Bully

115 13 0
                                        

Terserah kalian mau mencet bintang yang ada di pojok kiri atau enggak, yang penting aku udah nyalurin imajinasiku di sini :)

Happy Reading and enjoy guys!

•••

Sudah beberapa minggu sejak Yuki keluar dari rumah sakit. Tangannya memang sembuh, tapi tidak 100%.

"Jeno, aku udah bilang sama kamu berkali kali," Yuki berucap dengan wajah yang kesal. Tidak lupa tangannya yang masih terasa sakit. "Jangan ikutan tawuran, kamu gak sanyang ya sama badan kamu?" Lanjutnya.

Cowo yang bernama Jeno, menghentikan pergerakannya saat sedang menyantap baksonya. "Kenapa? Yang ngerasaain sakitnya itu gue, bukan lo."

"Ya, memang kamu yang merasakannya. Tapi saya peduli karena saya teman kamu, Jeno," Dengan tegas Yuki berucap. Kemudian menyesap es teh yang berada di depannya.

"Jen, kita ngelarang karena kita peduli," Imbuh Haecan yang duduk disamping Jeno. Jangan lupa ia juga menyantap bakso, sama seperti Jeno.

Jeno tertegun, beberapa saat ia terdiam. Namun, kembali melanjutkan aktifitasnya. Kemudian menatap Renjun sekilas.

"Apa? Ngepens ama gue?" Renjun dengan sombongnya berkata. Tentunya dengan tatapan sinis andalannya.

"Geer banget sih!" Jeno balas menatap Renjun. Setelahnya Haechan tertawa diikuti Yuki dan Renjun. Beberapa tatapan tidak suka juga terlihat dari siswi perempuan yang berada di kantin.

"Bay the way,Jaem dimana? Kok gak kelitan?" Yuki berusaha meredakan tawanya. Sudah lama ia tidak tertawa selepas ini. Hingga susah untuk mengontrolnya.

"Dilan kw gak berangkat, lagi sakit" Jeno meletakan garpu dan sendok yang ia gunakan. Makanannya masih penuh di dalam mulutnya. Membuatnya sedikit terbatuk.

Yuki hanya menganggukan kepalanya singkat. Mengedarkan matanya, menangkap suatu objek yang pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian berdiri dengan tiba tiba, pamit kepada ke tiga temannya.

'Aku enggak salah lihat, itu pasti dia' batinnya yakin.

Gadis itu berlari, menubruk orang orang yang berada di depannya. Hinnga ia berhenti di depan sebuah pintu. Iya, itu gudang yang sudah tidak di pakai.

Suara rintihan sesekali terdengar dari luar. Tanpa aba aba Yuki membuka pintu di depannya dengan tidak sabarnya. "Kenapa kalian masih menyakiti otang lain?" Yuki berkata dengan datar.

"Lo belum kapok ya?" Salah satu dari mereka berkata.

"Harusnya kalian yang kapok, tuhan enggak bakal suka sama perbuatan kalian. Dan Renjun enggak bakal suka sama kamu!" Yuki berkata dengan tegas. Ia berjalan menuju — siswi yang di bully — tadi. "Kalau sudah takdir jadi preman sekolah, mau bagai mana lagi? Iya kan, Nakyung" Lanjutnya dengan nada merendahkan.

Yang namanya terpanggil hanya mematung di tempat, seperti patung.

•••

"Makasih ya kak, udah mau nolongin aku," Lami, dia berkata dengan malu malu. Iya, nama siswi yang — di bully tadi, namanya adalah Lami.

"Sama sama, ayo biar aku anter kamu ke UKS," Yuki menawarkan diri pada adik kelasnya itu. Mereka berjalan setelah mendapat persetujuan dari Lami.

"Lami, aku mau ke kelas dulu," Yuki berkata setelah mereka tiba di depan pintu UKS. "Kalo bisa lapor aja ke bk, jangan malu malu," Lanjutnya, sambil mengepalkan tangannya, memberi semangat pada adik kelasnya itu. Tidak lupa senyum yang terukir di wajahnya.

"Baik, semangat belajarnya ya kak" Sahut Lami, tangannya ikut mengepal, memberikan semangat  pada Yuki. Senyum manis juga terukir di wajah Lami.

Mereka berdua tertawa sebentar. Yuki berpamit lagi, lalu pergi meninggalkan Lami.

'Perasaanku enggak enak' batin Yuki.

•••

Bel sekolah berbunyi, siswa mau pun siswi berhamburan keluar kelas untuk pulang. Begitu pula dengan dengan Yuki dan Renjun. Mereka berdua sedang berada di parkiran, hendak mengambil kendaraan masing masing.

Yuki menangkap sosok yang pernah ia temui. Itu Lami. "Lami, kamu enggak di jemput? Ayo biar aku anterin," Yuki menawarkan.

"Maaf kak, aku bisa pulang sendiri kok. Nanti ngerepotin," Tolak Lami halus.

Orang yang tidak Yuki duga datang, menyodorkan helm pada Lami. "Cepet, " Renjun berkata dengan tegas. "Gue duluan, ati ati di jalan, " Lanjut cowok keturunan Cina itu.

Mulut cewek di depan Renjun terbuka. Kemudian di tutup kembali, menelan ludahnya. "Kok bisa—" Ucapannya terpotong. "Nanti gue jelasin, " Potong Renjun datar. Cewek Alexander itu cuma ngangguk ngangguk paham, terus lambai lambai tangan waktu Renjun sama Lami udah pergi.

—To be continued—

Destiny || Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang