06: Cemburu dan Galau

148 37 2
                                    

Pagi ini Renata sudah baik-baik saja, efek jengukan Hendra membuat demamnya langsung turun. Ia bahkan sudah bisa berlari-lari dan berteriak seperti biasanya.

"Hai Hendra" sapa Renata riang, gadis itu merangkul Hendra yang membuat cowok itu sedikit risih.

"Hai juga" sapanya datar sambil melepas rangkulan cewek itu.

"Udah sa-"

"Gua duluan" potong Hendra lalu menghilang begitu menaiki tangga.

Dia kenapa?

---

"Farro, pr nya" kata Hendra begitu menemukan teman sebangkunya tengah menyalin pr.

"Ini lagi kerjain, cepetan duduk entar pak Tono datang" kata Farro sambil menulis dengan cepat.

Tanpa basa-basi Hendra langsung menyalin pr yang entah milik siapa, mungkin milik Hani.

Tak lama pr selesai disalin, cowok itu menghela nafas lega lalu menutup buku yang mereka conteki.

"Punya siapa?" tanya Hendra sambil mengangkat buku itu.

"Punya Hani, balikin sono" jawab Farro sambil menenggelamkan kepalanya di meja.

Cowok itu mengangguk, lalu berjalan pelan kearah Hani yang duduk kalem di bangku nya.

"Hani" panggil cowok itu yang membuat Hani menoleh, gadis berparas ayu itu tersenyum tipis.

"Ini prnya, makasih ya" kata Hendra sambil tersenyum.

"Oh iya, sama-sama" balas gadis itu sambil tersenyum juga, keduanya saling melempar senyum.

Tanpa sadar sepasang mata Renata melirik kearah mereka berdua, tangannya mengepal keras, dadanya sesak. Gadis itu cemburu!

---

Bel istirahat berbunyi, dengan cepat anak-anak seperti Hamzah dan lainya menyerbu kantin. Berbeda dengan Renata, cewek itu masih duduk di bangkunya, malas untuk turun ke bawah.

"Char, si Hendra sama Hani, saling suka ya?" tanya Renata yang membuat gadi itu tersedak.

"Maksud lo?" tanya Chardia.

"Ya, itu si Hendra sama Hani saling senyum-senyum! Huh! Saling suka kan mereka? Emang ya cowok tuh, katanya yang natural tapi natural cantik kek Hani, sialan!" gerutu Renata kesal.

"Lah, lo kenapa? Cemburu?" tanya Chardia.

"Dih! Gak!" jawab Renata tegas, walau dalam hati panas.

Chardia tertawa, walaupun tidak sedekat Jessie, ia tahu betul sifat Renata.

"Eh tapi, denger-denger si Hendra itu sering jalan berdua sama Hani. Mereka sering kok selfie bareng," kata Chardia mengompori.

"Cih, bodo amat! Bukan urusan gue," kata Renata lalu pergi dengan langkah menggebu ke depan pintu kelas.

"Eh anjir," umpat Renata begitu menabrak Hani dan membuat baju gadis itu tersiram bubble tea nya.

"Astaga, sorry Han," kata Renata sambil mencoba membersihkan baju gadis itu.

"Astaga, Han? Kok bisa?" tanya Hendra yang baru datang, cowok itu langsung melepas hoodienya sebelum Hani berbicara.

"Lo? Lo apain Hani?" tanya Hendra ke Renata.

"Gue ga sengaja nabrak dia," jawab Renata.

"Mata lo di mana? Gabisa liat orang jalan?" tanya Hendra.

"Udah Hendra, cukup deh. Ga sengaja juga," lerai Hani.

Air mata di pelupuk mata gadis itu tak bisa ia tahan lagi, sudah panas hatinya sedari tadi. Dan kini, cowok itu membentaknya.

"Minggir lo semua!" hardiknya lalu pergi dengan air mata yang menetes.

---

"Elo sih! Udah gue bilang, cowok tuh bullshit kecuali oppa!" kata Jessie sambil meneguk airnya, sementara Renata hanya duduk, mematung.

"Lo punya mantan kan? Udah pernah rasain kan rasanya di bullshit in cowok? Terus ngapain masih ngincer cowok kek Hendra, jelek gitu!" tegas Jessie.

"Tapi, dia mirip Hyunjin skz," kata Renata yang membuat Jessie menyemburkan minumannya.

"Hah? Hahahahahahaha, mirip dower nya iya," kata Jessie.

"Udah deh, gausah galau gini. Gue gasuka liat lo galau, cheer up baby!" kata Jessie sambil ber-Aegyo. Gadis china itu terlihat lucu dengan mata kucingnya.

Renata tersenyum, sahabatnya memang terbaik.

Di saat inilah, sahabat menjadi teman mengobrol terbaik.

AntifanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang