Penjatuh Ranjau Misterius

310 59 45
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif dan murni berdasarkan imajinasi penulis. Jika ada kesamaan nama dalam bentuk apapun, bukanlah unsur kesengajaan. Pemilihan setting tempat hanya berdasarkan minat dan imajinasi penulis. Tidak pernah ada kejadian serupa ditempat sebenarnya. Beberapa institusi, istilah, dan sistem mungkin tidak sesuai dengan konteks Indonesia yang sebenarnya.

----------------------------------------

Area cafe hotel Andalas
23.00

Seperti malam-malam biasanya, area Seturan memang sudah seperti surga bagi mahasiswa dan warga Jogja lain untuk nongkrong. Berjajar makanan jenis apapun mulai dari khas Indonesia seperti soto dan sate, sampai westernfood seperti spaghetti dan beef steak. Semua kalangan tumpah disitu. Dari mulai mahasiswa dengan dompet tipis sampai the crazy rich people yang mampu membeli secangkir kopi di café seharga uang lembaran merah bergambar proklamator Indonesia.

Namun dari sekian banyak tempat berjajar disana, hanya satu lokasi yang menjadi fokus dari tim. Lokasi yang pagi tadi titik koordinatnya dikirimkan oleh orang yang tidak dikenal namun nyatanya seperti menjadi titik terang.

Malam ini akan menjadi salah satu malam yang penuh adrenalin bagi tim Secret Detectives. Di malam yang cerah itu mereka punya harapan dapat menuai hasil penyergapan yang berarti. Ya, sesuai dengan pelacakan jejak digital ojek online yang didapat Jassen, secara teratur terjadi pemesanan driver untuk mengantar penumpang dari Café Hotel Andalas menuju berbagai tempat yang disebutkan oleh informan Doni dan Cipto maupun sebaliknya. Meskipun begitu, semua tetap harus dipastikan. Karena itulah para anggota tim yang tersisa, bersiap pada posisi masing-masing.

Karis yang kakinya masih belum sepenuhnya sembuh, memilih mengambil posisi siaga dalam mobilnya. Dia memarkirkan mobilnya di tempat yang berseberangan, agak ke utara dari café Andalas, café target yang terletak di lantai satu hotel Andalas, sebelah kiri lobby.

Sementara itu, Doni, yang baru saja selesai mempersiapkan tim penyergap terlihat berdiri di depan mini market di sisi kiri hotel. Dia sedang menikmati sebungkus cilok yang baru saja dibelinya. Kini tim penyergap sedang bersama Komandan Salim di tikungan tak jauh dari hotel.

Sebuah mobil SUV yang biasa dipakai Komandan Salim, terlihat berhenti dan mengambil parkir di basement hotel. Seseorang turun dari mobil itu kemudian naik menuju lobby menggunakan elevator. Rautnya sedikit gugup tapi wajah songong dan jumawa sepertinya sukses menutupi kegugupannya.

Mario, bermodalkan jaket milik Karis, sepatu milik Jassen, dan mobil milik Komandan Salim menjalankan tugasnya sebagai umpan. Ya, semua itu ide Jassen.

“Penyamaran bisa gagal kalau kostum kamu nggak ganti. Mana ada orang kaya yang mau ngajak join bisnis narkoba bajunya nggak bermerek?” kata Jassen tadi saat mereka berdiskusi. Alhasil, Karis harus merelakan jaketnya dengan segala perjanjian bahwa jaket itu akan kembali dalam keadaan sudah di laundry.

Mario keluar dari elevator dan langsung menuju café. Di salah satu kursi café, Arsyad sudah duduk di sana sejak lima belas menit lalu. Dia memakai blezer, kacamata, dan sepatu pantofel. Tampilannya terlihat seperti eksekutif muda yang sedang mengerjakan presentasi karena dia juga terlihat menatap laptop dengan serius. Padahal laptop itu justru berfungsi untuk mengawasi pergerakan café melalui webcam.

“Mas,” panggil Mario setelah di salah satu kursi meja bar. Dia menjentikkan tangannya menunjuk salah satu barista.

“Ada yang bisa saya bantu?” ucap bartender itu.

“Espresso satu,” sebut Mario.
Barista itu mengangguk. “Ada lagi?” tanyanya.

“Rokok mahal,” bisik Mario. Wajah barista itu berubah sedikit menegang kemudian mengangguk.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang