Satu (2)

89 10 0
                                    

Holla gaes..
Back lagi dengan Hell Road Up to the date !!! Yeyyy

Ok langsung aja ya,
Happy Reading 😉😉 eh, jan lupa Votment dong juseyoooo 😆😆

Angin berembus pelan. Beberapa tubuh menggelung diri berusaha menyelimuti tubuh yang kedinginan. Api unggun yang mereka buat juga sudah paham. Felix terbangun, lalu menguap. Dia menatap ke sekelilingnya, mereka masih tertidur kecuali dirinya. Felix berusaha terbangun sepenuhnya.

Tunggu kenapa mereka hanya bertujuh ?

Felix bingung.
Tes.
Ada sesuatu yang menetes dari atas. Bulu kuduk Felix merinding.
Tes.
Felix terbelalak melihat genangan berwarna merah tepat di bawah tetesan itu jatuh.
Tes.
"AAARGGGGGGGHHHHH" Felix menjerit. Semuanya yang tertidur, terbangun dan terkejut mendengar jeritan Felix. Air matanya sudah menuruni pipinya. Felix menangis. Hyunjin berusaha menenangkan teman barunya. Changbin terbelalak ketika mendongak.
"Hyung.." Semuanya kecuali Felix segera mendongak. Mereka tidak percaya. Di atas mereka, Woojin tergantung. Bibirnya mengeluarkan darah, dan menetes ke bawah. Jisung dan Seungmin menutup mulut mereka. Jeongin diam. Hyunjin menangis lagi sambil memeluk Felix. Dia takut. Chan lebih tidak percaya lagi.
"Woojin.." ujarnya. Mereka ketakutan, tanpa tahu kesenangan dari salah satu mereka. Ya, dia si serigala. Sang pembunuh woojin.

Tubuh Woojin diturunkan, tali yang mencekik Woojin dilepas. Chan hanya terdiam.
"Apa dia mati dicekik ?" tanya Jeongin.
"Kau melihatnya tergantung, kan ?" seru Minho.
"Kurasa jika cuma mencekik dan menggantung nya.. tidak mungkin akan menimbulkan darah karena hanya menutup saluran pernapasan" ujar Jisung. Mereka menatap Jisung. Ada benarnya apa yang dikatakan Jisung, jika hanya mencekik, hanya pernapasanmu yang tercekik.
"Siapa yang tidur terakhir tadi malam ?" tanya Changbin. Mereka diam, Seungmin dan Jisung angkat tangan.
"Kami tidur terakhir, tapi setelah semuanya aman, dan kami juga mengecek semuanya lengkap" ujar Seungmin.
"Yang bangun pertama kali ?" tanya Chan
"Aku" Felix mengangkat tangannya. Minho mengecek mayat Woojin. Bekas luka tidak ada diluar, tapi mulutnya mengeluarkan darah segar. Alis Minho terangkat satu.

Luka dalam ?

Minho menatap yang lain satu- persatu, tidak ada satupun dari mereka yang ternodai darah.

Serigala yang handal, pasti susah untuk mencarinya saat ini..

"Kau memeriksa mayatnya, bagaimana ?" tanya Jeongin.
"Luka dalam.. Bisa dibilang pembunuhnya sangat handal" ujar Minho, sambil menatap sekitarnya lagi, "dan tidak terlihat siapapun yang mempunyai bekas darah" ujar Minho. Jisung menutup mayat Woojin dengan kain putih.
"Kurasa kita akan tetap melanjutkan perjalanan lagi.." seru Chan.
"Satu teman kita pergi dan kita akan meninggalkannya ?" tanya Felix. Mereka terdiam.
"Kita harus segera keluar dari sini.. Jika kau mau, kita bisa membawa Woojin juga" ujar Chan.
"Kau mau membawa mayat ? Bawa saja sendiri.. Aku tidak mau" sahut Hyunjin.
"

Jika kita membawanya, lalu menemukan pembunuhnya, apa dia akan hidup ?" tanya Seungmin. Felix diam. Chan memegang pundak Felix.
"Kita harus memilih meninggalkannya atau membawanya ? Jeep kita mungkin muat, tapi kita tidak akan membawa mayat' kan ?" tanya Chan. Felix diam, dia menunduk. Sekitar mereka hening.
"Aku memilih membawa.. Bagaimana pun Woojin juga ikut serta, jika kita berhasil keluar setidaknya kita bisa menguburkan Woojin selayaknya" seru Jeongin.

Cih... Mana kesetiaan kalian dulu ? Dasar pembohong !!

"Baik lah kita akan membawa nya.." ujar Chan. Mereka mengangguk, kata- kata Jeongin benar. Seandainya mereka ditemukan atau berhasil keluar dari game kematian ini, mereka pasti bisa menguburkan Woojin secara layak. Minho memegang setir jeep. Chan duduk di sebelahnya. Sisanya di belakang. Woojin ditaruh diantara kaki mereka. Hyunjin memalingkan wajah, dia mual melihat mayat Woojin meski sudah ditutup kain. Felix menatap Jeongin yang berada disebelahnya. Seungmin menutup matanya perlahan. Jisung dan Changbin menatap mayat Woojin. Mereka hanya diam.
"Seandainya kau tak bilang seperti itu mungkin Woojin akan tetap disitu.." ujar Felix.
"Aku hanya kasihan pada mayatnya, aku biasa melihat mayat- mayat yang tidak terurus makanya aku peduli" ujar Jeongin.
"Kau pembalap ya.. ?" tanya Felix. Jeongin mengangguk.
"Hanya sekedar hobi saja.. Aku tidak tertarik pada taruhannya .." ujar Jeongin.
"

Bukankah menggiurkan ?" Jeongin diam.
"Tidak, biasa saja.. Aku lebih membawa emosi dalam balapan" Felix mengangguk. Jeep mereka berasa tidak nyaman, karena tanah yang dilewati sangat kasar dan berbatu. Minho tiba- tiba mengerem. Mereka menoleh ke depan.
"Pagar besi.. Menurut kalian kita bisa kabur ?" tanya Hyunjin girang.
"Mungkin saja.." ujar Jisung. Mereka diam, Minho kembali melanjutkan jeep, Chan hendak menyalakan radio Jeep. Tapi...

DOR!!!!!
Minho memegang dada kirinya sakit. Jaketnya basah, karena darah. Ya, dia tertembak. Chan berdiri mencari siapa yang menembak, tapi tidak menemukan siapapun. Minho meringis.
"Minho.. Kau ? Tidak apa- apa ?" tanya Chan. Minho menatap Chan.
"Je- Jebakan.. Ada yang menembak ku..." Minho tak sadarkan diri. Hyunjin menjerit ketakutan, begitupun Felix. Jeongin dan Seungmin menatap sekeliling mereka. Ayolah, siapa yang menembaki mereka jika nyatanya saja mereka berada di jalanan luas, dan tidak ada bangunan apapun.

Siapa pelakunya ?

Para makhluk bodoh.. Kalian masih belum bisa menebakku bahkan ketika korban kedua muncul ?

TBC !!!!
Yey, udah update aja nih..
Kalian punya prediksi siapakah si serigala ini ?

Salam Manis coklat
Narie

ᕼᗴᒪᒪ ᖇOᗩᗪ (ՏTᖇᗩY KIᗪՏ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang