Setelah Jissa memberitahu kalau Irein sedang dekat dengan dosennya, Mark, Justin menjadi sedikit menjauh dari Irein. Perilakunya bahkan lebih dingin dari beberapa minggu yang lalu.
"Bisa kita bertemu di kafe X?" Tanya Irein di telepon.
"Ok!" Balas Justin, orang yang Irein telepon.
Irein bergegas memesan ojek online, supaya Justin tidak menunggunya terlalu lama.
°°°
Irein sudah menunggu Justin terlalu lama. Duduknya mulai gelisah, bahkan ice cream chocolate yang ia pesan sudah mencair. Kemana perginya Justin? Batin Irein berkecamuk.
"Maaf aku terlambat!" Justin memasuki kafe dengan santai. Setelah Justin duduk, terjadilah keheningan diantara mereka.
"Aku mau menjelaskan kesalahpahaman diantara kita," Ucap Irein memecah keheningan.
"Sebenarnya, aku sedang tidak dekat dengan siapapun. Kecuali, kamu. Yang Jissa katakan hanyalah bualan semata. Memang, aku pernah dekat dengan Kak Mark. Tapi, itu dulu, jauh sebelum aku dekat sama kamu." Jelas Irein.
"Jadi?" Tanya Justin.
"Bisakah kita kembali seperti dulu?"
Justin menatap mata indah Irein. "Sebenarnya, aku telah menyukaimu." Justin memberitahu isi hatinya. Irein bersemu, "Aku juga menyukai mu." Ucap Irein pelan.
"Tapi, karena kamu gadis pediophobia, kamu tidak pantas untuk merasakan cinta sejati. Aku tidak suka jika harus menyukai orang lemah sepertimu." Irein mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. Ia tak bisa percaya kalau Justin masih mengingat phobianya. Padahal, phobia nya sudah sembuh.
"Aku menjadi phobia terhadap boneka bukan karena keinginanku. Itu semua sudah takdir dari Tuhan." Ucap Irein penuh dengan kebencian.
"Sahabat masa kecilku, Bayu, meninggal waktu mengambil bonekaku yang terlempar ke tengah jalan. Bayu meninggal ditempat. Tapi, waktu Kak Darren mengajakku kerumah kalian, aku menyadari sesuatu. Kalau Papamu lah yang telah menabrak sahabatku!" Irein berusaha supaya tangisannya tak pecah.
"Mobil sedan hitam mengkilap dengan plat nomor H 1749 KL. Aku masih mengingatnya." Irein menatap Justin tajam, "Dugaanku semakin kuat ketika dirimu menceritakan phobiamu. Kamu dan Papamu telah membunuh sahabatku. Kamu dan Papamu membuatku dan Tante Ina menderita, enyahlah kamu!" Bentak Irein.
"Kurasa, aku tak sia-sia dekat denganmu." Ucap Irein sebelum menelepon seseorang.
"Aku menemukan pelakunya!" Ucap Irein disambungan telepon. Lalu, mematikan teleponnya sepihak.
"Maafkan aku, Irein." Ujar Justin penuh sesal. Sedetik kemudian, orang berbaju hitam memenuhi Kafe yang Irein dan Justin singgahi.
"Bawa dia, kita gledah rumahnya." Ucap Irein dingin.
Salah kalau kalian mengira Irein tidak tersakiti. Irein adalah pihak yang paling menyakitkan disini. Ia didekati Justin hanya karena Justin ingin dekat dengan temannya, Salsa Nalia Anggraini. Atau biasa dipanggil Sana. Justin memanfaatkan Irein. Irein tahu itu. Tapi, Irein tetaplah seorang gadis normal yang bisa jatuh cinta keorang sebangsat Justin. Walaupun sekuat mungkin ia menyangkal kalau ia tak menyukai Justin. Justin adalah orang pertama yang mampu meruntuhkan pertahanan Irein selama ini. Dan, Justin juga orang pertama yang mampu menyakiti hati Irein.
°°°
"Terima kasih atas kerja samanya selama ini, Katy Kim." Irein menjabat tangan rekannya, Katy. Katy mengangguk.
Irein menatap Kirta, dengan bangga. Ia telah berhasil menemukan pelaku tabrak lari belasan tahun yang lalu.
End.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pediophobia [✔]
Novela JuvenilSiapa bilang kalau phobia itu tidak bisa di sembuhkan? Seorang gadis pediophobia itu berhasil menyembuhkan phobia nya dengan menemukan cinta sejatinya. Tapi, bagaimana jika cinta sejatinya itu malah memanfaatkannya? Gadis itu terlalu polos untuk m...