16. Papi Winda

3.6K 489 63
                                    

"Vin... Udah dong, akunya jangan diliatin mulu," ucap Winda malu karena sedari tadi Calvin terus saja memandanginya dengan senyuman khas menggodanya.

Memang, sedari tadi Calvin terus memandanginya tanpa henti. Padahal harusnya Winda mengunjungi pasien lain setelah mengunjungi Calvin, tapi nyatanya ia masih ditahan oleh pacarnya dan belum mau Winda pergi.

Ya siapa suruh Winda membuatnya kangen setiap saat. Bahkan karena tidak bertemu seharian saja, Calvin tidak mau makan sebelum Winda datang. Dan itu membuat para suster sampai menggelengkan kepalanya menghadapi sifat keras kepala pacar dokter Winda itu.

"Udah Vin, aku mesti ngunjungin pasien yang lain... Ntar kalau aku udah selesai nugas aku jagain kamu di sini," Kata Winda menjanjikan sembari menjulurkan tangannya mengusap pipi Calvin yang manja itu.

"Tapi aku bosen di sini..." jawab pria itu manja dan Winda hampir kehabisan kata-katanya.

"Bentar doang, kok. Janji, Vin."

"Bentarnya kamu itu lama, Winda... Lagian kan banyak dokter yang dinas juga. Ngapain harus kamu sih yang kunjungan?"

"Vin... Jangan kayak gini ah. Aku kerja di rumah sakit. Pasien aku bukan kamu doang." Winda menghela napasnya. Kali ini ia sedikit kesal dengan sikap Calvin.

"Aku baru bisa liat gini kamu gak mau nemenin aku?" tanya Calvin seolah menyudutkan Winda.

"Gak gitu!" Winda mengerucutkan bibirnya dan Calvin dibuatnya gemas.

"Iyaa... Aku tunggu kamu di sini," kata Calvin akhirnya membuat Winda langsung menatapnya berbinar.

Winda tersenyum penuh semangat lalu mengecup pipi Calvin singkat. "Aku bentaran doang kok, paling dua sampai tiga pasien lagi selesai. Habis itu aku langsung ke sini. Apa aku suruh Dion nemenin kamu?" tanya Winda mengusulkan namun Calvin menatapnya dan menggeleng.

"Maunya kamu aja." Lagi-lagi Winda dibuat berdebar karena ucapan cheesy Calvin. Bisakah Calvin membuat jantungnya tidak berdebar seperti ini?

"Ya udah, tunggu aku di sini. Oh ya... Kamu mau makan apa? Aku pesenin," kata Winda lagi.

Calvin menahan kalimatnya sebentar, sebelum kembali melanjutkan ucapannya pada Winda yang sedang menunggu jawaban pria itu.

"Aku makan kamu boleh?"

💞💞💞

Winda mengelap peluhnya yang jatuh pada pelipisnya. Sembari ia menjahit luka seseorang akibat kecelakaan motor, nyatanya pandangannya juga teralihkan pada Tian yang sedang sibuk dengan pasiennya juga di ujung sana. Winda sadar, setelah pengakuan Tian kemarin mereka menjadi lebih sedikit jauh. Entah siapa yang memulainya duluan, Winda tidak mengerti. Yang jelas, setelah semua itu, mereka selalu awkward saat bertemu satu sama lain.

Lantas, Winda pun mencoba untuk memperbaiki semuanya. Mengembalikan hubungan mereka layaknya berteman seperti dulu. Karena Winda tidak ingin kehilangan sahabatnya hanya karena masalah perasaan seperti ini. Ia pun yakin Tian akan mengerti hal itu.

"Bi, lanjutin ya... Gue mau ngomong bentar sama Tian."

"Iya, dok." Bianca mengangguk dan melanjutkan jahitan luka yang sudah Winda mulai lebih dulu, dan Bianca tinggal memperbannya saja.

Winda pun buru-buru menghampiri Tian yang nampaknya sudah selesai juga dengan pasiennya. Dan dengan penuh kemantapan hati yang sudah ia kumpulkan sejak tadi, Winda memanggil Tian.

"Tian..." panggilnya lembut.

Tian menoleh mendapati Winda. "Ya?"

• Angel From Heaven | Wenyeol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang