"Cincin udah, gaun pengantin udah, makanan, gedung, undangan, semua udah siap." Winda mengoreksi hasil dari catatan agendanya tentang keperluan pernikahannya.Dan rata-rata, semua sudah siap dan beres. Hanya tinggal mencari souvenir dan memesan kue pernikahan. Winda memang sudah mengambil cuti sebelum hari pernikahannya yang menghitung beberapa minggu lagi. Dan saat pengumuman pernikahannya, dan informasi tentang kehamilan Winda yang tiba-tiba sudah tersiar di penjuru rumah sakit akibat mulut rapat Bianca dan Dion, semua karyawan di rumah sakit mendatanginya dan mengucapkan selamat. Bahkan para pasien pun juga menggodanya dan mengucapkan selamat.
Kecuali Ken dan Dokter Marcel a.k.a dokter Lay. Keduanya serentak tutup mulut dan menghindari memberikan ucapan selamat. Kecuali karena kemarin Winda mengambil cuti, akhirnya dokter Lay memberinya selamat dengan tampang terpaksa dan tidak tulus. Mungkin kecewa dan marah juga merasa kalah.
"Duhh yang mau nikah, ribet deh." Bianca dengan cerewetnya mendatangi Winda sambil membawa satu kantung gorengan dari gerobak Mang Ujang di depan rumah sakit.
Hari ini terakhir ia bekerja sebelum cuti. Dan ia juga shift pagi hingga siang ini sudah bisa pulang. Namun sebelum pulang mungkin Winda ingin kangen-kangenan dulu dengan ruang petugas rumah sakit di mana biasa Bianca dan ia saling kelonan di atas ranjang itu.
"Yah? Molennya mana? Gue kan pesen molen, Bi!" Keluh Winda ketika tidak melihat adanya molen di dalam kantung gorengan itu.
"Molennya abis, ndoro! Adanya cuma tahu isi, pisang goreng, pisang cokelat, sama tempe!"
"Ah, kesel! Nggak nafsu makan gue!"
"Ya udah!" Kata Bianca membuat Winda makin mengerucutkan bibirnya sampai Tian datang dan menaruh satu kantung gorengan berisi molen untuknya.
"AAAAAHHH! TIANN EMANG PALING NGERTI DEH!" kata Winda senang sambil memeluk Tian dengan semangat.
"Loh? Kok lo dapet sih? Gue cari nggak ada!" Kata Bianca bingung. "Bukan mang Ujang, kan?"
"Mang Ujang kok. Cuma emang molennya sisa kemarin," kata Tian yang langsung mendapat tatapan tajam dari Winda.
Sontak tawa Bianca memecah dengan kerasa hingga ia terguling-guling di atas kasur. Sedang wajah Winda hanya bisa ditekuk dengan sangat cemberut dan kesal. Tian pun hanya menatap Winda sambil menyengir lebar seakan tidak memiliki salah apapun padanya. Dan dengan emosi, Winda pun melempar kantung molen itu pada wajah Tian membuat Bianca makin tertawa lebar lagi.
"Anjing lo!" maki Winda membuat Tian tertawa terpingkal-pingkal menatap kebodohan Winda sekarang.
"Eh, nggak boleh misuh-misuh, loh! Ibu hamil biasanya bawaannya halus, tenang, kalem, bukan bar-bar kek elo, Win." Tian dengan sisa tawanya mengucapkan nasehatnya.
"Diem, bangsat!" Winda mengusap perutnya dan tiba-tiba menangis dengan sedihnya. Mengapa Tian jahat memberikannya molen sisa kemarin padahal ia sangat mengidam makan molen sekarang?
"Lo berdua jahat banget, sih! Gue lagi ngidam! Kenapa dibuat becanda?! Lo berdua nggak ngerasain kan gimana pengennya makan sesuatu pas lo lagi hamil?! Nggak pernah, kan?! Kenapa sih harus kayak gini caranya?! Gue cuma mau molen! Kenapa lo berdua malah becandain gini!!" Winda mengusap air matanya dan sontak Bianca dan Tian terdiam saat Winda mulai menangis dengan keras.
Hingga tiba-tiba dokter Ken masuk tanpa tahu jika di dalam ada Winda, Tian dan Bianca. Dan melihat Winda menangis beserta tampang bodoh dari Bianca dan Tian, Ken mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa nangis?" Tanya Ken heran.
"Nggak apa-apa!" Jawabnya ketus sambil menghapus air matanya dengan kasar dan kemudian berdiri dari kasur lalu berjalan keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Angel From Heaven | Wenyeol ✔
Teen FictionCompleted ✔ ~~ Calvin Dikta Anggara, adalah seorang pria sempurna, yang selalu digandrungi banyak kaum hawa. Memiliki segalanya, tanpa cacat sedikit pun. Ia tidak sombong, ia pria yang baik, ramah dan sayang pada orang tua. Namun, semua kesempurnaa...