melamun.

"Aku ambil bubur dulu di bawah ya," katanya lagi lalu pergi ke dapur.

Renata masih diam,  bibirnya menyunggingkan senyum indah. Astaga, cowok itu bakal kesini.

Tak lama bel berbunyi, tanda seseorang datang. Renata memilih turun dengan semangat, namu begitu sampai dibawah, hanya ada Bumi, Miko dan Sarasvati.

"Get Well Soon Renata," kata Miko sambil menyodorkan kantong plastik berisi bubur ayam kesukaan Renata.

"Kenapa?" tanya Saras begitu melihat wajah kecewa Renata.

"Jessie mana?" tanya Renata bohong, ia menunggu Hendra, bukan Jessie.

"Jessie latihan marching tadi, dia titip salam aja," Jawab Miko, sementara Bumi hanya berdeham lalu mengambil plastik bubur tadi dan menyiapkan nya untuk Renata.

"Oh." respon Renata pendek, lalu menyuruh Miko dan Saras untuk duduk.

"Demam lu udah baikan?" tanya Saras, Renata mengangguk.

"Ini, makan dulu," kata Bumi sambil menyodorkan semangkuk bubur ke Renata.

"Thanks Bumi," kata Renata lalu memakan buburnya dengan perasaan kecewa, ternyata dia tidak datang.

---

Disinilah Hendra sekarang, di sebuah toko untuk membeli roti dan susu.

Entah apa yang membuatnya tiba-tiba terfikir untuk membelikan gadis itu susu dan roti, padahal ia hanya ingin sebentar saja, hanya mengantar jas hujan dan mengucapkan terima kasih.

Setelah selesai dengan urusannya, cowok itu lanjut berangkat ke lokasi yang sudah di kirim Hamzah di grup, walau dengan sedikit kompor dari Jonathan.

Cowok itu memencet bel rumah Renata, lalu pintu di buka oleh seseorang.

"Temen Renata?" tanya cowok itu, Hendra hanya mengangguk.

"Masuk aja," kata cowok itu ramah, lalu keduanya masuk ke dalam rumah.

"Loh Hendra? Kamu kesini?" tanya Miko yang kaget.

"I-iya, nih ngembaliin jas hujan sama ngasi ini," jawab Hendra kikuk sambil menyodorkan kantong belanja berisi jas hujan, roti dan susu.

"Oh taruh aja disitu, Renata nya masih di kamar mandi sama Saras," kata Miko sambil menunjuk kearah meja.

"Dia kenapa?" tanya Hendra sekedar basa-basi.

"Dia? Tadi katanya mau pipis, minta ditemenin," jawab Miko, Hendra hanya mengangguk lalu tak lama muncul sosok Renata dan Saras disebelahnya.

"Eh Hendra? Lo kok kesini?" tanya Saras bingung, pasalnya Hendra bukan laki-laki yang dekat dengan Renata.

Jangankan Renata, dengan anak perempuan di kelas saja jarang menyapa.

"Ini, g-gua mau ngasi jas hujan," kata cowok itu kikuk sambil menyodorkan tas merah itu ke hadapan Renata.

"Oh iya, makasih," kata Renata, gadis itu bersusah payah mempertahankan akting biasa saja nya.

"Eh ada roti? Roti coklat?" tanya Renata begitu membuka isi tas.

"Iya, b-buat lo. G-gws," ucapnya sedikit terbata, cowok itu merutuki dirinya dalam hati, kenapa ia se-canggung ini? Sampai harus terbata-bata.

Renata berusaha untuk menahan rasa senangnya sekarang, gadis itu menggigit bibir bawahnya lalu menguasai diri.

"Oh iya, thanks," kata Renata dengan senyum manis terukir di wajahnya.

Hendra mengerjap, kalau dilihat seperti ini gadis itu manis, sangat manis.

"Hmm, okay. Gua pamit dulu, bunda gua nunggu," kata Hendra setelah sadar kalau ia menatap gadis itu cukup lama.

"Oh, iya iya. Dadah, makasih ya," kata Renata, Hendra mengangguk lalu tak lupa pamit pada semuanya sebelum ia pergi.

---

"Udah minum obat?" tanya Surya, kakak kedua Renata.

"Udah kak," jawab Renata sambil menatap jas hujannya yang sudah dilipat rapih oleh cowok itu.

"Dek, waras?" tanya Amerlyn yang bingung dengan sikap adik bungsu nya itu.

"Hehe masih kak," jawabnya sambil terus menatap jas hujan itu, bahkan sekarang memeluknya erat.

Keempat kakak Renata hanya bergidik geli melihat tingkah adiknya yang bisa dibilang 'aneh'.

Sementara Renata tidak peduli dengan tatapan geli kakak-kakaknya, di pikirannya kini hanya satu, Hendra.

AAAAAAAA DIUCAPIN JUGA, BISA GILA GW LAMA-LAMA.

---

Bumi Brawijaya, Renata's Ex.

AntifanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang