[0]

130 7 1
                                    

Happy Reading!

Mentari menampakkan sinarnya lebih terik daripadi hari sebelumnya. Walaupun sinarnya lebih terik, itu tak menghilangkan semangat seorang gadis kecil yang tengah bermain bersama temannya. Gadis kecil itu digeromboli temannya, karena gadis kecil itu barusaja mendapatkan hadiah dari sahabat laki-laki yang lebih muda 1 tahun darinya. "Bayu, makasih bonekanya." Ucap gadis kecil itu setelah ia tahu apa isinya. "Sama-sama, Lena." Balas sahabat gadis kecil tadi, Bayu Chandra Danang atau kerap disapa Bayu, dengan logatnya yang imut. Jangan lupakan dirinya yang tak bisa bilang 'R' dengan jelas.

Gadis kecil itu, Ireina Renata Baery atau kerap diundang Rena, menertawakan wajah Bayu yang kesulitan mengucapkan huruf 'R' dalam namanya.

"Wah, Rena. Boneka mu lucu sekali," celetuk teman Rena.

"Serius? Terima kasih!" Balas Rena tak percaya.

"Bayu, seminggu lagi aku ulang tahun. Jangan lupa beri aku kado yang lebih bagus dari Rena, ya!" Canda teman lainnya. Lalu mereka semua tertawa bahagia.

"Rena, aku pinjam boneka mu!" Sahut Kanza, gadis kecil kuncir dua. Ia menarik paksa boneka Rena. Rena balik menarik boneka kesayangannya, karena Kanza meminjam dengan cara tak sopan.

Rena sangat tidak suka dengan orang yang tidak sopan kedirinya, sekalipun orang itu lebih tua darinya. Apalagi jika orang itu tidak sopan terhadap orangtua, Rena sangat membencinya. Karena, sejak Rena bisa berbicara, Rena telah dididik orangtua nya untuk berperilaku sopan ke siapapun, dan mengingatkan seseorang apabila melakukan hal yang tidak sopan.

"Tidak, aku tidak mau. Kamu tidak meminjamnya dengan sopan!"

Kanza dan Rena terus-terusan berebut boneka, teman-temannya tak ada yang berniat memisahkan, karena takut dipukul Kanza si gendut.

Kanza dengan teganya melepaskan pegangannya di boneka Rena, membuat Rena jatuh. Jangan lupakan boneka barunya yang terlempar jauh ke tengah jalan raya. "Huaaa!" Tangis Rena pecah. "Bunda! Boneka Rena, hiks."

"Rena, aku minta maaf. A-aku tak sengaja." Sesal Kanza.

"Lena, kamu diam ya, jangan nangis. Aku mau ambil bonekanya," dengan percaya dirinya Bayu mengajukan diri tuk menolong Rena. Sikap kepahlawanannya perlu diakui sangat besar. Ia siap berkorban demi sahabatnya, Rena.

"Wow! Bayu pahlawan!" Puji teman-temannya, tatkala menengok Bayu ditengah jalan yang melambaikan tangan kirinya, dengan tangan kanan memegang boneka Rena.

Tanpa mereka ketahui, sebuah mobil sedan mengkilap yang hilang kendali mengarah ke Bayu.

Sedetik kemudian, mobil sedan itu menghantam tubuh Bayu. Menghempaskan nyawa Bayu di tempat kejadian. Bayu sedikit tersenyum tatkala tau ajalnya sudah dekat, ia memejamkan mata. Dan, nyawa Bayu hilang setelah ia jatuh terguling-guling menghantam kerasnya aspal.

Pejalan kaki yang melihat kejadian tersebut menjerit histeris. Begitu pula dengan Rena dan teman-temannya.

"Bayu!" Teriak mereka.

°°°

Keesokan harinya, Bayu telah dimakamkan. Selama Bayu dimakamkan, keluarga, saudara, sahabat Bayu menangis. 'Mengapa Bayu harus pergi secepat ini? Tuhan tidak sayang denganku!' Batin Rena. Ia memandang gundukan tanah merah bata tersebut, 'mengapa Bayu harus pergi dengan luka disekujur tubuhnya' batin Rena, lagi.

"Mama Ina, maafin Rena. Ini semua salah Rena, coba saja kemarin Bayu tak mengambilkan boneka Rena, pasti Bayu gak akan seperti ini." Rena meminta maaf ke wanita yang sangat terlukai di lokasi ini, ia sangat merasa bersalah. Mamah Ina, dia orangtua Bayu. Dia adalah sosok wanita kuat, dan hebat. Karena Ina mampu membesarkan Bayu tanpa Papa Danang yang telah meninggal sejak Bayu didalam kandungan.

"Tidak, nak. Ini bukan salahmu, ini sudah takdir Bayu, dan juga takdir Mama yang harus hidup sebatang kara." Ina mengelak ketika Rena menyalahkan dirinya. Rena tak salah.

"Mulai sekarang, Mama Ina bisa kok anggap Rena sebagai anak Mama Ina. Rena juga akan menurut semua perkataan Mama Ina." Rena menenangkan Ina. Bunda Rena, Amalia Wardana Baery, dan Ayahnya, Agung Sanjaya Baery, tersenyum bangga ketika anaknya berperilaku dewasa. Mereka rasa, mereka sudah berhasil mendidik anak tunggalnya.

"Terima kaish, nak. Mama bakalan kembali kerumah Nenek Bayu saja."

°°°

Dua hari kemudian, setelah Rena meminta bolos ke orangtuanya, Rena kembali masuk sekolah. Sekarang ia begitu membenci sekolah, karena sudah tak ada bocah laki-laki penyemangat hidupnya. Namun, Rena tetap harus mengenyam pendidikan setinggi mungkin, supaya menjadi anak yang berguna nantinya.

Setibanya dikelas, Rena mendapati teman sekelasnya yang memandanginya sinis.

"Itu dia, yang buat adik kelas kita meninggal." Kompor Kanza, gadis cilik yang melihat kejadian kemarin.

"Bagaimana bisa, aku buat Bayu meninggal? Ini bukan salahku!" Elak Rena.

"Itu semua karena kamu dan boneka pembawa mautmu!" Kanza melempar boneka penuh darah Bayu, yang kemarin sempat ia pungut.

"B-boneka ini membunuh Bayu," cicit Rena.

Selanjutnya, Rena merasakan lehernya seperti ada yang menyekik membuatnya kesulitan bernapas. Kepala Rena terasa sangat sakit, dan dunia Rena berubah jadi hitam.

°°°
Pediophobia adalah ketakutan terhadap boneka

Ireina Renata Baery, Si Penderita Pediophobia.

°°°

Irene Bae as Ireina Renata Baery.

Bogum Park as Bayu Chandra Danang.

Eunsik Bae as Agung Sanjaya Baery.

Suzy Bae as Amalia Wardana Baery.

Seojoon Park as Danang Prakasa.

Minyoung Park as Ina Leilana.

Krystal Jung as Kanza Emerald Jingga.

Tokoh akan terus bertambah seiring berjalannya cerita.

Thank you!

Story by: MalgeumiYerm_

Cover by: trifenadeva

Pediophobia [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang