[2]

45 4 0
                                    

"Nghhh," Seorang gadis tersadar dari pingsannya. Orang-orang yang menunggu gadis itu siuman, tersenyum ketika melihat gadis itu sudah siuman.

"Lihat, dia sudah siuman!" Celetuk Pak Kirta Yudistira, Papanya Darren dan Justin.

"Wah, Dia sangat cantik!" Puji Bu Dewi Tantika, Mamanya Darren dan Justin.

"Diam. Dia baru siuman," Darren menghampiri Irein, mendudukkan diri di kasur miliknya.

"Keadaan kamu gimana?" Tanya Darren lembut, sembari menggenggam tangan rapuh Adik kelasnya, Ireina Renata Baery.

Sedangkan Justin Mahen Kirta, Adik kandung Darren, hanya membuang pandangan matanya. Tak ingin menatap gadis seperti Irein.

Ia sangat hafal watak gadis penggoda seperti Irein. Justin yakin, Irein hanya menginginkan harta Kakaknya.

Justin kembali menatap Irein. Namun, kali ini Justin menatap Irein tajam.

"Aku baik-baik saja, kok, Kak. Em, Aku dimana?" Jawab Irein sembari mengedarkan pandangannya di kamar Darren.

Akhirnya, pandangan Irein jatuh kearah pria yang menatapnya sinis. Ia langsung memutuskan kontak mata dirinya dan Pria itu.

"Ini kamar Darren, Sayang. Tadi kata Darren kamu pingsan pas di Mall. Terus kata Darren kamu pingsan gara-gara sedang menstruasi." Jawab Dewi seadanya.

Irein teringat sesuatu, ia segera menarik lengan Darren. Mendekatkan bibirnya ke telinga Darren.

"Kak, boleh kita bicara berdua disini?" Bisiknya.

Darren mengangguk, "Mama, Papa, Justin, bisa tinggalin aku sama Irein dulu? Ada yang mau Irein bicarakan denganku," Darren mengusir keluarganya secara halus dari biliknya.

"Astaga, Anak Mama udah gede ya. Jangan aneh-aneh, ya! Yuk Pa, Just!" Dewi kemudian menarik Suami dan anak bungsunya menjauh dari bilik Darren.

"Mereka sudah pergi, ada apa?" Tanya Darren ketika keluarganya meninggalkan dirinya dan Irein.

"Em, Kak. Boleh balik badan dulu?" Tanya Irein hati-hati.

Darren menurut, ia segera membalikkan badan.

Kemudian, Irein menyibakkan selimut Darren yang ia kenakan. Kemudian menghela nafas kesal. Yang benar saja, dia saat ini lagi bocor! Apa yang harus ia lakukan?

Irein kembali menutup selimut Darren, dan menangis.

Alis Darren tertaut ketika mendengar tangisan Irein. Ia segera membalikkan tubuhnya dan menghampiri Irein.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Darren khawatir.

Irein menggeleng. Ketika Tangisannya mulai mereda ia memberanikan diri untuk berkata, "Kak, Aku bocor."

"Hah? Bocor gimana?!" Darren bingung, ia hendak membuka selimutnya yang Irein kenakan. Namun, Irein segera mencegahnya dan, "Kak, jangan dipegang! Ini najis kena darah menstruasi Aku, Kak!"

Akhirnya Darren paham. Ia mengangguk-anggukkan kepala, tanda ia paham.

"Terus, kenapa kamu nangis?" Tanya Darren masih tenang.

"Kakak gak marah? Maafin aku, Kak! Aku takut Kakak marah dan jauhin aku, Aku-"

"Nggak, Aku gak bakalan marah. Ini cuma masalah sepele, Sayang. Sprei dan selimut aku masih bisa dicuci." Tenang Darren tanpa sadar mengucapkan kata 'Sayang'.

"Kakak serius? Aku bantuin nyuci aja, gimana?" Irein masih merasa bersalah.

"Gak usah, biar nanti Kakak aja yang nyuci." Tolak Darren, namun, Irein tetep kekeuh dalam pendiriannya. Ia begitu keras kepala.

"Kak, please! Paling enggak biarin aku nyuci sprei dan selimut Kakak, biar rasa bersalah ku berkurang."

Akhirnya Darren mengalah, ia kemudian keluar dari kamarnya. Darren berjalan menuju dapur, mengambil Tas besar untuk wadah selimut dan spreinya yang akan Irein cucikan.

"Kak, lo ngapain?" Tanya Justin yang baru selesai mengambil minum di kulkas dapur.

"Nyari tas Mama yang besar, lo sampai liat, gak?" Balas Darren.

"Oh, tas besarnya ada dikamar gue. Mau buat apa?" Lagi, Justin bertanya.

"Pengen tau aja! Mana?" Darren mendekati Justin. Dan menengadahkan satu tangannya kearah Justin.

"Dikamar. Lo kenapa bawa makanan? Pasti buat cewek lemah itu, ya?" Justin tersenyum miring, "Jaga omongan lo, Sat! Lo gak tahu apa-apa!"

"Sini, gue bantuin bawa." Justin menawarkan dirinya untuk membawa makanan Irein.

"Gak usah, lo ambilin aja tas besarnya. Terus kasihkan Irein, Dia di kamar gue." Lalu, Darren kembali menyiapkan makanan untuk Irein. Justin menurut. Ia segera berjalan menaiki tangga.

Setelah mengambil tas besar dikamarnya, Justin memasuki kamar Kakaknya tanpa mengetuk pintu. Membuat Irein yang sedang membersihkan kasur Darren terlonjak kaget.

"Astaga! Ketuk pintu dulu, dong. Gak sopan banget," refleks Irein mencemooh sikap Justin yang tidak sopan.

"Hai!" Namun, Justin tak mengindahkan perkataan Irein. Ia malah menyapa Irein. Lalu melemparkan tas besar yang ia bawa ke tubuh mungil Irein.

"Ngapain gue harus ketuk pintu? Ini kan kamar Kakak gue!" Justin baru membalas cemoohan Irein.

"Bukan gitu. Maksud aku, gimana tadi kalau aku lagi ganti baju? Nanti kamu bisa lihat!"

"Ya, gakpapa dong. Tontonan gratis, dari jalang Kak Darren itu mah." Balas Justin. Justin telah menghina Irein.

"Justin! Siapa bilang dia jalang gue? Sejak kapan gue punya jalang? Lo pikir gue kayak lo, yang hobinya nyimpen jalang?!" Darren yang baru datang membawa makanan, mendengar perkataan Justin. Darren tak terima, gadis yang ia cintai dikatakan jalang.

"Lah itu buktinya lo biarin cewek masuk ke kamar lo. Tiduran dikasur lo, lagi." Justin masih membalas.

"Jaga omongan lo, Justin! Atau lo tau akibatnya." Ancam Darren membuat Justin diam tak berkutik. Bukan! Justin bukan diam karena takut dengan Darren, ia diam karena mengalah dengan Kakaknya.

"Tunggu aja pembalasan gue, Jalang!"

°°°

Kim Junmyeon as Justin Mahen Kirta.
Kim Young Kwang as Kirta Yudistira.
Kim Taeyeon as Dewi Tantika.

Pediophobia [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang