Awal.. (1)

104 10 0
                                    

Holla adios..
Annyeong..
Hello..
Hi..
Halo semuanya, Arie is kambek dengan Hell Road.. Langsung aja ya gaes 😆😆

Happy Reading.

.DOR!!.

BRUK

Tubuh itu terjatuh seketika. Beberapa pasang mata tak percaya, Chan hanya bisa menghela napasnya lega. Tangannya memasukkan pistol ke sakunya.
"Apakah dia dalang nya ?" tanya Chan. Yang lain terdiam.
"Darimana kau dapatkan pistol itu ?" tanya Seungmin datar. Chan menunjuk ke belakangnya. Ada beberapa senjata disana.
"Ntah untuk apa, kuduga itu adalah alat bantu kita" ujar Chan.
"Si- siapa yang kau tembak ?" tanya Hyunjin.
"Ntahlah.. Aku melihat bayangan seseorang disitu dan menembaknya" Mereka mengambil senjata yang dirasa cocok.
"Jika sudah ayo kita mulai ja-"
"Jeep ? Ada kuncinya juga" seru Changbin.
"Mungkin akan mudah jika kita naik jeep" sahut Woojin.
"Baiklah.. Siapa yang bisa menyetir ?" tanya Chan. Minho mengangkat tangannya.
"Kebetulan aku punya SIM" ujar Minho, lalu naik ke kursi kemudi. Chan duduk di sebelah Minho. Sisanya menyusul di belakang. Minho mulai menyalakan jeep, lalu mengendarainya pelan. Mereka meninggalkan gudang tempat mereka di sekap. Jeongin melirik orang yang di tembak Chan tadi. Jeep menjauh, dan Jeongin yakin dia tidak salah tentang mayat itu.

Aku merasa mengenalnya..
Tapi ? Dia siapa ??

Felix menghela napasnya, dia sesekali menatap sekitarnya, tangan kirinya memegang revolver dengan erat.

Firasat ku tidak enak..
Ada apa ya ?

Langit menggelap. Lentera di mobil dinyalakan. Minho sesekali menguap, entah berapa jam dia menyetir, tentunya itu melelahkan, bukan.
"Mungkin ada baiknya kita beristirahat" seru Chan.
"Kita tidak punya tenda.. Dan disini juga kebanyakan padang rumput yang luas" sahut Changbin.
"Tidak adakah bangunan untuk semalam saja ? Aku takut jika terjadi apa- apa dengan kita jika di alam bebas.." tanya Woojin. Hening. Woojin benar, salah satu dari mereka akan diuntungkan jika mereka di luar gedung atau kadang rumput seperti ini.
"Ah.. Gedung terbengkalai" seru Changbin. Mereka menoleh ke arah gedung yang di tunjuk Changbin.
"Yah.. Kurasa disana bisa" ujar Seungmin.

Jeep berhenti di dekat pintu masuk gedung. Mereka turun, Jeongin menatap papan bertuliskan 'DISTRICT 9'
"Seperti judul film saja" ujar Felix sambil terkekeh. Jeongin diam, lalu ia mengangguk meski tidak tahu maksud Felix.
"Baiklah.. Aku dan Woojin akan mencari kayu bakar, kalian bergantian berjaga disini.."ujar Chan, lalu pergi dengan Woojin di sekitar gedung. Hyunjin
mendudukan dirinya sambil bersender di tiang dinding. Changbin dan Jeongin berjaga. Felix mendekati Hyunjin..
"Apakah kau merasakan ketakutan mendalam, dan firasat buruk seketika" ujar Felix diam. Hyunjin diam.
"Kurasa.. Aku mulai merasakannya.." ujar Hyunjin. Felix tersenyum tipis. Air mata lolos begitu saja, begitupun Hyunjin. Mereka menangis dalam diam. Jisung hanya memperhatikan mereka.

Seperti tidak asing saja...

Woojin dan Chan datang dengan kayu dan korek, mereka mulai membuat api unggun.
"Aku dan Jisung akan bergantian berjaga dengan Changbin dan Jeongin.." seru Seungmin. Jisung mengangguk.
"Kalian bisa memakai senjata ?" tanya Chan pada yang lain. Woojin menatap pistol di tangannya.
"Ayahku pernah mengajari ku" seru Felix, diikuti Hyunjin, dan Minho.
"Aku belajar dari temanku" sahut Jisung, mereka hening lagi. Walau sudah berkenalan masih ada kecanggungan dan was- was pada yang lain.
"Hah... sudahlah.. Mungkin ada baiknya jika kita tidur sekarang" seru Minho. Dia segera merebahkan tubuhnya, tidak peduli debu disekitarnya. Hyunjin dan Felix masih bersandar ada dinding, dan mulai menutup matanya. Jisung dan Seungmin keluar bergantian berjaga. Changbin bersama Jeongin masuk ke dalam, dan segera menidurkan tubuh. Woojin dan Chan belum tidur. Woojin menatap api unggun yang dibuatnya bersama Chan tadi.
"Kau tidak ingin tidur ?" tanya Chan. Woojin menoleh.
"Mungkin sebentar lagi.." ujar Woojin
"Baiklah.. Saranku jangan tidur terlalu malam, karena jika terjadi apa- apa kau yang bisa disalahkan.." Woojin hanya mengangguk datar. Dia menatap api unggun itu lagi. Pandangannya berubah sendu.

Aku akan mengutuk kematian kalian yang tidak wajar !!
dan aku yang akan menjadi seorang pembunuh untuk membunuh kalian semua !!

Woojin menutup matanya erat. Suara itu terdengar lagi, sebuah suara yang selalu menghantui dirinya setelah lulus SMA. Dia dan teman- temannya mulai menghilang entah kemana setelah kelulusan. Woojin juga tidak pernah berhubungan lagi dengan mereka. Dia lupa. Siapakah yang mengutuknya ? Siapa teman - temannya yang juga dikutuk ? Woojin merebahkan dirinya di sebelah Chan, lalu mulai tertidur. Tanpa menyadari ada yang menatapnya tajam, dan bibirnya menyeringai.
"Apa kau ingat kutukanku, Woojin -ah ?!"

TBC !!!!!
Yey.. Udah chapter tiga aja nih.. Ditunggu ya next chapter. Kuusahain lusa bakal update again.. 😊😊😊

Salam hangat,
Arie

ᕼᗴᒪᒪ ᖇOᗩᗪ (ՏTᖇᗩY KIᗪՏ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang