Hai Naura

308 49 49
                                    

Palembang
2001

Mobil hijau gelap berhenti disebuah rumah sederhana bercat krem. Seorang laki-laki berumur sekitar tiga puluh lima tahun keluar dari tempat kemudi kemudian membuka pintu belakang. Laki-laki itu menggendong gadis kecil dengan baju terusan berwarna putih garis-garis yang sangat kotor.

“Ayah pulang!” teriak seorang anak laki-laki berusia delapan tahun yang keluar dari rumah krem itu. Langkahnya yang penuh semangat diekori oleh seorang laki-laki lain yang masih cukup muda dan seorang wanita paruh baya. Raut wajah riangnya berubah menjadi bingung saat dia melihat Ayahnya kembali dengan menggendong seorang anak perempuan.

“Hai Jef! Kamu sudah makan?” tanya ayahnya sambil menurunkan anak perempuan itu dari gendongannya. Anak laki-laki bernama Jefri itu mengangguk. Ayahnya tersenyum. “Ayah bawa teman baru buat kamu,” ucapnya.

“Siapa?” tanya Jefri polos. Kemudian gadis kecil itu tersenyum padanya dan mengulurkan tangan. Sepertinya gadis kecil itu tau cara memperkenalkan diri.

“Namaku Naura,” ucapnya. Jefri mengulurkan tangan menyalami gadis kecil itu.

“Halo Naura, aku Jefri,” katanya polos.

“Mulai sekarang dia ini adik mu, Jef. Kamu senang?” ucap Razek diikuti anggukan Jefri.

“Carikan baju baru untuk Naura. Mandikan dia!” perintah Razek pada wanita paruh baya yang tak lain adalah asisten rumah tangga yang biasa mengurus rumah dan menjaga Jefri saat dia pergi. ART itu mengangguk kemudian menggendong Naura.

“Anak siapa bos?” tanya laki-laki muda yang sekarang sedang memangku Jefri.

“Anak sahabatku, Ramon. Orang tuanya hangus terbakar semalam,” jelasnya sambil menjatuhkan diri di atas balai-balai yang ada di teras.

“Sebenarnya Ramon bisa saja selamat karena dia pergi bersamaku dan Naura saat gas dapur itu meledak tapi dia bersikukuh menyelamatkan istrinya yang terjebak didalam,” jelasnya kemudian memejamkan matanya. Memutar memorinya mengingat kejadian mengerikan semalam.

“Aku harus selamatkan Nia, Zek! Aku tidak mau jadi pecundang yang diam saja meihat istriku jadi abu. Tolong jaga Naura apapun yang terjadi padaku nanti,” ucapan Ramon semalam masih begitu terngiang di telinga Razek. Sebelum detik berikutnya, Ramon sudah berlari kedalam rumah yang sudah berasap dan terlahap api.

“Dia sahabatku, Do. Ribuan cara dia lakukan untuk membuatku keluar dari lingkaran setan ini tapi aku menyangkalnya,” lanjut Razek. Laki-laki muda itu hanya menatap miris tanpa berkata apapun. Dia sendiri juga sudah terjerat dalam lingkaran setan ini. Lingkaran setan yang tanpa dia ketauhi akan menghancurkan hidup kekasih dan keluarganya di masa depan.

“Aldo, kamu jaga Naura seperti kamu jaga Jefri untukku. Mereka semua anak-anakku sekarang!” perintahnya.

“Siap, bos Razek!”

***

2018
Pagi Hari setelah Penyergapan di Café Andalas
Johor, Malaysia
07.00

Yakob meneguk beer dingin langsung dari botol. Hatinya gusar karena masalah yang timbul belakangan. Mulai dari Razek dan sekarang Aldo. Para agen terbaiknya satu persatu membahayakan posisinya dan mereka sudah berakhir dengan kehilangan nyawa.

Beban pikirannya kembali bertambah setelah baru saja, salah satu stasiun televisi Indonesia menayangkan berita dengan headline: Polisi Yogyakarta Berhasil Memberantas Peredaran Rokok Gorila Sampai Akar.

Mr. Anderson,” panggil seorang pelayan wanita yang muncul dari balik pintu yang terbuka.  Yakob menoleh. “Dari Victor,” ucap pelayan itu sambil mengulurkan ponsel.

Beyond the Mission (Sudah Terbit- Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang