Winda asik memainkan jemarinya di atas ponsel Calvin yang kini duduk di sofa bersamanya yang juga tiduran di paha Calvin. Sudah hampir lima belas menit berlari, Winda masih betah bermanja-manja seperti ini. Calvin sendiri juga masih sangat tidak keberatan memangku kepala Winda untuk belasan menit ke depannya. Tangannya sibuk mengusap-usap kepala Winda dan matanya memandangi layar televisi berukuran empat puluh dua inch itu.Saat ini mereka ada di rumah Calvin. Winda bilang tidak mau ke apartemen. Dia rindu di rumah Calvin, dia rindu cerewetnya Elios yang suka mengganggu Calvin hingga Calvin marah-marah.
Winda juga rindu roti bakar buatan mama, sehingga ia mati-matian ingin berada di rumah Calvin seharian ini. Winda juga sudah cuti dari rumah sakit untuk mempersiapkan diri dalam pernikahan dan juga akan ada liburan alias honeymoon setelah menikah.
"Win, udah cek kehamilan belom?" tanya mama yang datang ke ruang tamu sehingga Winda akhirnya menegakkan tubuhnya agar lebih sopan.
"Udah, ma. Katanya masih belum keliatan jenis kelaminnya."
"Udah berapa bulan sih?"
"Baru masuk satu bulan, ma."
"Kamu kurang makan, ya? Badannya kurus gini."
"Tau tuh, ma. Disuruh makan susahnya minta ampun. Padahal dokter, tapi nggak bisa jaga kesehatan sendiri," sindir Calvin yang mendapat cubitan pada pinggangnya dari Winda. Namun detik selanjutnya, Winda berbaring manja pada lengan Calvin yang hangat. Karena Calvin juga hanya memakai kaus oblong berwarna putih.
"Winda kok gitu? Kenapa nggak makan?"
"Bukan, ma. Winda makan, kok. Cuma emang nafsu makannya dikit sejak hamil."
"Nggak boleh gitu. Nutrisinya harus ada, sayang."
"Iya Winda juga makan buah, kok. Mama nggak usah khawatir, ya." Winda memeluk lengan mama dan mengecup pipi calon mama mertuanya itu dengan sayang membuat seorang pria di sana merasa sudah terabaikan.
"Ya udah deh, mama mau ke arisan dulu. Pulangnya malem, terus Elios lagi les juga. Janjinya pulang jam delapan, kalian di rumah jangan ke mana-mana, ya."
Calvin tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya cepat. Mamanya pun pergi bersama supir. Rumah sepi. Hanya ada dirinya, Winda dan seorang pembantu. Papa Calvin juga ada di luar kota dan lusa baru kembali.
Setelah merasa rumah hening, Calvin memandang Winda yang kini sibuk menonton TV sambil menikmati roti bakar buatan mama yang sudah dijanjikan oleh mama jika Winda ada di rumah. Winda nampak nyaman dan menikmati kegiatan sore harinya.
"Bee?"
"Hm?"
"Nggak berniat melakukan kegiatan menyenangkan lainnya?"
"Misalnya?"
"Ya apa gitu yang bikin capek," katanya mengedikkan bahu.
"Kamu kan tau aku nggak boleh capek?"
"Tapi capek yang bikin sehat jasmani dan rohani, bee."
"Ada emangnya?" tanya Winda polos.
Calvin mengulum senyuman lebarnya.
***
Winda harusnya tau maksud Calvin apa. Kegiatan apa yang menyehatkan jasmani dan rohani kemudian membuat capek namun ingin tetap melanjutkannya. Dan harusnya Calvin menepati janjinya beberapa menit yang lalu untuk menyudahi aktifitas ranjang mereka. Namun Calvin malah menambah jamnya dengan aturan sendiri membuat Winda harus melayaninya lagi hingga ia sendiri kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Angel From Heaven | Wenyeol ✔
Roman pour AdolescentsCompleted ✔ ~~ Calvin Dikta Anggara, adalah seorang pria sempurna, yang selalu digandrungi banyak kaum hawa. Memiliki segalanya, tanpa cacat sedikit pun. Ia tidak sombong, ia pria yang baik, ramah dan sayang pada orang tua. Namun, semua kesempurnaa...