Quality Time

90 7 0
                                    

Welcome! Happy Reading and enjoy guys!

•••

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Bahkan pakaian tebal pun tidak membantu menghangatkan badan yang menggigil. Renjun nekat menerobos dinginnya udara malam menggunakan sepeda montor, menuju rumah gadis bernama Alexander Yuki.

"Dingin... " Renjun menggesekkan kedua tangannya, mencoba menghangatkan diri dengan cara itu. Tangan kanannya bersiap untuk mengetuk pintu, namun pintu sudah terbuka.

Menampilkan sosok gadis yang ia cari. Gadis itu mengenakan switer berwarna putih dengan gambar kelinci yang imut. Tangan kanannya menggenggam kresek besar. Mungkin hendak di buang.

"Udah sampe? " Gadis itu berjalan menerobos tubuh Renjun yang lebih besar darinya. Kemudian, membuang kresek besar yang di genggamnya tadi.

Renjun menghala napas, "terus yang lo liat sekarang siapa? Rohnya Adimas Renjun Pranada? ". Yuki hanya terkekeh mendengarnya. " Yaudah, jadi enggak? " Renjun bertanya setelahnya. Anggukan singkat dari Yuki menjadi jawaban dari pertanyaan Renjun.

"Sebentar," Yuki berlari kedalam rumahnya, mengambil barang yang menurutnya penting.

"Udah? " Renjun duduk di atas motornya setelah melihat Yuki keluar dari rumahnya.

Beberapa saat Renjun terdiam memandang Yuki. "Kenapa rambutnya di cepol? " Tanya Renjun setelahnya. Senyum kikuk Yuki menjadi jawaban dari pertanyaan pemuda itu. "Cepet naik, nih helmnya, " Renjun menyodorkan helm pada Yuki.

Mereka berjalan menembus dinginnya udara malam hari ini. Padahal masih pukul 07.00 malam.

"Utang cerita kamu niung sama aku.. " Yuki berucap tiba tiba di sela sela Renjun menyetir. Beberapa saat Renjun terdiam, memikirkan apa yang di bicarakan oleh Yuki. Lalu teringat oleh perkataanya sendiri.

"Oke, gue ceritain ya? " Renjun memarkirkan motornya, lalu melepas helmnya. Disusul oleh Yuki yang menyerahkan helm milik Renjun. Mereka berjalan menuju pintu masuk cafe yang biasa Renjun kunjungin.

"Cepet cerita, Lami itu siapa kamu emangnya? " Yuki bertanya dengan antusias ketika mereka sudah duduk di salah satu meja kosong. Tentu saja itu di pojok.

"Lami itu anaknya temen bunda, " Renjun menjawab dengan singkat. Yah begitulah Renjun, dia berbicar jika diperlukan dan akan berhenti bicara jika sudah tidak diperlukan.

"Singkat banget ceritanya, yang jelas dong jangan cuma setengah setengah, " Protes Yuki.

"Protes aja terus, gak akan gue kasih contekan, " Kesal Renjun. Yuki gelagapan setela Renjun berucap seperti itu. "Dasar otak pas pasan, " Lanjutnya datar.

"Iya iya gak akan nyontek bapak Renjun terhormat lagi... " Goda Yuki. Renjun? Dia mengalihkan pandangannya ke arah jendela cafe, tidak ingin memandang wajah Yuki terlalu lama. Salah tingkah hanya karena celotehan Yuki yang tidak bermanfaat.

"Kayanya Lami suka sama kamu deh njun, " Renjun tersentak, kaget akan perkataan Yuki yang tiba tiba. Bahkan hampir mati tersedak minuman hanya karena celoteh Yuki. "Selo aja  minumnya, enggak aku rebut kok minumannya. "

"Fuck! Mulut di jaga mbak " Seluruh sorot mata pengunjung cafe saat itu beralih ke meja Renjun dan Yuki. Kemudian Renjun menundukan kepala, bermaksud untuk meminta maaf karena ucapannya.

"Lemes banget mulutnya njun. Katanya ketos, memberikan contoh yang baik untuk adik kelas "

"Lagian gue udah suka sama orang lain kok"

"Iya suka sama Lami, ehe"

Renjun hanya melirik Yuki sekilas. Sorot matanya tajam. Mulut Yuki tertutup rapat, ia takut dengan mata tajam Renjun.

"Orangnya ada di sini"

"Mana?! " Yuki bertanya dengan antusias.

"Didepan gue"

Wajah Yuki terlihat bingung. "Maksudnya? " Otaknya bekerja tidak seperti biasanya, mungkin karena sudah malam?

"Lupakan, " Wajah Renjun memerah karna malu.

"Oke oke, lanjut ceritanya dong" Yuki menyesap minumannya. Bergidik setelahnya. Dingin, pikirnya.

"Lami sekarang nginep di rumah gue, bundanya titip Lami ke gue. Jujur sih, gue rada nggak suka dia ada di rumah gue. Risih, " Renjun menjelaskan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Kenapa? Kamu di kasih amanah untuk jagain Lami, toh Lami juga cantik" Yuki berkomentar sambil membenarkan cepolannya.

Renjun mengangkat sebelah alisnya, melirik gadis yang sedang membenarkan posisi cepolan yang duduk di depannya. Kemudian menatap wajah gadis itu dalam dalam. "Dia terobsesi sama gue, risih tau, " Renjun berkata dengan datarnya. "Secara, gue kan ganteng, pinter, terkenal, teladan, disiplin, ketos lagi, " Ujar Renjun menyombongkan diri.

"Dih, mati aja sana, kamu tuh masih belajar jd ketos tau" Sanggah Yuki gemas. "Lanjut lanjut"

"Rasanya pengen mati aja, tapi gue udah kepincut sama cewe cantik hatinya juga gak kalah cantik sama mukanya. Gue pengen deket sama orang yang gue suka, tapi dia ngancem bakal binuh diri. "

"Yaudah biarin aja sih, hidup hidup dia bukan urusan kamu apa lagi aku. " Beberapa saat hening, hingga Yuki tersadar akan kata katanya. "Eh kan kamu di kasih amanat buat jagain Lami. Jadi hidup dan mati Lami juga jadi tanggung jawab kamu juga ya? Duh otakku baru jalan dengan baik. "

"Haduh, punya temen kok bego bangat ya? " Renjun menghela napas. "Tapi bisa jadi waketos. Hebat sih, otak setengah bisa jadi waketos. "

"Nih makan nih" Yuki mengambil beberapa helai tisu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut Renjun.

"Jahan ngabih ngabihin thihu, kahihan pohonya ahay, " (Jangan ngabis ngabisin tisu, kasihan pohonnya anjay) Yuki tertawa mendengar Renjun yang berkaitan tidak jelas. 

"Kamu ngomong apa sih? " Sambil tertawa Yuki bertanya.

"Jangan ngabis ngabisin tisu, pohonnya kasian bego, " Ulang Renjun sekali lagi. Tawa Yuki makin pecah ketika Renjun mengulangi kata katanya.

"Yaudah, ayo pulang, aku belum ngerjain PR yang dikasih sama pak Iching kemaren, " Setelah berhenti tertawa, Yuki mengajak Renjun pulang

"Contoh yang gak patut di tiru nih, padahal waketos tapi tetep aja PR suka di lupain, " Komentar Renjun lalu menggandeng tangan Yuki.

"Padahal ketos tapi ngerokok, lebih gak patut di tiru ini" Balas Yuki.

Malam itu, mereka lewatkan dengan celotehan yang tidak jelas. Padahal niat ingin bercerita tentang adik kelas, malah berdebat tidak jelas.

•••

Sinar matahari memaksa masuk ke dalam kamar Renjun. Tentu saja, pria itu langsung terbangun dari alam mimpinya. Berjalan menuju kamar mandi, melakukan hal hal yang biasa di lakukan untuk berangkat ke sekolah. Sesaat ia tersenyum kala mengingat senyuman gadis yang ia sukai.

"Bunda, Renjun nanti pulang telat nggak papa? , " Tanya Renjun kepada ibunya. Anggukan singkat dan senyum hangat beliau menjadi semangat terbesar Renjun.

"Iya, hati hati, jangan ngebut ngebut naik motornya, " Nasihat beliau.

"Iya, dadah bunda, Renjun berangkat dulu, " Dengan segera Renjun melajukan sepeda motornya, memenbus jalanan pagi yang terasa sejuk.

Hingga sesampainya di kelas, beberapa siswa berbisik tentang gadis yang ia sukai.

"Katanya, si waketos anak pungut loh, " Renjun mendengarnya, tapi ia hiraukan.

Tiba tiba saja, Yuki terlihat di ambang pintu. Kalau kata orang Jawa, panjang umur. Yuki menyapa Renjun di ambang pintu kelas. Kemudian menghampiri pemuda itu. "Pagi Renjun, PR bahasa Mandarin udah? " Sapa Yuki dengan riang.

"Udah, sana pergi, gw gak akan nyontek ke lo,"  Jawab Renjun Ketus.

To be continued—

Maaf jarang updet 😖
Segini dulu, besok di lanjut ya..
Moga suka dan menghibur!

Destiny || Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang