P R O L O G U E

972 139 15
                                    

Aku mendengar suara deruman yang samar di belakang kepalaku, mengayun rendah dan menyelinap masuk ke bawah sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mendengar suara deruman yang samar di belakang kepalaku, mengayun rendah dan menyelinap masuk ke bawah sadar. Aku lantas membuka mata dan terkejut saat tahu aku tidak lagi berada di rumah. Langit-langit gedungku yang tinggi seakan ambruk hingga hanya tersisa jarak satu meter di atas kepala, ruangan luas dengan puluhan bilik berdebu menjelma jadi sempit dengan aroma jeruk tangerine merebak masuk ke hidung. Aku di mana?!

"Hyung, bagaimana bisa kalian sampai ketahuan?"

"She's a girl please! Girls knows everything."

"Ariana Grande juga bilang begitu."

"Dia bilang apa?"

"Woman is God."

"Maksudmu God is woman?"

"Bukankah itu sama saja?"

Bayangan yang bergerak melaju di jendela membuatku meyadari dimana sekarang aku tengah berada. Kutebak aku terbaring di bangku belakang mobil yang bukan milikku bersama orang-orang yang baru saja kukenal dalam satu malam. Aku menggeliat berusaha bangkit lalu terkejut lagi untuk yang kedua kali saat tahu kedua tangan dan kakiku terbelit kencang oleh tali.  

"Aku kira kita bakal sukses memperdayanya hingga kita sampai ke New Haven."

"Aku tidak menyesal sudah ketahuan tuh."

"Apa kau yakin bisa menghadapi perempuan yang bakal merengek sepanjang waktu minta dipulangkan ke rumah?"

"Mungkin aku baru mengenal Chaeron satu hari lalu, tapi entahlah, firasatku bilang dia mau diajak bekerja sama."

"Menurutku tetap saja lebih baik dia tidak tahu."

"Man, kalau mau pergi ke neraka, pergilah sendiri. Tidak perlu membawa kami okay? Aku tidak mau jadi penipu."

"Bung, tidak perlu jadi penipu untuk pergi ke neraka. Neraka sudah turun ke bumi! Tidakkah kau kenakan kacamatamu itu dengan benar?"

Seluruhnya menjadi semakin jelas. Seperti kaca buram yang diusap dengan cairan pembersih, ingatanku mengenai kejadian sebelum terjebak di tempat ini muncul bergantian. Aku kini bahkan tahu dari mulut siapa saja percakapan bodoh barusan keluar tanpa melihat wajah mereka masing-masing. 

"Kita bakal hadapi Chaeron bersama."

"Kalian takut dengan cewek?"

"Hei, cukup. Kalau masih tetap berdebat, aku akan berhenti di pertigaan itu dan menurunkan kalian berempat di sana."

"Kau pikir kami berempat tidak bisa menurunkanmu dari sini?"

Tubuhku membujur kaku tak berdaya seperti balok kayu, jadi tidak banyak yang bisa kulakukan selain betah mendengarkan percekcokan yang berlangsung di bangku depan sembari menunggu dan menebak-nebak sejauh apa aku bisa menahan diri agar bisa kabur diam-diam. Nanti. Tentu nanti.

EUCATASTROPHE | Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang