Eighth • Boo

2.4K 477 20
                                    




📻









Jam menunjukkan hampir tengah malam saat Jaemin sampai di rumahnya dari kabin milik Jeno.


Setelah ia mengantar Jeno pulang—ah, bukan pulang, tapi lebih tepatnya di salah satu halte bus dekat sekolah; Jeno yang memaksanya mengantarkan ke sana, ia memilih untuk bergegas pulang dan melanjutkan tidur yang sempat terjeda tadi.


"I'm home," ucap Jaemin malas sambil mendorong pintu depan.


"Selamat datang kembali, Tuan Muda," sapa Tuan Han, yang setia menunggunya pulang seperti biasa.


"Di mana, Mum?" tanya Jaemin sambil menghempaskan bokongnya ke sofa dan melemparkan tas ranselnya ke lantai dengan asal.


Tuan Han memasang ekspresi datar. "Saya akan meminta Nyonya Jang untuk menyiapkan makan malam Anda, Tuan Muda."


Memilih untuk mengabaikan pertanyaan Tuan Mudanya, Tuan Han segera membungkuk sopan sebelum ia beranjak pergi. Tetapi langkahnya sudah lebih dulu dihentikan oleh Jaemin, yang mencengkram bahunya dengan raut masam.


"Di mana, Mum?" ulang Jaemin sinis.


Tuan Han mengerling ragu pada pintu ruang kerja Nyonya Na tanpa mengucapkan satu patah katapun.


Tetapi itu lebih dari cukup untuk Jaemin mengerti akan jawaban yang dinanti.


"Stupid me." Jaemin terkekeh sinis. "Memangnya dia mana lagi orang itu?" Ia melepaskan cengkramannya pada bahu Tuan Han seraya beranjak pergi menuju ruang kerja Ibunya.


"Maafkan saya, Tuan Muda." Tuan Han mencegah langkah Jaemin sebelum terambil lebih jauh. "Saya berpikir kalau sebaiknya Anda tidak mengganggu Nyonya Besar saat ini."


"Um... kenapa?"


Jaemin dapat melihat bagaimana Tuan Han melarikan tatapannya ke segala arah.


"Apa yang sedang Anda lakukan, Tuan Han?" Jaemin mendecak kesal. "Kenapa Anda gugup? Apa yang sedang Anda rahasiakan?!" sentaknya seraya membuka pintu ruang kerja Ibunya lebar-lebar.


"Tuan Mu—"


Sudah terlambat bagi Tuan Han untuk mencegah Jaemin dan... ohh... betapa Jaemin berharap kalau dia melakukan apa yang diminta oleh Tuan Han tadi; untuk tidak mengganggu Ibunya saat ini.


"THE FUCK?!" pekik Jaemin sekuat tenaga.


Di sana.


Di dalam sana.


Ia melihat pemandangan yang amat sangat mencengangkan.


Ia melihat Ibunya berbaring di atas sofa panjang, pasrah dengan kancing blouse-nya sudah terlepas tuntas, rambut panjangnya tergerai berantakan, dan yang paling penting adalah...


Ayahnya juga di sana, mengungkung Ibunya.


Shirtless.









📻









"Jaemin-ah! Dengar, ini bukan—"


"The hell, Mum?!" Jaemin menepis tangan Ibunya yang memegangi lengannya dengan erat.

10 Reasons to Hate You || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang