Eighteenth • Explanation

2.1K 391 20
                                    




📻









Jaemin bergerak gelisah dalam lelapnya saat ia mendengar suara langkah yang disusul oleh gesekan railing tirai jendela. Ia pun menggeram rendah saat sinar matahari pagi berebut masuk dan terjatuh tepat di kedua kelopak matanya.


"Rise and shine, Sweetheart. Sarapan sudah siap."


"Urgh!"


Nyonya Na mengulas senyum manis seraya mengecup sisi wajah putra semata wayangnya itu. "Come on, it's your favourite. Pancakes," ujarnya seraya beranjak meninggalkan kamar, membiarkan Jaemin yang masih duduk terdiam di ranjangnya dengan kepala tertunduk; masih mencoba mengumpulkan kesembilan nyawanya.


Di menit berikutnya, Jaemin melemparkan tatapannya keluar jendela, tetap terdiam dengan pikiran kosong sampai ia teringat akan sesuatu yang langsung membuatnya beranjak turun dari ranjang.


Setelah selesai dengan kegiatan paginya, Jaemin bergegas menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada Ibunya yang sedang sarapan dengan tenang sambil menggenggam ponsel tablet; membaca berita pagi seperti biasanya.


Jaemin menarik kursi tepat di sebelah Ibunya lalu mengulas senyum manis saat Nyonya Jang dengan cekatan menyajikan sarapan untuknya.


"Eat slowly," ujar Nyonya Na, mengintip Jaemin dari balik tablet-nya.


"I'm in hurry, Mum."


Nyonya Na mengerutkan dahinya. "Mau ke mana lagi? Berhentilah bermain sebentar dan kerjakan tugas musim panasmu, okay?"


Tidak menjawab, Jaemin hanya diam dan menghabiskan sarapannya. Setelah selesai, ia menyempatkan untuk menyesap kopinya terlebih dahulu sebelum akhirnya mencium pipi Ibunya dan berpamitan. "Bye, Mum. Telepon aku kalau Mum butuh sesuatu. Tapi aku tidak berjanji kalau aku akan segera datang untuk membantu, aku sedang dalam misi."


"Misi? Tunggu—"


"Later, Mum!"









📻









"Please enter your destination."


"Kabin... kabin..." gumam Jaemin dengan jemari yang lincah menjelajah tab history di GPS mobilnya. "Aha!" Begitu menemukan lokasinya, ia menyalakan mesin dan mengemudi cukup cepat.


Hm... sepertinya ada yang tidak sabar untuk bertemu dengan Jeno.


Is it? No?


Ternyata bukan itu alasannya, tetapi lebih kepada ingin menuntaskan rasa penasaran sudah memenuhi pikirannya beberapa hari ini. Dan sepertinya, sudah saatnya ia mengakhiri semua drama dan omong kosong yang rumit ini.

10 Reasons to Hate You || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang